• Sen. Nov 24th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Aroma yang Membawa Pulang: Ketika Makanan Menyimpan Kenangan

ByAdmin

Nov 23, 2025
Mahasiswa di Kota Malang Terbantu oleh Warteg-warteg Hadir di Seputar Kampus-kampus dengan makanan murah. Foto Kowantaranews.com
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Malam itu, Bahtiar Pebri Dwiyana, 42 tahun, duduk di teras rumahnya di Cibubur. Di depannya terhidang mangkuk besar berisi sop dengkul sapi yang masih mengepul. Begitu sendok pertama masuk ke mulut, matanya langsung berkaca-kaca. “Ini persis rasa yang ibu buat waktu aku kecil dan demam,” katanya pelan. “Satu suap saja, rasanya aku langsung kembali ke kamar sempit di kontrakan Cijantung tahun 90-an. Ibu nyanyi-nyanyi kecil sambil nyuapin aku.”

Bahtiar bukan satu-satunya. Di ujung lain negeri, di Gorontalo, Dr. Amanda Katili Niode, pakar kuliner dan climate change, tak pernah bisa menahan senyum setiap mencium aroma Binthe Biluhuta – sup jagung khas Gorontalo yang disiram kuah ikan cakalang dan diberi parutan kelapa sangrai. “Setiap Lebaran, nenek selalu masak dua panci besar,” ceritanya. “Keluarga dari Manado, Bitung, sampai Palu datang semua. Meja makan penuh tawa, piring penuh warna. Sekarang kalau aku masak sendiri di rumah Jakarta, anak-anakku yang dulu tak pernah ketemu nenek mereka, ikut bilang ‘rasanya rumah nenek’.”

@infonongkrongjogja

Kuliner tradisional yang lagi ramai banget di Jogja. Sekarang perbaikannya meningkat dan pelayanannya lebih baik 😍😍😍 Ndalem Klangenan Alamat : Jl. Sumberan 2 No.4, Ngentak, Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581 Jam buka : 08.00-21.00 WIB #wisatakulinerjogja #ndalemklangenan #kulinerjogja

♬ suara asli – NONGKRONG JOGJA – NONGKRONG JOGJA

Di bilangan Kemang, food writer Kevindra Soemantri masih menyimpan sebotol saus iga bakar madu resep almarhum ayahnya dalam lemari es. “Ayah bikin saus ini tiap akhir pekan,” kenangnya. “Kami berlima – ayah, ibu, aku, dan dua adik – duduk di teras, makan iga bakar sambil nonton sinetron Minggu malam. Kalau sekarang aku bakar iga dengan saus yang sama, rasanya ayah masih duduk di kursi sebelah.”

Para ilmuwan menyebut fenomena ini “Proustian moment”, merujuk pada novelis Prancis Marcel Proust yang dalam In Search of Lost Time (1913) menggambarkan bagaimana satu gigitan kue madeleine yang dicelup teh langsung membawanya kembali ke masa kecil di Combray. Penelitian di Monell Chemical Senses Center, Philadelphia, membuktikan bahwa indra penciuman terhubat langsung ke amigdala dan hipokampus – dua area otak yang mengatur emosi dan memori episodik. Itu sebabnya aroma lebih kuat membangkitkan kenangan dibanding gambar atau suara.

Di layar lebar, momen yang sama diabadikan dengan indah. Dalam film animasi Pixar Ratatouille (2007), kritikus makanan keras Anton Ego yang ditakuti restoran Paris langsung meleleh ketika mencicipi confit byaldi buatan Remy. Satu suap, dan dia kembali menjadi bocah kecil yang baru pulang sekolah, disambut ibunya dengan semangkuk sayur panggang sederhana. Air matanya menetes, kritiknya berubah menjadi pujaan.

Di Jepang, serial Midnight Diner (Shin’ya Shokudō) selama lima musim menjadikan makanan sebagai jembatan menuju masa lalu. Setiap episode, pelanggan datang ke warung kecil yang buka tengah malam, memesan satu menu, lalu menceritakan kisah hidup mereka yang tersimpan di balik makanan itu – omelette nasi, sup miso, atau semangkuk tonjiru. Pemilik warung, yang hanya dipanggil “Master”, mendengarkan tanpa banyak bicara. Penonton di seluruh dunia menangis bersama.

Di Indonesia, kenangan serupa hidup di setiap sudut. Seorang teman di Bandung mengaku masih mencari penjual kupat tahu di mangkuk seng yang sama seperti yang dulu dijajakan di depan sekolahnya tahun 1992. Seorang ibu di Surabaya mengajari anaknya membuat nasi uduk dengan daun pandan yang diikat simpul tiga, persis seperti yang diajarkan ibunya dulu. Di Ambon, seorang pemuda membuka lapak ikan bakar hanya karena ingin orang lain juga bisa merasakan bau asap kayu bakau yang sama seperti saat ayahnya memancing dan langsung membakar hasil tangkapan di tepi pantai.

Psikolog klinis Tara De Thouars mengatakan bahwa comfort food berfungsi sebagai “emotional anchor”. Di tengah ketidakpastian hidup dewasa – tagihan, deadline, pandemi, kehilangan – makanan masa kecil memberi rasa aman yang pernah kita rasakan saat dunia masih sederhana dan orang tua selalu ada untuk melindungi.

Ketimpangan Wilayah: Bom Waktu Struktural yang Terabaikan di Balik Kemegahan Jabodetabek

“Ketika kita memakan makanan itu lagi,” kata Tara, “otak kita sebenarnya sedang bilang: kamu pernah selamat dari hari-hari sulit dulu, kamu pasti bisa lagi sekarang.”

Malam ini, di banyak rumah di Indonesia, seseorang sedang menyalakan kompor. Ada yang menggoreng bawang untuk nasi goreng, ada yang merebus daun singkong untuk gulai, ada yang mengukus klepon sampai berbunyi “plos”. Mereka mungkin tidak sadar bahwa yang sedang mereka lakukan bukan sekadar memasak, tapi juga bepergian melintasi waktu.

Satu aroma tercium, satu suap masuk ke mulut, dan tiba-tiba kita pulang.

Ke rumah yang mungkin sudah tak ada lagi, ke orang-orang yang mungkin sudah tiada, ke versi diri kita yang masih percaya dunia ini penuh keajaiban. Dan untuk sesaat, dunia memang kembali menjadi tempat yang hangat, aman, dan beraroma bawang goreng. By Mukroni

  • Berita Terkait

Ketimpangan Wilayah: Bom Waktu Struktural yang Terabaikan di Balik Kemegahan Jabodetabek

Marsinah Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Simbol Perjuangan Buruh Perempuan

Investor Global Serukan Penghentian Deforestasi 2030: Krisis Hutan Jadi Ancaman Finansia

MPR Dukung Transisi Energi Berkelanjutan: Awasi Dekarbonisasi 2060 dan Dorong Ekonomi Hijau

Gen Z Mengguncang Dunia: Dari Aktivisme Digital ke Revolusi Jalanan

Perempuan Muslimah Indonesia: Membangun Negeri dengan Pendidikan dan Nilai Kebangsaan

Perluasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Sasaran Baru, Anggaran Besar, dan Tantangan Tata Kelola

Ngepop Tanpa Mesiu: Ketika Musik dan Kaos Pink Mengguncang Kekuasaan

Dapur Makan Bergizi Gratis Ceger – Cipayung 001 Resmi Mendistribusikan Makanan Bergizi untuk Generasi Sehat

Lokasi Taman Eden dalam Tradisi Yahudi: Antara GeogrTerafi, Alegori, dan Mistisisme

Hutan Orang Rimba Jadi Kebun Sawit: Berondolan Dicuri, Pemerintah Sibuk Selfie ?

Buruh Bersuara, Monas Jadi Panggung Prabowo, Warteg Tetep Jadi Pelarian!

1.835 Spesies Burung: Indonesia, Konser Alam Terbesar di Dunia!

Kartini Kekinian: Dari Jepara ke Luar Angkasa, Emansipasi Tetap Cetar!

Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang 

TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!

Aktivitas Sesar Sagaing: Pemicu Utama Gempa 7,7 yang Guncang Myanmar dan Asia Tenggara

Tak Mampu Bayar Bus, Pemudik Banjiri Jalan dengan Motor: Tragedi Menanti di Balik Rindu Kampung Halaman ?

Sarjana Cumlaude Disandera PHK ? Indonesia Darurat Pengangguran Beredukasi ?

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *