Jakarta, Kowantaranews.com – Pemerintah Indonesia tidak main-main dalam memanfaatkan momentum libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) sebagai mesin penggerak ekonomi. Di tengah tantangan global, periode akhir tahun ini direkayasa menjadi sebuah stimulus fiskal dan konsumsi raksasa. Melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah menargetkan perputaran uang mencapai Rp 120 triliun, didukung oleh strategi “Great Sale” nasional yang mengintegrasikan diskon belanja ritel, pemangkasan tarif transportasi, hingga fleksibilitas kerja bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa strategi ini dirancang untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi Triwulan IV-2025. Jantung dari strategi ini adalah gelaran diskon ritel yang agresif melalui tiga program utama. Pertama, Harbolnas 2025 yang berlangsung 10-16 Desember menyasar ekosistem digital dengan diskon hingga 90% di berbagai lokapasar. Kedua, program EPIC (Every Purchase is Cheap) yang berjalan sepanjang bulan Desember dengan potongan harga hingga 80% di ritel modern anggota Aprindo. Ketiga, program BINA (Belanja di Indonesia Aja) yang berlangsung mulai 18 Desember hingga 4 Januari 2026, yang secara khusus memberikan tambahan diskon 11% bagi wisatawan mancanegara untuk menahan devisa di dalam negeri.
Namun, stimulus belanja tidak akan efektif jika masyarakat terbebani biaya perjalanan yang tinggi. Menyikapi prediksi pergerakan 119,5 juta orang—atau sekitar 42% populasi Indonesia—pemerintah mengintervensi struktur biaya transportasi secara masif. Di sektor darat, Jasa Marga dan operator tol lainnya memberlakukan diskon tarif hingga 20% pada 26 ruas tol strategis di Trans Jawa, Sumatera, dan Sulawesi pada tanggal-tanggal krusial arus mudik dan balik. Khusus untuk Jalan Tol Manado-Bitung, diskon diberlakukan lebih panjang selama 20 hari untuk mendukung wisata Natal di Sulawesi Utara.
Intervensi serupa diterapkan pada moda transportasi lain. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyediakan diskon 30% untuk tiket kereta kelas ekonomi komersial, sebuah langkah taktis untuk menyasar kelas menengah yang sensitif terhadap harga. Di udara, pemerintah berhasil menekan harga tiket pesawat sebesar 13-14% melalui relaksasi fuel surcharge dan biaya jasa bandara, memastikan konektivitas ke wilayah kepulauan tetap terjangkau selama periode 22 Desember hingga 10 Januari.
Hilirisasi Rempah 2045: Ambisi Besar Indonesia atau Sekadar Tumpukan Dokumen?
Terobosan paling signifikan tahun ini adalah usulan penerapan Work From Anywhere (WFA) bagi ASN. Menteri Airlangga mengusulkan fleksibilitas kerja, khususnya pada tanggal “kejepit” seperti 29-31 Desember 2025, untuk memecah konsentrasi kemacetan sekaligus memperpanjang durasi tinggal (length of stay) wisatawan di daerah. Dengan bekerja dari destinasi wisata, belanja konsumsi ASN diharapkan mengalir lebih deras ke ekonomi lokal di luar pusat pemerintahan.
Kombinasi antara guyuran insentif ritel, subsidi ongkos angkut, dan fleksibilitas waktu ini diharapkan menciptakan efek pengganda (multiplier effect) yang solid. Jika skenario ini berjalan mulus, Nataru 2025 bukan hanya menjadi perayaan pergantian tahun, melainkan pesta ekonomi yang menutup tahun fiskal dengan catatan pertumbuhan yang positif. By Mukroni
Hilirisasi Rempah 2045: Ambisi Besar Indonesia atau Sekadar Tumpukan Dokumen?
Indonesia Luncurkan Peta Jalan Hilirisasi Rempah 2025-2045: Kembali Jadi Raja Rempah Dunia
Berulang, Kita Berkhianat: Gajah Membersihkan Puing Rumahnya Sendiri
Glühwein dan Labirin Kerajinan: Pasar Natal Berlin Tetap Hangat di Suhu 4°C
Sumatra Barat Daya Krisis: Penjarahan Mulai Terjadi, Stok Pangan Tinggal Hitungan Hari
Sumatra Tenggelam: Tambang dan Sawit Ubah Siklon Jadi Pembantaian Massal
Korban Tewas Banjir Bandang Sumatera Capai 188 Orang, 167 Masih Hilang

