Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam sebuah dialog imaginer yang menggugah pikiran, Profesor Arysio Santos, seorang ahli sejarah dan geologi dan penulis buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” 2009, yang dihormati, duduk bersama Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Pertemuan ini terjadi di tengah sorotan dunia dimana Menurut Kementerian Kesehatan Jalur Gaza, pada 9 Februari 2024, setidaknya 27.947 orang telah tewas selama perang antara militan Palestina dan Israel, jumlah korban terbaru ini mencakup 107 orang tewas dalam 24 jam terakhir, di mana Profesor Santos berusaha untuk mengungkapkan temuannya yang kontroversial tentang lokasi sebenarnya dari Tanah yang Dijanjikan dalam sejarah kuno, yakni di Timur Jauh, bukan di Timur Dekat seperti yang telah lama diyakini.
“Perdana Menteri Netanyahu,” kata Profesor Santos yang sebelum meninggal berkeinginan untuk datang ke Indonesia dengan lembut, “saya menghargai kesempatan ini untuk berbicara dengan Anda tentang temuan penting yang telah saya temukan dalam penelitian saya.”
Netanyahu menatapnya dengan serius, “Silakan, Profesor Santos, jelaskan temuan Anda.”
Dengan penuh semangat, Profesor Santos mulai menjelaskan teorinya. Dia memaparkan bukti-bukti dari penelitian geologis, arkeologis, dan sejarah yang menunjukkan bahwa Tanah yang Dijanjikan, yang dalam catatan kuno disebut sebagai Kanaan atau Eretz Israel, sebenarnya terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Timur Jauh, bukan di wilayah Timur Dekat yang sekarang menjadi Israel dan Palestina.
“Temuan ini mengubah pandangan kita tentang sejarah dan geografi kawasan Timur Tengah,” lanjut Profesor Santos. “Ini menunjukkan bahwa catatan sejarah kuno mungkin telah salah menafsirkan lokasi sebenarnya dari Tanah yang Dijanjikan, dan ini memiliki implikasi yang sangat besar dalam pemahaman kita tentang sejarah dan agama.”
Netanyahu mendengarkan dengan hati-hati, menyerap setiap kata yang diucapkan Profesor Santos. Meskipun skeptis pada awalnya, dia tertarik dengan bukti-bukti yang disajikan dan bertanya, “Apa implikasi dari temuan Anda ini terhadap konflik yang sedang berlangsung di wilayah ini?”
Profesor Santos menjelaskan bahwa temuannya seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk memperdalam pemahaman kita tentang sejarah dan budaya kawasan Timur Tengah. Dengan memahami bahwa Tanah yang Dijanjikan sebenarnya terletak di Timur Jauh, kita dapat melihat konflik Israel-Palestina dari sudut pandang yang berbeda.
“Kita tidak lagi terikat pada narasi yang telah ditetapkan oleh sejarah tradisional,” ujar Profesor Santos. “Kita dapat membuka jalan untuk dialog yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih luas antara berbagai kelompok masyarakat di kawasan ini.”
Netanyahu mengangguk setuju. “Ini adalah perspektif yang menarik,” katanya. “Kita harus mencari cara untuk memanfaatkan temuan ini sebagai sarana untuk mempromosikan perdamaian dan kesepahaman di kawasan ini.”
Pertemuan mereka berlanjut dengan diskusi yang mendalam tentang cara mengintegrasikan temuan Profesor Santos ke dalam narasi sejarah resmi Israel dan bagaimana memanfaatkannya sebagai alat untuk mempromosikan perdamaian. Meskipun perbedaan pendapat masih ada, kedua pihak sepakat bahwa penting untuk terus menjalankan dialog dan berusaha mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
Setelah pertemuan selesai, Profesor Santos merasa lega bahwa pesannya telah didengar dan dipertimbangkan oleh salah satu pemimpin kunci di kawasan tersebut. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, dia yakin bahwa dengan terus membuka dialog dan memperdalam pemahaman, ada harapan untuk masa depan yang lebih cerah bagi Timur Tengah.
Setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Netanyahu, Profesor Santos merasa semangat untuk terus menyebarkan pesannya ke seluruh dunia. Dia percaya bahwa mengungkap kebenaran geografis tentang Tanah yang Dijanjikan memiliki potensi untuk mengubah paradigma dan mempengaruhi arah konflik yang berkelanjutan di Timur Tengah.
Dengan semangat itu, Profesor Santos mulai mengadakan berbagai pertemuan dengan pemimpin dunia, sarjana, dan aktivis perdamaian. Dia memberikan presentasi di konferensi internasional dan mempublikasikan makalahnya di jurnal ilmiah terkemuka. Pesan pentingnya adalah bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, dan hanya dengan memahami sejarah dan geografi dengan lebih baik, kita dapat menemukan jalan menuju rekonsiliasi yang damai di Timur Tengah.
Tanggapan terhadap temuan Profesor Santos bervariasi. Beberapa orang menyambutnya dengan antusiasme, melihatnya sebagai langkah maju dalam upaya untuk mencapai perdamaian yang adil di Timur Tengah. Mereka percaya bahwa dengan menggali lebih dalam ke dalam akar konflik, kita dapat menemukan solusi yang lebih baik untuk masa depan kawasan ini.
Namun, ada juga yang skeptis terhadap temuan tersebut. Beberapa orang merasa bahwa mengubah narasi sejarah tradisional dapat memicu ketegangan dan konflik lebih lanjut. Mereka khawatir bahwa perubahan seperti itu dapat mengancam identitas dan klaim atas wilayah yang telah lama dipegang oleh berbagai kelompok masyarakat di kawasan tersebut.
Meskipun mendapat tanggapan yang beragam, Profesor Santos tidak mundur. Dia terus mengadvokasi pentingnya mengungkap kebenaran geografis sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang berkelanjutan. Dia menekankan bahwa hanya dengan memperdalam pemahaman kita tentang sejarah dan budaya kawasan ini, kita dapat membangun dasar yang kuat untuk rekonsiliasi yang sejati.
Sementara itu, di Israel dan Palestina, temuan Profesor Santos menciptakan gelombang diskusi dan refleksi yang mendalam. Banyak orang mulai mempertanyakan narasi resmi yang telah mereka terima sepanjang hidup mereka. Mereka merasa tertantang untuk melihat konflik dari sudut pandang yang berbeda dan mencari cara untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Perjalanan Profesor Santos tidaklah mudah. Dia menghadapi kritik dan hambatan dari berbagai pihak, tetapi dia tetap teguh pada keyakinannya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mengatasi konflik yang rumit ini. Dengan semangat yang tak kenal lelah, dia terus melangkah maju, menjelajahi jalan yang belum pernah diambil sebelumnya menuju perdamaian di Timur Tengah.
Sementara itu, di seluruh dunia, semakin banyak orang yang terinspirasi oleh upaya Profesor Santos. Mereka mulai menyadari pentingnya memahami sejarah dan geografi dalam mencari solusi untuk konflik yang sulit ini. Dengan bersama-sama, mereka berharap bahwa suatu hari nanti, perdamaian yang berkelanjutan dapat dicapai di Timur Tengah, dan Tanah yang Dijanjikan dapat menjadi tempat yang damai bagi semua orang yang tinggal di sana.
Kita menyaksikan bagaimana sebuah temuan ilmiah dapat memunculkan diskusi yang mendalam tentang sejarah, identitas, dan konflik di Timur Tengah. Profesor Arysio Santos telah menjadi pionir dalam mengungkap kebenaran geografis yang kontroversial, membuka jalan untuk pemahaman yang lebih dalam tentang akar masalah yang kompleks di kawasan tersebut.
Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, kita tidak boleh menyerah dalam mencari perdamaian dan rekonsiliasi di Timur Tengah. Melalui dialog yang jujur, penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan sejarah, serta komitmen untuk mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah untuk wilayah ini.
Momentum ini mengingatkan kita akan pentingnya pengetahuan, pemahaman, dan kerjasama lintas batas dalam menjawab tantangan-tantangan global. Sebagai individu dan sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk terus belajar, bertumbuh, dan berjuang untuk perdamaian dunia.
Semoga harapan akan perdamaian di Timur Tengah tidak hanya tetap menjadi impian, tetapi juga menjadi kenyataan yang dapat kita gapai bersama-sama. Dengan kesabaran, ketulusan, dan kerja keras, kita dapat membangun jembatan antara perbedaan, merajut kembali kepercayaan yang terputus, dan mengubah konflik menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Sekarang adalah saatnya untuk bertindak. Mari kita bergandengan tangan dan melangkah maju, melewati rintangan-rintangan yang menghadang, menuju ke arah perdamaian yang sejati dan keadilan yang universal. Bersama, kita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, satu langkah demi satu langkah, menuju masa depan yang lebih cerah bagi semua anak cucu kita.* Roni
Foto Dok. profau.com
- Berita Terkait :
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown