Jakarta, Kowantaranews.com -Peristiwa memilukan terjadi di Semarang pada Minggu, 24 November 2024, ketika Gamma Rizkynata Oktafandy, seorang siswa SMKN 4 Semarang, tewas setelah terkena tembakan dari seorang anggota kepolisian. Insiden ini menyita perhatian publik, mengguncang kepercayaan terhadap aparat penegak hukum, dan menimbulkan berbagai pertanyaan tentang prosedur penggunaan senjata api oleh polisi.
Menurut keterangan resmi polisi, Aipda Robig Zaenudin, seorang anggota Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang, melepaskan dua tembakan tanpa peringatan dalam upaya melerai tawuran antar pelajar. Namun, tindakan itu justru melukai tiga siswa, yaitu Gamma, A, dan S. Nyawa Gamma tidak tertolong akibat luka tembak, sementara dua temannya masih dirawat di rumah sakit.
Kronologi Insiden
Kejadian bermula ketika sejumlah siswa SMKN 4 Semarang diduga terlibat tawuran di sebuah lokasi. Polisi mengklaim bahwa Aipda Robig berada di lokasi untuk membubarkan perkelahian. Namun, alih-alih mengambil langkah preventif seperti mengeluarkan tembakan peringatan atau menunggu bala bantuan, ia langsung melepaskan peluru tajam ke arah siswa.
Keterangan ini menuai keraguan dari berbagai pihak, termasuk keluarga korban, rekan-rekan sekolah, dan pengamat hukum. Mereka mempertanyakan alasan di balik tindakan Robig yang begitu drastis. Apakah situasinya memang mengancam nyawa sehingga memerlukan penggunaan senjata api? Mengapa tembakan diarahkan langsung ke tubuh siswa, bukan ke udara sebagai peringatan?
Baca juga : Pelajar Tertembak: Nyawa Melayang di Tengah Tuduhan Tawuran yang Sarat Kontroversi
Baca juga : Guru Pengabdi 16 Tahun Dibebaskan dari Jerat Kriminalisasi: Keadilan yang Akhirnya Datang
Baca juga : Era Baru HAM di Bawah Prabowo: Harapan Besar atau Ancaman Gelap?
Respon Masyarakat
Kematian Gamma memicu gelombang protes di Semarang. Ratusan siswa, aktivis, dan masyarakat umum berkumpul di depan Kantor Polda Jawa Tengah pada Kamis, 28 November 2024, untuk menyuarakan kemarahan mereka. Poster-poster bertuliskan “Hentikan Tindakan Brutal Polisi” dan “Keadilan untuk Gamma” dibakar sebagai simbol protes terhadap tindakan represif aparat.
Di media sosial, tagar seperti #JusticeForGamma dan #StopPoliceBrutality menjadi trending topic. Warganet mendesak pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini secara transparan dan memastikan pelaku dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
“Kami tidak akan tinggal diam,” ujar salah satu kerabat Gamma. “Kami ingin keadilan, bukan hanya untuk Gamma, tapi untuk semua korban kebrutalan polisi.”
Pelanggaran Prosedur
Kasus ini kembali menyoroti lemahnya implementasi aturan penggunaan senjata api di tubuh Polri. Berdasarkan Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian, senjata api seharusnya menjadi pilihan terakhir untuk melindungi nyawa manusia ketika semua upaya lain telah gagal.
Selain itu, Perkap No. 8/2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar HAM dalam Penyelenggaraan Tugas Polri menyebutkan bahwa penggunaan senjata api harus proporsional, dapat dipertanggungjawabkan, dan hanya digunakan untuk menghadapi ancaman serius terhadap nyawa. Tindakan Robig yang langsung melepaskan tembakan tanpa peringatan jelas bertentangan dengan aturan ini.
Tidak hanya itu, insiden ini juga memperlihatkan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap penggunaan senjata api. Tanpa adanya kamera tubuh (body camera) yang merekam tindakan polisi di lapangan, sulit untuk memastikan kebenaran kronologi yang disampaikan pihak berwenang.
Kasus Serupa di Solok Selatan
Ironisnya, hanya dua hari sebelum insiden ini, kasus serupa terjadi di Solok Selatan, Sumatera Barat. Kepala Bagian Operasional Polres Solok Selatan, Ajun Komisaris Dadang Iskandar, menembak mati Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Solok Selatan, Ajun Komisaris Ryanto Ulil Anshar. Penembakan tersebut diduga terkait konflik internal yang dipicu oleh kasus tambang ilegal.
Kasus di Solok Selatan semakin memperkuat argumen bahwa penggunaan senjata api di kalangan aparat kepolisian sering kali tidak sesuai prosedur dan cenderung menjadi alat penyelesaian konflik pribadi.
Reformasi Diperlukan
Tragedi yang menimpa Gamma menunjukkan perlunya reformasi mendalam di tubuh Polri. Ada beberapa langkah yang mendesak untuk dilakukan:
- Peningkatan Pelatihan
Polisi harus diberi pelatihan yang lebih baik dalam manajemen konflik dan penggunaan senjata api. Mereka perlu memahami kapan dan bagaimana senjata api digunakan tanpa melanggar prinsip HAM. - Penggunaan Kamera Tubuh
Mewajibkan anggota polisi yang bertugas di lapangan untuk mengenakan kamera tubuh. Langkah ini dapat memastikan transparansi dalam tindakan mereka serta menjadi bukti yang objektif jika terjadi insiden. - Pengawasan Ketat
Perlu ada pengawasan independen terhadap penggunaan senjata api oleh aparat, termasuk investigasi menyeluruh terhadap setiap insiden penembakan. - Penegakan Hukum
Kasus seperti ini harus ditangani dengan tegas dan adil. Anggota polisi yang terbukti melanggar prosedur harus dihukum tanpa pandang bulu agar menjadi contoh bagi yang lain.
Harapan untuk Keadilan
Gamma kini telah tiada, tetapi kematiannya seharusnya menjadi titik balik untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Publik berharap agar penyelidikan kasus ini dilakukan secara transparan, tidak hanya untuk memberikan keadilan bagi keluarga korban, tetapi juga untuk memperbaiki citra kepolisian yang semakin tercoreng.
“Kami kehilangan Gamma, tetapi kami tidak ingin kehilangan harapan terhadap keadilan,” ungkap salah satu teman sekolah Gamma dalam aksi solidaritas.
Pada akhirnya, tragedi ini bukan hanya soal seorang siswa yang kehilangan nyawanya, tetapi juga tentang bagaimana kita sebagai masyarakat bisa memastikan bahwa aparat yang seharusnya melindungi, tidak menjadi ancaman. “Peluru tajam di jalanan” tidak boleh lagi menjadi pemandangan yang kita anggap biasa. Sudah waktunya tindakan represif aparat dihentikan, dan keadilan ditegakkan untuk semua. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Pelajar Tertembak: Nyawa Melayang di Tengah Tuduhan Tawuran yang Sarat Kontroversi
Guru Pengabdi 16 Tahun Dibebaskan dari Jerat Kriminalisasi: Keadilan yang Akhirnya Datang
Era Baru HAM di Bawah Prabowo: Harapan Besar atau Ancaman Gelap?
Teriakan Keadilan: Perjuangan Tak Berujung untuk Sang Siswi yang Terlupakan!
Prabowo Gempur Korupsi: Bersihkan Indonesia Demi Ekonomi Sehat dan Masa Depan Cerah!
Jerat Hukum Mengerikan: Keluarga Rafael Alun Terancam Gulungan Besar Kasus Pencucian Uang!
Kementerian Komunikasi dan Digital Diguncang! Komplotan Pelindung Situs Judi Terbongkar
Skandal Judi Online: 11 Pegawai Komdigi Terlibat, Menteri Geram dan Bertindak Tegas!
Drama Penahanan Tom Lembong: Menguak Skandal Besar Impor Gula di Indonesia
Benteng Pemberantas Judi Daring Justru Jadi Sarang Perlindungan!
Putusan MK Guncang UU Cipta Kerja: Kluster Ketenagakerjaan Tumbang, Buruh Rayakan Kemenangan Besar!
Drama Korupsi Gula: Tom Lembong di Bawah Tembak Politik dan Hukum!
Skandal Manis Berujung Pahit: Misteri Korupsi Gula yang Terbongkar Setelah Sembilan Tahun
RUU Perampasan Aset: Harapan Terakhir Bangsa Mengakhiri Korupsi!
Supriyani: Guru yang Dituduh Memukul Anak Polisi, Terjebak dalam Jaring Hukum yang Tak Kunjung Lepas
Reformasi Total: Gaji Hakim Melambung, Integritas Pengadilan Terpuruk ?
Jerat Maut Korupsi: Sahbirin Noor dan Miliaran Rupiah Uang Suap yang Terkubur di Balik Proyek
Indonesia, Surga bagi Koruptor dengan Vonis Ringan yang Mengejutkan!
Pemecatan yang Menghancurkan Karier: Rudy Soik dan Sidang Tanpa Suara
Hutan Indonesia di Ujung Kehancuran: Jerat Impunitas Korporasi yang Tak Terbendung
Rudy Soik: Sang Penantang Mafia BBM yang Dikorbankan Demi Kekuasaan?
Skandal Korupsi Gubernur Kalsel: Sahbirin Noor Dicegah ke Luar Negeri, Terancam DPO!
MAKI Tantang Kejagung! Robert Bonosusatya Bebas dari Jerat Korupsi Timah?
Kejagung Bongkar Rekor! Uang Rp 372 Miliar Disembunyikan di Lemari Besi Kasus Duta Palma
Skandal Tambang Miliaran! Mantan Gubernur Kaltim Terjerat Korupsi Besar-Besaran ?
Tragedi Bekasi: Salah Prosedur Polisi ? , Tujuh Remaja Tewas di Kali!
Mengendalikan Triliunan Rupiah: Bos Narkoba Hendra Sabarudin dari Dalam Lapas
Relawan Tanam Pohon atau Tanam Konflik? PT MEG dan Drama Eco City di Pulau Rempang
Menjaga KPK: Ketatnya Pengawasan, Longgarnya Etika
Drama Kepemimpinan Kadin: Siapa Bos, Siapa ‘Bos’?
Drama Kadin: Aklamasi Sah, Kuorum Bisa Disanggah
300 Triliun Hilang, Hukuman Ditebus dengan Rp 5.000: Harga Keadilan di Tanah Timah
Munaslub: Ketika Kuorum Jadi Interpretasi Pribadi
Drama Munaslub: Ketika Kursi Ketua Kadin Jadi Rebutan, Hukum Cuma Penonton?
Anindya Bakrie Naik Tahta Kadin: Munaslub ala ‘Keluarga Besar’ yang Ditolak 20+ Provinsi
Tinjauan Pro dan Kontra Penempatan Komponen Cadangan di Ibu Kota Nusantara
Strategi Presiden Jokowi dalam Memilih Pimpinan KPK: Membaca Dinamika Politik dan Hukum di Indonesia
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi