Jakarta, Kowantaranews.com -Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, Persaingan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dan kekuasaan perdagangan Eropa di wilayah itu mencapai puncaknya. Salah satu konflik yang paling menonjol adalah antara Kesultanan Mataram yang ambisius dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan perdagangan Belanda yang mendominasi perdagangan di Hindia Timur pada masa itu. Kisah tragis penyerangan Batavia oleh Mataram adalah cerminan dari ambisi, konflik kepentingan, dan realitas kekuasaan pada masa kolonial.
Latar Belakang Sejarah
Pada penghujung abad ke-16, Kesultanan Mataram di Jawa Tengah sedang dalam puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Agung. Mataram merupakan salah satu kekuatan dominan di Pulau Jawa, dengan wilayahnya yang meliputi sebagian besar Jawa Tengah dan Yogyakarta modern. Di sisi lain, VOC, yang didirikan pada tahun 1602, telah memperluas jaringan perdagangannya di wilayah Hindia Timur, termasuk mendirikan basis di pulau-pulau penting seperti Ambon dan Banda di Maluku.
Pada tahun 1619, VOC berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten dan mendirikan Batavia sebagai basis perdagangan dan administrasi mereka di Jawa. Hal ini membuat Sultan Agung khawatir akan dominasi VOC di wilayah pantai utara Jawa, yang merupakan jalur perdagangan utama pada masa itu. VOC, dengan sumber daya dan kekuatan militer mereka yang besar, menjadi ancaman serius bagi Mataram.
Konflik Awal dan Diplomasi
Sebelum jatuhnya Jayakarta, VOC sudah mencoba mendirikan loji-loji dagang di pantai utara Mataram. Namun, Sultan Agung menolak permintaan ini karena khawatir akan kehilangan kontrol ekonomi dan politik di wilayahnya sendiri. Ketika Jayakarta jatuh ke tangan VOC, Sultan Agung merasa terdesak untuk menghadapi kekuatan yang semakin mengancam ini.
Pada tahun 1621, Mataram dan VOC menjalin hubungan diplomatik, dengan pertukaran utusan besar antara kedua belah pihak. Namun, hubungan ini segera memburuk ketika VOC menolak membantu Mataram dalam kampanye militer melawan Surabaya. Sultan Agung, yang semakin frustrasi dengan penolakan ini dan ambisi VOC yang semakin jelas, memutuskan untuk mengambil tindakan lebih lanjut.
Persiapan Mataram untuk Menyerang Batavia
Pada tahun 1628, Mataram melakukan persiapan serius untuk menyerang Batavia. Tumenggung Bahureksa dari Kendal dipilih oleh Sultan Agung untuk memimpin penyerbuan ini. Pada bulan April 1628, Mataram mengirimkan utusan untuk menawarkan perdamaian kepada VOC dengan syarat-syarat tertentu, namun tawaran ini ditolak. Hal ini memicu Mataram untuk memulai serangan terbuka terhadap
Baca juga : Jejak Sejarah Tegal dan Peran Sentralnya dalam Mataram Islam: Dari Pangeran Purbaya hingga Warung Tegal
Pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan Mataram yang terdiri dari 900 prajurit mendarat di Teluk Jakarta dengan tujuan menyerang Benteng Belanda. Serangan ini awalnya disamarkan sebagai upaya perdagangan, dengan kapal-kapal Mataram membawa barang dagangan seperti sapi, gula, kelapa, dan beras. Namun, VOC dengan cepat mencurigai maksud sebenarnya dari kehadiran pasukan Mataram ini.
Pertempuran dan Kegagalan Mataram
Pertempuran antara pasukan Mataram dan VOC di sekitar Batavia berlangsung sengit. Pasukan Mataram, meskipun berani dan memiliki keunggulan awal, tidak mampu mengatasi kekuatan dan persenjataan modern VOC. VOC, yang memiliki keunggulan dalam senjata api dan struktur pertahanan yang kuat, berhasil mempertahankan benteng-benteng mereka meskipun serangan dari pasukan Mataram yang gigih.
Kegagalan utama Mataram terjadi pada bulan Oktober 1628 ketika serangan besar-besaran mereka terhadap Batavia tidak berhasil. Kurangnya persiapan logistik dan dukungan dari rakyat setempat, serta ketangguhan pertahanan VOC yang terorganisir dengan baik, menjadi faktor utama kegagalan ini. Sultan Agung, yang marah atas kegagalan ini dan melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap ambisi Mataram untuk membebaskan Jawa dari kekuasaan asing, mengambil tindakan keras terhadap para pemimpin militer yang dianggap bertanggung jawab.
Konsekuensi dan Pembelajaran
Setelah kegagalan ini, Mataram mencoba lagi untuk menaklukkan Batavia pada tahun-tahun berikutnya, namun semua upaya tersebut juga berakhir dengan kegagalan. VOC terus mengonsolidasikan kekuasaan mereka di wilayah tersebut dan memperkuat posisi ekonomi dan politik mereka di Hindia Timur. Sultan Agung, sementara itu, harus menghadapi tantangan internal dan eksternal lainnya yang mengancam kestabilan Mataram.
Peristiwa penyerangan Batavia oleh Mataram menjadi cerminan dari kompleksitas dan kekejaman konflik kolonial pada masa itu. Ini juga menggambarkan bagaimana ambisi politik dan ekonomi sebuah kerajaan dapat bertabrakan dengan kepentingan kuat perusahaan perdagangan Eropa yang beroperasi di wilayah yang jauh dari tanah air mereka. Kisah ini tidak hanya mengajarkan kita tentang dinamika kekuasaan dan diplomasi pada masa lalu, tetapi juga tentang konsekuensi tragis dari ambisi yang tidak terkendali dan liciknya politik internasional. *Mukroni
Sumber Kowantaranews
Foto intisari.grid.id
- Berita Terkait :
Tragedi Penyerangan Batavia: Kegagalan Mataram dan Hukuman Mati Pengkhianat Sultan AgungBatavia.
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota
Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T
Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
Gurihnya Coto Makassar Legendaris di Air Mancur Bogor, Yuk ke Sana