Jakarta, Kowantaranews.com -Bencana hidrometeorologi terburuk tahun ini melanda Aceh dan Sumatera Utara sejak Selasa (25/11). Hingga Kamis sore ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 39 orang tewas dan puluhan lainnya masih hilang akibat banjir bandang serta tanah longsor yang dipicu Siklon Tropis Senyar—evolusi Bib 95B—dan pengaruh Siklon Tropis Koto di Laut Sulu.
Di Sumatera Utara, Tapanuli Selatan menjadi daerah terparah. Sebanyak 32 korban jiwa ditemukan di tiga kecamatan: Batang Toru, Sipirok, dan Marancar. Longsor menimbun rumah-rumah di lereng Bukit Tor Sihujungan dan Desa Pardomuan Nainggolan hingga rata dengan tanah. “Saya lihat rumah tetangga lenyap dalam hitungan detik,” ujar Sarmi Boru Sinaga, warga yang selamat di Batang Toru.
Jalan nasional Tarutung–Sibolga putus total di tujuh titik. Material longsor setinggi 10–15 meter menutup badan jalan, membuat truk bantuan dari Medan tertahan di Sipirok sejak Rabu malam. Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah terisolasi, listrik padam, sinyal telepon hilang. Ribuan warga di Kecamatan Pandan, Barus, dan Sorkam mengungsi ke bukit dengan berjalan kaki.
Di Aceh, banjir merendam 14 kabupaten/kota. Kota Langsa menjadi pusat perhatian karena ketinggian air mencapai 1,5–2 meter di pemukiman padat. Lima orang tewas terseret arus, termasuk seorang anak berusia 9 tahun di Gampong Jawa. Jalan lintas Medan–Banda Aceh terputus di Aceh Tamiang dan Aceh Timur akibat longsor dan pohon tumbang.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyatakan situasi masih kritis. “Akses darat terbatas, komunikasi putus, dan hujan masih turun dengan intensitas tinggi hingga Jumat besok,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (27/11). BMKG memperingatkan potensi hujan ekstrem (>150 mm/hari) berlanjut hingga 1 Desember akibat kombinasi Indian Ocean Dipole negatif dan siklon tropis.
Tim SAR gabungan TNI, Polri, Basarnas, dan relawan terus melakukan evakuasi. Helikopter Super Puma dikerahkan untuk mendrop logistik ke Sibolga dan Tapanuli Tengah. Namun, kabut tebal dan angin kencang membatasi penerbangan. “Kami butuh tenda, makanan siap saji, selimut, dan obat-obatan secepatnya,” ujar Kapolda Sumut Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi di lokasi bencana.
Beberapa bupati telah menetapkan status darurat 14 hari. Pemerintah Provinsi Sumut membuka posko induk di Medan dan menyiapkan kapal laut dari Belawan untuk mengangkut bantuan ke Sibolga jika jalan darat tak kunjung terbuka.
Aroma yang Membawa Pulang: Ketika Makanan Menyimpan Kenangan
Di balik duka, cerita heroik muncul. Seorang guru SD di Tapanuli Selatan, Rohani Siregar, berhasil menyelamatkan 27 muridnya dengan membawa mereka ke atas atap sekolah sebelum bangunan ambruk diterjang longsor. “Saya cuma pegang tangan mereka satu per satu, berdoa agar air tidak naik lagi,” tuturnya dengan suara bergetar.
Hingga berita ini diturunkan, operasi pencarian korban hilang masih berlangsung di bawah guyuran hujan. Masyarakat diminta tetap waspada, menghindari lembah sungai dan tebing rawan longsor. Bencana ini menjadi pengingat keras bahwa perubahan iklim dan kerusakan lingkungan memperparah daya rusak alam. By Mukroni
Aroma yang Membawa Pulang: Ketika Makanan Menyimpan Kenangan
Ketimpangan Wilayah: Bom Waktu Struktural yang Terabaikan di Balik Kemegahan Jabodetabek
Marsinah Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Simbol Perjuangan Buruh Perempuan

