Jakarta, Kowantaranews.com -Beberapa waktu terakhir, insiden penyalahgunaan senjata api semakin sering terjadi di Indonesia, memunculkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Rentetan kasus yang melibatkan aparat dan warga sipil telah menciptakan persepsi bahwa keamanan publik berada dalam kondisi genting. Kejadian-kejadian ini menjadi pengingat bahwa pengawasan penggunaan senjata api serta integritas aparat adalah persoalan mendesak yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.
Rentetan Insiden yang Memicu Kekhawatiran
Dalam dua hari terakhir saja, dua peristiwa mengejutkan telah terjadi, melibatkan penembakan di rest area Kilometer 45 Tol Jakarta-Merak dan penodongan senjata api di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Insiden pertama terjadi pada Kamis, 2 Januari 2025, pukul 04.30 pagi, di mana pemilik rental mobil bernama Ilyas Abdurrahman (48) tewas akibat tembakan di dada. Sementara itu, pegawainya, Ramli Abu Bakar (60), mengalami luka tembak di bahu. Penembakan ini diduga melibatkan seorang anggota TNI Angkatan Laut.
Kapolres Kota Tangerang, Komisaris Besar Baktiar Joko Mujiono, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menangkap empat orang terkait kasus ini, termasuk penyewa mobil rental, Ajat Supriatna. Namun, keterlibatan anggota TNI AL dalam insiden ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh Pusat Polisi Militer Angkatan Laut. Dari lokasi kejadian, polisi menemukan lima selongsong peluru kaliber 9 milimeter merek Luger dan sebuah mobil Honda Brio berwarna oranye.
Kasus kedua terjadi di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, sehari sebelumnya, ketika seorang petugas Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan menggunakan senjata api untuk menakut-nakuti seorang pengemudi truk yang sedang berselisih terkait antrean masuk kapal feri. Tindakan ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak karena dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang yang membahayakan keselamatan orang lain.
Baca juga : Mengapa Amnesti untuk Koruptor Bukan Solusi?
Baca juga : Skandal Abad Ini: Jokowi Masuk Daftar Elite Kejahatan Global 2024
Baca juga : Pengampunan Koruptor: Harapan Baru atau Titik Nol Pemberantasan Korupsi?
Akar Masalah: Lemahnya Pengawasan dan Integritas Aparat
Pengamat keamanan nasional, Aditya Wirawan, menyatakan bahwa maraknya penyalahgunaan senjata api menunjukkan adanya masalah mendasar dalam sistem pengawasan dan pelatihan aparat. “Senjata api adalah alat yang mematikan, dan penggunaannya harus diatur secara ketat dengan standar operasional yang jelas. Namun, ketika integritas aparat lemah, risiko penyalahgunaan senjata api menjadi semakin besar,” ujarnya.
Aditya menambahkan bahwa lemahnya pengawasan internal dan kurangnya transparansi dalam penanganan kasus-kasus seperti ini hanya memperburuk keadaan. “Kita membutuhkan mekanisme audit yang lebih ketat, termasuk pemeriksaan berkala terhadap kepemilikan dan penggunaan senjata api di kalangan aparat,” tegasnya.
Sementara itu, Nia Lestari, seorang aktivis hak asasi manusia, menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih manusiawi dalam pelatihan aparat, terutama terkait penanganan situasi konflik. “Penggunaan senjata api seharusnya menjadi pilihan terakhir, hanya dalam kondisi yang benar-benar membahayakan keselamatan. Tindakan semena-mena dengan senjata api bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga mencederai kepercayaan masyarakat terhadap aparat,” katanya.
Dampak Sosial dan Psikologis
Kasus-kasus penyalahgunaan senjata api ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam bagi masyarakat. Ketakutan akan keamanan di ruang publik semakin meningkat, terutama ketika aparat yang seharusnya melindungi justru menjadi ancaman.
“Kami takut untuk bepergian jauh atau bahkan berada di tempat umum. Siapa yang bisa menjamin keamanan kami jika orang-orang yang seharusnya menjaga keamanan malah menyalahgunakan kekuasaan mereka?” ujar Lestari, seorang ibu rumah tangga di Jakarta.
Dampak ini juga dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah yang sering bepergian ke luar kota untuk kebutuhan bisnis. Mereka khawatir menjadi sasaran tindak kekerasan seperti yang dialami oleh korban penembakan di rest area Kilometer 45 Tol Jakarta-Merak.
Tuntutan Reformasi Penggunaan Senjata Api
Rentetan kasus ini menuntut adanya reformasi besar-besaran dalam pengaturan kepemilikan dan penggunaan senjata api di Indonesia. Beberapa langkah mendesak yang perlu dilakukan antara lain:
- Penguatan Pengawasan Internal: Setiap institusi, baik militer maupun kepolisian, harus memiliki mekanisme pengawasan internal yang ketat untuk memastikan bahwa penggunaan senjata api sesuai dengan prosedur dan tidak disalahgunakan.
- Pelatihan Ulang untuk Aparat: Aparat yang bertugas di lapangan harus menjalani pelatihan ulang secara berkala, terutama dalam menghadapi situasi konflik tanpa menggunakan kekerasan.
- Pengawasan Independen: Diperlukan lembaga pengawasan independen yang dapat memantau penggunaan senjata api oleh aparat, sehingga tidak ada penyalahgunaan kekuasaan yang luput dari perhatian publik.
- Penegakan Hukum yang Tegas: Setiap aparat yang terbukti menyalahgunakan senjata api harus dikenai sanksi hukum yang setimpal, tanpa pandang bulu. Langkah ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan.
- Transparansi Penanganan Kasus: Institusi terkait harus bersikap transparan dalam menangani kasus-kasus penyalahgunaan senjata api, termasuk memberikan informasi yang jelas kepada publik mengenai perkembangan penyelidikan.
Harapan untuk Masa Depan
Penyalahgunaan senjata api bukanlah masalah sepele. Insiden seperti ini bisa menjadi pemicu krisis kepercayaan yang lebih luas terhadap institusi keamanan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa senjata api hanya digunakan sesuai dengan tujuannya, yaitu melindungi masyarakat.
Harapan besar tertuju pada pimpinan institusi keamanan untuk mengambil tindakan tegas dan cepat dalam menangani masalah ini. Masyarakat Indonesia berhak merasa aman di ruang publik tanpa rasa takut akan ancaman dari pihak mana pun, termasuk aparat yang menyalahgunakan kewenangan mereka.
Reformasi dalam penggunaan senjata api bukan hanya soal prosedur, tetapi juga soal membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keamanan negara. Dengan pengawasan yang lebih baik, pelatihan yang efektif, dan integritas yang tinggi, Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif bagi semua warganya.
Pada akhirnya, tanggung jawab untuk menciptakan keamanan yang adil dan merata bukan hanya berada di tangan aparat, tetapi juga menjadi tugas kita bersama sebagai masyarakat yang peduli akan masa depan bangsa. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Mengapa Amnesti untuk Koruptor Bukan Solusi?
Skandal Abad Ini: Jokowi Masuk Daftar Elite Kejahatan Global 2024
Pengampunan Koruptor: Harapan Baru atau Titik Nol Pemberantasan Korupsi?
Koruptor Diampuni? Pengkhianatan Terbesar terhadap Keadilan!
Koruptor Bebas dengan Denda? Drama Pengampunan yang Gagal Total!
Korupsi: Kanker Mematikan yang Menggerogoti Indonesia!
Mary Jane Veloso: Dua Kutub Nasib dalam Satu Hidup
Darah Remaja di Ujung Peluru: Aksi Polisi yang Berujung Tragedi
Peluru Tajam di Jalanan: Tragedi di Tangan Penegak Hukum
Pelajar Tertembak: Nyawa Melayang di Tengah Tuduhan Tawuran yang Sarat Kontroversi
Guru Pengabdi 16 Tahun Dibebaskan dari Jerat Kriminalisasi: Keadilan yang Akhirnya Datang
Era Baru HAM di Bawah Prabowo: Harapan Besar atau Ancaman Gelap?
Teriakan Keadilan: Perjuangan Tak Berujung untuk Sang Siswi yang Terlupakan!
Prabowo Gempur Korupsi: Bersihkan Indonesia Demi Ekonomi Sehat dan Masa Depan Cerah!
Jerat Hukum Mengerikan: Keluarga Rafael Alun Terancam Gulungan Besar Kasus Pencucian Uang!
Kementerian Komunikasi dan Digital Diguncang! Komplotan Pelindung Situs Judi Terbongkar
Skandal Judi Online: 11 Pegawai Komdigi Terlibat, Menteri Geram dan Bertindak Tegas!
Drama Penahanan Tom Lembong: Menguak Skandal Besar Impor Gula di Indonesia
Benteng Pemberantas Judi Daring Justru Jadi Sarang Perlindungan!
Putusan MK Guncang UU Cipta Kerja: Kluster Ketenagakerjaan Tumbang, Buruh Rayakan Kemenangan Besar!
Drama Korupsi Gula: Tom Lembong di Bawah Tembak Politik dan Hukum!
Skandal Manis Berujung Pahit: Misteri Korupsi Gula yang Terbongkar Setelah Sembilan Tahun
RUU Perampasan Aset: Harapan Terakhir Bangsa Mengakhiri Korupsi!
Supriyani: Guru yang Dituduh Memukul Anak Polisi, Terjebak dalam Jaring Hukum yang Tak Kunjung Lepas
Reformasi Total: Gaji Hakim Melambung, Integritas Pengadilan Terpuruk ?
Jerat Maut Korupsi: Sahbirin Noor dan Miliaran Rupiah Uang Suap yang Terkubur di Balik Proyek
Indonesia, Surga bagi Koruptor dengan Vonis Ringan yang Mengejutkan!
Pemecatan yang Menghancurkan Karier: Rudy Soik dan Sidang Tanpa Suara
Hutan Indonesia di Ujung Kehancuran: Jerat Impunitas Korporasi yang Tak Terbendung
Rudy Soik: Sang Penantang Mafia BBM yang Dikorbankan Demi Kekuasaan?
Skandal Korupsi Gubernur Kalsel: Sahbirin Noor Dicegah ke Luar Negeri, Terancam DPO!
MAKI Tantang Kejagung! Robert Bonosusatya Bebas dari Jerat Korupsi Timah?
Kejagung Bongkar Rekor! Uang Rp 372 Miliar Disembunyikan di Lemari Besi Kasus Duta Palma
Skandal Tambang Miliaran! Mantan Gubernur Kaltim Terjerat Korupsi Besar-Besaran ?
Tragedi Bekasi: Salah Prosedur Polisi ? , Tujuh Remaja Tewas di Kali!
Mengendalikan Triliunan Rupiah: Bos Narkoba Hendra Sabarudin dari Dalam Lapas
Relawan Tanam Pohon atau Tanam Konflik? PT MEG dan Drama Eco City di Pulau Rempang
Menjaga KPK: Ketatnya Pengawasan, Longgarnya Etika
Drama Kepemimpinan Kadin: Siapa Bos, Siapa ‘Bos’?
Drama Kadin: Aklamasi Sah, Kuorum Bisa Disanggah
300 Triliun Hilang, Hukuman Ditebus dengan Rp 5.000: Harga Keadilan di Tanah Timah
Munaslub: Ketika Kuorum Jadi Interpretasi Pribadi
Drama Munaslub: Ketika Kursi Ketua Kadin Jadi Rebutan, Hukum Cuma Penonton?
Anindya Bakrie Naik Tahta Kadin: Munaslub ala ‘Keluarga Besar’ yang Ditolak 20+ Provinsi
Tinjauan Pro dan Kontra Penempatan Komponen Cadangan di Ibu Kota Nusantara
Strategi Presiden Jokowi dalam Memilih Pimpinan KPK: Membaca Dinamika Politik dan Hukum di Indonesia
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi