• Kam. Des 5th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Nepal Meminta Penghapusan Utang China untuk Bandara Baru yang Gagal Meningkatkan Ekonomi

ByAdmin

Agu 24, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com    -Ketika bandara internasional baru di Pokhara, salah satu kota terbesar di Nepal, dibuka pada tahun lalu, banyak yang berharap proyek ini akan menjadi katalisator untuk pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di negara tersebut. Bandara ini, yang dibangun dan dibiayai oleh China, merupakan bagian dari inisiatif ambisius untuk meningkatkan infrastruktur Nepal, yang diharapkan akan membawa kemakmuran bagi negara di kaki pegunungan Himalaya tersebut.

Pokhara dikenal sebagai pintu gerbang menuju beberapa jalur pendakian paling terkenal di dunia, termasuk Annapurna Circuit. Dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, kota ini selalu menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, bandara internasional baru diharapkan dapat memperkuat sektor pariwisata Nepal dengan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing langsung ke Pokhara. Namun, meskipun sudah beroperasi selama lebih dari setahun, bandara ini belum berhasil menarik penerbangan internasional reguler. Hal ini telah membuat banyak pihak bertanya-tanya tentang masa depan proyek tersebut dan dampaknya terhadap ekonomi Nepal yang sudah rapuh.

Tantangan dan Hambatan yang Dihadapi Bandara

Sejak dibuka, bandara internasional Pokhara menghadapi berbagai tantangan. Kurangnya penerbangan internasional reguler telah menimbulkan kekhawatiran bahwa bandara tersebut mungkin tidak mampu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya operasional dan pembayaran utang. Beberapa maskapai penerbangan menyatakan keprihatinan mereka terhadap kondisi geografis dan cuaca di Pokhara yang seringkali berubah-ubah, membuatnya menjadi lokasi yang menantang untuk penerbangan internasional.

Lebih jauh lagi, pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi dengan menurunkan jumlah wisatawan global secara drastis, yang mengakibatkan penurunan pendapatan pariwisata Nepal. Dengan ketergantungan yang tinggi pada sektor ini, bandara baru yang tidak berfungsi dengan baik menjadi beban tambahan bagi ekonomi Nepal. Bandara tersebut juga menghadapi masalah dalam memperoleh sertifikasi internasional yang diperlukan untuk menarik lebih banyak maskapai penerbangan asing.

Permintaan Nepal kepada China untuk Menghapus Utang

Di tengah situasi yang semakin tidak menentu ini, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Nepal, Vishnu Prasad Paudel, mengajukan permintaan resmi kepada China untuk menghapus sebagian atau seluruh utang yang terkait dengan pembangunan bandara Pokhara. Permintaan ini diungkapkan dalam sebuah wawancara pada hari Jumat, di mana Paudel mengakui bahwa Nepal masih berjuang untuk memulihkan ekonominya setelah dampak parah dari pandemi dan ketidakstabilan ekonomi global.

Paudel menyatakan bahwa sebagai negara tetangga dan mitra penting, Nepal berharap China akan mempertimbangkan permintaan ini dengan itikad baik. Namun, dia menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang permintaan tersebut, termasuk apakah ada negosiasi formal yang sedang berlangsung antara kedua negara. Hingga saat ini, Kedutaan Besar China di Nepal belum memberikan tanggapan resmi terkait permintaan tersebut.

Baca juga : Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Baca juga : Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Baca juga : Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Hubungan Nepal-China dan Dampak Politik

Permintaan penghapusan utang ini muncul pada saat yang kritis dalam hubungan bilateral antara Nepal dan China. Sejak terbentuknya pemerintahan koalisi baru di Nepal pada Juli lalu, yang terdiri dari Partai Komunis Nepal dan Partai Kongres Nepal, kedua negara telah memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi mereka. Koalisi ini tidak membuang waktu untuk mengukuhkan hubungannya dengan Beijing, termasuk dengan membatalkan larangan aplikasi media sosial populer TikTok yang diberlakukan oleh pemerintah sebelumnya.

Selain itu, kedua negara juga telah menandatangani beberapa perjanjian penting yang mencakup berbagai proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan raya yang menghubungkan Nepal dan China serta pembangunan pos pemeriksaan terpadu di perbatasan. Langkah-langkah ini menunjukkan keinginan Nepal untuk lebih dekat dengan China, baik dari segi ekonomi maupun politik.

Namun, permintaan penghapusan utang ini juga mencerminkan kerentanan Nepal dalam hubungan ini. Dengan ekonomi yang lemah dan ketergantungan yang tinggi pada bantuan luar negeri dan investasi, Nepal mungkin merasa berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam negosiasi dengan mitra-mitra besar seperti China. Jika China setuju untuk menghapus utang tersebut, ini bisa menjadi sinyal dari Beijing tentang komitmen jangka panjangnya terhadap Nepal, tetapi juga dapat dilihat sebagai upaya untuk lebih mengikat Nepal ke dalam pengaruh ekonominya.

Kontroversi dan Investigasi Terkait Proyek Bandara

Selain masalah keuangan, proyek bandara ini juga menghadapi kontroversi terkait dugaan korupsi dan penyalahgunaan dana selama proses konstruksi. Komisi Nepal untuk Investigasi Penyalahgunaan dan Otoritas setempat sedang menyelidiki laporan bahwa perusahaan konstruksi China yang bertanggung jawab atas pembangunan bandara ini, mungkin telah mengorbankan kualitas konstruksi demi memaksimalkan keuntungan.

Ada laporan bahwa beberapa pejabat Nepal mungkin telah menerima suap selama proses pemberian kontrak untuk proyek ini. Investigasi ini sedang berlangsung, dan hasilnya dapat berdampak signifikan pada hubungan bilateral Nepal-China, terutama jika terbukti ada pelanggaran serius.

Di tengah-tengah kontroversi ini, perusahaan konstruksi China yang terlibat dalam proyek tersebut, CAMC, belum memberikan tanggapan resmi mengenai investigasi tersebut. Jika tuduhan ini terbukti benar, ini dapat menambah tekanan pada pemerintah Nepal untuk mengevaluasi kembali kerja sama proyek infrastruktur dengan China di masa depan.

Dampak Ekonomi yang Lebih Luas bagi Nepal

Kegagalan bandara Pokhara untuk menarik penerbangan internasional reguler tidak hanya merugikan prospek ekonomi lokal, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih luas yang dihadapi oleh Nepal dalam upayanya untuk membangun infrastruktur modern yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Ekonomi Nepal yang rapuh, yang sangat bergantung pada pengiriman uang dari pekerja di luar negeri dan pariwisata, telah berjuang untuk pulih dari pandemi, dan bandara yang tidak berfungsi seperti yang diharapkan hanya menambah beban ekonomi yang dihadapi negara tersebut.

Bandara internasional yang efektif dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor pariwisata, yang merupakan salah satu pilar utama ekonomi Nepal. Dengan pemandangan alam yang luar biasa dan warisan budaya yang kaya, Nepal memiliki potensi besar untuk menarik lebih banyak wisatawan internasional. Namun, tanpa infrastruktur yang memadai dan stabilitas politik dan ekonomi, potensi ini sulit untuk diwujudkan.

Masa Depan Kerja Sama Nepal dan China

Ke depan, hubungan antara Nepal dan China kemungkinan akan terus berkembang, tetapi dengan tantangan dan ketegangan yang perlu dikelola dengan hati-hati. Proyek infrastruktur besar seperti bandara Pokhara adalah bagian dari strategi yang lebih luas dari China untuk meningkatkan pengaruhnya di Asia Selatan melalui investasi dan bantuan ekonomi. Namun, untuk Nepal, penting untuk memastikan bahwa kerja sama ini sejalan dengan kepentingan nasional dan tidak menimbulkan beban utang yang tidak dapat ditanggung.

Nepal perlu mempertimbangkan secara hati-hati setiap kesepakatan dan proyek baru dengan China, mengingat pengalaman dari proyek bandara ini dan tantangan ekonomi yang sedang dihadapi. Diversifikasi mitra ekonomi dan investasi mungkin juga menjadi langkah yang bijak untuk memastikan bahwa Nepal memiliki kebebasan dan fleksibilitas dalam menentukan arah kebijakan ekonominya.

Di sisi lain, China mungkin melihat Nepal sebagai mitra strategis yang penting di kawasan ini, terutama dalam konteks persaingan geopolitik yang lebih luas dengan India dan Barat. Oleh karena itu, China mungkin bersedia menawarkan konsesi tertentu untuk mempertahankan dan memperdalam hubungan dengan Nepal. Namun, apakah ini akan mencakup penghapusan utang bandara Pokhara atau tidak, masih harus dilihat.

Bandara internasional Pokhara adalah contoh yang jelas dari tantangan dan peluang yang dihadapi Nepal dalam membangun infrastruktur modern yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan hubungan yang semakin erat dengan China, Nepal memiliki kesempatan untuk mendapatkan dukungan dan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya. Namun, penting bagi Nepal untuk menavigasi hubungan ini dengan hati-hati, memastikan bahwa setiap proyek dan kesepakatan sejalan dengan kepentingan jangka panjang negara tersebut dan tidak menimbulkan beban utang yang tidak dapat ditanggung.

Ke depan, akan menarik untuk melihat bagaimana Nepal dan China mengelola tantangan ini dan apakah permintaan penghapusan utang untuk bandara Pokhara akan menjadi kenyataan. Sementara itu, Nepal harus terus mencari cara untuk mengoptimalkan potensi ekonominya, termasuk dengan memperbaiki infrastruktur dan memperkuat tata kelola pemerintahan untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan dana dalam proyek-proyek besar. *Mukroni

Keterangan Gambar : Bandara Internasional Pokhara dilanda berbagai masalah. Beberapa minggu setelah dibuka pada Januari 2023, sebuah penerbangan domestik yang menuju kota tersebut jatuh ke jurang sungai, menewaskan 72 orang. Kredit: Rebecca Conway untuk The New York Times

  • Berita Terkait :

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *