Jakarta, Kowantaranews.com – Suasana mencekam menyelimuti kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025, ketika sebuah kendaraan taktis (Rantis) milik Brigade Mobil (Brimob) Polri menabrak dan melindas Affan Kurniawan (20), seorang pengemudi ojek online (ojol). Insiden tragis ini terjadi di tengah gelombang unjuk rasa buruh yang menuntut kenaikan upah dan reformasi ketenagakerjaan. Affan, yang sedang mengantar pesanan, tewas akibat luka parah setelah dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Video kejadian yang menunjukkan Rantis melaju kencang dan melindas korban menjadi viral, memicu kemarahan publik dan sorotan nasional.
Peristiwa ini berlangsung saat ribuan buruh dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Bandung, dan Semarang, turun ke jalan menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar 8,5-10,5% untuk 2026, penghapusan sistem alih daya, dan pengesahan RUU Perampasan Aset. Unjuk rasa yang awalnya damai berubah ricuh ketika massa mahasiswa melanjutkan aksi setelah buruh membubarkan diri. Bentrokan dengan aparat keamanan tak terhindarkan, dengan polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan kerumunan. Di tengah situasi kacau ini, Rantis Brimob yang melaju di Pejompongan menabrak Affan, yang diduga tidak sempat menghindar.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo segera menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut, menegaskan bahwa Polri menyesali kejadian ini dan berkomitmen untuk melakukan penyelidikan menyeluruh. Tujuh personel Brimob telah ditahan dan diperiksa oleh Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri. Kapropam Irjen Pol Abdul Karim menjamin proses hukum yang transparan dengan melibatkan pengawasan eksternal. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri juga meminta maaf dan berjanji bertanggung jawab kepada keluarga korban. Namun, respons ini belum meredakan kemarahan publik, terutama di kalangan komunitas ojol yang berkumpul di Mako Brimob Kwitang untuk menuntut keadilan.Affan Kurniawan, warga Jatipulo, Jakarta Barat, adalah tulang punggung keluarga.
Kematiannya meninggalkan duka mendalam, dengan adegan pilu keluarga yang berduka di RSCM. Video viral yang menunjukkan Rantis meninggalkan lokasi kejadian semakin memperkeruh situasi, memicu kecaman di media sosial. Media nasional seperti Kompas dan Detik, serta internasional seperti BBC, meliput insiden ini secara intensif, menyoroti ketegangan sosial dan ekonomi yang mendasarinya.
Skandal Wakil Menteri: Ebenezer, dari Aktivis Anti-Korupsi ke Jaringan Pemerasan K3?
Presiden Prabowo Subianto merespons dengan membentuk Satgas Penanganan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Dewan Kesejahteraan Buruh untuk menampung aspirasi buruh. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan komitmen pemerintah untuk berdialog. Namun, Said Iqbal dari KSPI menyoroti kesenjangan antara tunjangan mewah anggota DPR dan upah buruh, sementara Apindo meminta kenaikan upah mempertimbangkan inflasi.Tragedi ini menjadi simbol ketegangan sosial di Indonesia, mencerminkan kekecewaan terhadap akuntabilitas aparat dan kesenjangan ekonomi. Penyidikan yang transparan dan kebijakan nyata akan menentukan apakah keadilan bagi Affan dan aspirasi buruh dapat terwujud. By Mukroni
- Berita Terkait
Skandal Wakil Menteri: Ebenezer, dari Aktivis Anti-Korupsi ke Jaringan Pemerasan K3?
Preman Ngepet di Warteg, Pengangguran Ngetem: Jabodetabek Jadi Ring Tinju Ormas!
Suap Rp 60 Miliar Arif Nuryanta: Putusan Lepas, Warteg Jadi Full AC!
Finlandia vs Korupsi: Percaya Pemerintah Kayak Yakin Mama Nggak Lupa Bumbu Indomie!
Mafia Migas Menggila, Kerugian Negara Melambung ke Angka Fantastis Rp 1 Kuadriliun!
Tangisan di Pom Bensin: Pengguna Pertamax Meratap, Korupsi Minyak Hancurkan Kepercayaan!
Korupsi Menggerogoti Nusantara: Perlawanan yang Tak Pernah Usai
Skandal Emas Antam: Korupsi Rp 3,3 Triliun Guncang Keuangan Negara!
Maraknya Penembakan! Indonesia Dibayangi Krisis Keamanan
Mengapa Amnesti untuk Koruptor Bukan Solusi?