Jakarta, Kowantaranews.com -Di sebuah Warung Tegal (Warteg) di tepi jalan di Kota Tegal, hiduplah komunitas kecil yang kental dengan nilai-nilai etika dalam komunikasi. Warung Tegal (Warteg) ini, dikelola oleh Pak Slamet, menjadi tempat berkumpul warga setempat untuk berdiskusi, berbagi cerita, dan menyemangati satu sama lain. Di Warung Tegal (Warteg) ini, terjalin kebersamaan yang erat dan saling menghargai menjadi kunci utama.
Cerita ini berfokus pada tiga tokoh utama: Pak Slamet, pemilik Warung Tegal (Warteg) yang bijak; Siti, seorang ibu rumah tangga yang cerdas; dan Joko, seorang pekerja keras yang selalu bersemangat. Mereka adalah contoh hidup dari etika komunikasi yang terjaga di lingkungan ini.
Suatu hari, Siti, Joko, dan beberapa pelanggan Warung Tegal (Warteg) berkumpul untuk membahas rencana peningkatan lingkungan sekitar. Ide-ide bermunculan, dan diskusi pun dimulai. Siti memiliki pandangan yang berbeda dengan Joko tentang cara terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Namun, meskipun perbedaan pandangan, Siti dan Joko saling mendengarkan dengan penuh perhatian saat berbicara. Mereka menggunakan bahasa yang sopan dan menghindari kata-kata merendahkan. Pak Slamet turut serta dalam diskusi, menekankan pentingnya menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.
Baca Juga : Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Baca Juga : Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Baca Juga : Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Ketika Siti memberikan usulnya, Joko menjawab dengan menghargai dan menyampaikan sudut pandangnya dengan santun. Mereka saling bertukar ide tanpa menyinggung satu sama lain. Pak Slamet memberikan contoh yang baik dengan tidak memihak, melainkan memberikan pandangan objektif untuk merangsang diskusi yang lebih produktif.
Saat ada perbedaan pendapat, mereka tidak ragu untuk bertanya satu sama lain dengan sopan, mencari pemahaman yang lebih dalam. Siti, dengan kecerdasannya, menggali argumen Joko dan mencoba mencari solusi yang dapat menyatukan pandangan mereka.
Pada satu titik, Siti tidak setuju dengan satu usul Joko, tetapi dia mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan cara yang membangun. “Saya melihat bahwa ide ini mungkin memiliki kelemahan ini, tetapi mungkin kita bisa memikirkan solusi bersama untuk mengatasi itu,” ujarnya dengan ramah.
Mereka semua menunjukkan kesediaan untuk belajar dari satu sama lain dan membangun pemahaman bersama. Diskusi berjalan dengan penuh rasa hormat, dan hasil akhirnya adalah rencana yang mencerminkan kerja sama dan kebijaksanaan kolektif.
Cerita ini menggambarkan bahwa di Warung Tegal (Warteg) kecil di Kota Tegal, etika dalam komunikasi adalah pondasi dari kebersamaan yang kuat. Melalui pendekatan yang saling menghormati, warga setempat mampu mengatasi perbedaan dan mencapai kesepakatan bersama untuk memajukan lingkungan mereka. Warung Tegal (Warteg) itu tidak hanya menjadi tempat untuk mencicipi kopi, tetapi juga tempat di mana nilai-nilai etika hidup dan dijunjung tinggi setiap harinya.
Baca Juga : Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Baca Juga : Saran KOWANTARA : 10 Sikap Warteg Jika ada Pejabat Tinggi yang Melihat Sebelah Mata Keberadaan Warteg
Baca Juga : Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Sementara ada 10 Ketidaksetujuan terhadap penggunaan kata-kata merendahkan seperti “bodoh” dan “tolol” didasarkan pada beberapa alasan yang mencerminkan nilai-nilai komunikasi yang positif dan penghormatan terhadap orang lain. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita sebaiknya menghindari penggunaan kata-kata merendahkan:
- Merendahkan tidak memecahkan masalah: Menggunakan kata-kata merendahkan seperti “bodoh” atau “tolol” tidak memberikan solusi konstruktif pada masalah. Sebaliknya, hal tersebut hanya menciptakan konflik dan ketegangan.
- Menyulitkan komunikasi: Penggunaan kata-kata merendahkan dapat membuat orang defensif dan sulit untuk diajak berdiskusi. Ini bisa menyulitkan komunikasi yang efektif.
- Merendahkan dapat menyakiti perasaan: Kata-kata merendahkan dapat menyakiti perasaan orang dan menciptakan suasana yang tidak nyaman. Ini bisa merugikan hubungan personal dan profesional.
- Menyederhanakan kompleksitas: Menggolongkan ide atau orang sebagai “bodoh” mengabaikan kompleksitas situasi dan tidak memberikan ruang bagi pemahaman yang lebih mendalam.
- Menurunkan moral: Penggunaan kata-kata merendahkan dapat menurunkan moral dan motivasi orang untuk berkontribusi atau berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
- Menghambat pertumbuhan pribadi: Mengkritik secara merendahkan cenderung menghalangi perkembangan pribadi dan pembelajaran. Orang mungkin menjadi enggan mencoba hal baru atau berbagi ide karena takut dinilai negatif.
- Membentuk persepsi negatif: Menggunakan kata-kata merendahkan dapat membentuk persepsi negatif terhadap individu atau kelompok, bahkan jika mereka memiliki potensi atau kontribusi yang berharga.
- Merugikan kolaborasi: Kritik merendahkan dapat menghambat kolaborasi dan kerja tim karena menciptakan suasana tidak ramah dan tidak mendukung.
- Menyulitkan resolusi konflik: Kata-kata merendahkan seringkali memperburuk konflik daripada membantu menemukan solusi yang adil dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.
- Menurunkan citra diri: Penggunaan kata-kata merendahkan dapat merendahkan citra diri seseorang, bahkan jika kritik tersebut tidak beralasan. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan motivasi individu.
Foto Dok.Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
Gurihnya Coto Makassar Legendaris di Air Mancur Bogor, Yuk ke Sana