Jakarta, Kowantaranews.com – Indonesia resmi meluncurkan Peta Jalan Hilirisasi Rempah 2025-2045 di Jakarta hari ini. Inisiatif strategis yang digagas Bappenas bersama Kemenko PMK ini menjadi tonggak ambisius untuk mengembalikan kejayaan Nusantara sebagai pusat rempah dunia, sekaligus menjadikan rempah sebagai salah satu penggerak utama ekonomi nasional dalam 20 tahun mendatang.
Menteri PPN/Kepala Bappenas menyatakan, “Rempah bukan hanya warisan sejarah, tapi masa depan ekonomi Indonesia. Kita pernah menjadi alasan bangsa Eropa mengarungi lautan. Kini saatnya rempah menjadi alasan dunia datang ke Indonesia lagi, bukan untuk membeli rempah mentah, tapi produk bernilai tambah tinggi.”
Peta jalan ini menyasar enam komoditas unggulan: pala, cengkeh, lada, kayu manis, vanili, dan temulawak. Indonesia saat ini masih menguasai posisi teratas dunia untuk pala (60% produksi global) dan cengkeh (70%), serta peringkat dua untuk vanili. Namun, nilai ekspor masih rendah karena mayoritas diekspor dalam bentuk mentah. Pada Januari–Oktober 2025, nilai ekspor rempah tercatat turun 5,01% dibanding periode sama tahun sebelumnya, sekaligus menjadi alarm bagi percepatan hilirisasi.
Berbeda dengan hilirisasi mineral, pendekatan rempah mengintegrasikan seluruh rantai nilai: hulu (petani), tengah (pengolahan primer), dan hilir (industri makanan-minuman, farmasi, kosmetik, biofarmaka). “Kunci suksesnya adalah menikahkan petani dengan industri. Selama ini petani tidak tahu standar kualitas yang dibutuhkan pasar internasional,” ujar Deputi Bidang Ekonomi Bappenas.
Salah satu terobosan paling menonjol adalah penetapan temulawak sebagai “Ginseng-nya Indonesia”. Didukung Perpres Nomor 54 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu, pemerintah menargetkan temulawak menjadi ikon biofarmaka global melalui riset BRIN, standarisasi ekstrak kurkumin, dan perluasan lahan budidaya hingga 50.000 hektare baru pada 2030.
Untuk mempercepat implementasi, pemerintah meluncurkan sejumlah program akselerator. Program S’RASA (Sinergi Rasa Nusantara) yang dikoordinasikan enam kementerian menjadi senjata gastrodiplomasi ala Thailand. Tahun 2025 saja, Indonesia akan mempromosikan rempah di 50 restoran Indonesia ternama dunia dan menggelar Gastrodiplomacy Series di Bandung, langsung menantang citra rasa Thailand.
Di sisi lain, program UMKM BISA Ekspor dan Desa BISA Ekspor ditargetkan membawa 1.000 UMKM dan 100 desa rempah baru ke pasar internasional setiap tahunnya melalui pelatihan, sertifikasi, dan business matching. “Kami ingin petani pala di Maluku Utara tidak lagi menjual ke tengkulak dengan harga murah, tapi langsung ke pabrik ekstrak di Eropa dengan harga 5–10 kali lipat,” tegas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag.
Berulang, Kita Berkhianat: Gajah Membersihkan Puing Rumahnya Sendiri
Peta jalan ini selaras dengan RPJPN 2025-2045 dan menjadi salah satu legacy besar pemerintahan Presiden Prabowo di bidang pangan dan kesehatan. Target akhirnya ambisius: pada 2045, Indonesia tidak hanya menjadi eksportir rempah mentah terbesar, tetapi penguasa pasar global untuk produk turunan rempah bernilai tambah tinggi—seperti minyak atsiri, ekstrak farmasi, bumbu siap pakai, hingga suplemen kesehatan berbasis temulawak.
“Dua dekade dari sekarang, dunia akan mengenal Indonesia bukan hanya sebagai negara penghasil rempah, tapi sebagai negara yang menguasai rasa dan kesehatan dunia,” tutup Menteri Bappenas.
Keajaiban rempah Nusantara bangkit kembali. By Mukroni
Berulang, Kita Berkhianat: Gajah Membersihkan Puing Rumahnya Sendiri
Glühwein dan Labirin Kerajinan: Pasar Natal Berlin Tetap Hangat di Suhu 4°C
Sumatra Barat Daya Krisis: Penjarahan Mulai Terjadi, Stok Pangan Tinggal Hitungan Hari
Sumatra Tenggelam: Tambang dan Sawit Ubah Siklon Jadi Pembantaian Massal
Korban Tewas Banjir Bandang Sumatera Capai 188 Orang, 167 Masih Hilang

