• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Mengungkap Kebenaran Geografis: Tanah yang Dijanjikan di Timur Jauh dan Implikasinya, Dialog Imaginer Prof. Arysio Santos dengan Benyamin Netanyahu

ByAdmin

Feb 24, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam sebuah dialog imaginer yang menggugah pikiran, Profesor Arysio Santos, seorang ahli sejarah dan geologi dan penulis buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found” 2009, yang dihormati, duduk bersama Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Pertemuan ini terjadi di tengah sorotan dunia dimana Menurut Kementerian Kesehatan Jalur Gaza, pada 9 Februari 2024, setidaknya 27.947 orang telah tewas selama perang antara militan Palestina dan Israel, jumlah korban terbaru ini mencakup 107 orang tewas dalam 24 jam terakhir, di mana Profesor Santos berusaha untuk mengungkapkan temuannya yang kontroversial tentang lokasi sebenarnya dari Tanah yang Dijanjikan dalam sejarah kuno, yakni di Timur Jauh, bukan di Timur Dekat seperti yang telah lama diyakini.

Baca Juga : Menyuarakan Kebenaran: Dialog Imaginer Rabbi Neturei Karta dengan Jurnalis Kowantaranews.com tentang Konflik Israel-Palestina

Baca Juga : Pewaris Peradaban: Indonesia dalam Pandangan Prof. Arysio Santos Penulis Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found”

Baca Juga : Atlantis: Benua yang Hilang Akhirnya Ditemukan” – Pengungkapan Para Rabbi Yahudi dalam Pencarian Lokasi Eden di Indonesia oleh Prof. Arysio Santos

“Perdana Menteri Netanyahu,” kata Profesor Santos yang sebelum meninggal berkeinginan untuk datang ke Indonesia dengan lembut, “saya menghargai kesempatan ini untuk berbicara dengan Anda tentang temuan penting yang telah saya temukan dalam penelitian saya.”

Netanyahu menatapnya dengan serius, “Silakan, Profesor Santos, jelaskan temuan Anda.”

Dengan penuh semangat, Profesor Santos mulai menjelaskan teorinya. Dia memaparkan bukti-bukti dari penelitian geologis, arkeologis, dan sejarah yang menunjukkan bahwa Tanah yang Dijanjikan, yang dalam catatan kuno disebut sebagai Kanaan atau Eretz Israel, sebenarnya terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Timur Jauh, bukan di wilayah Timur Dekat yang sekarang menjadi Israel dan Palestina.

Foto Kondisi Gaza Akibat Pemboman IDF Israel Dok. Kompas.id

“Temuan ini mengubah pandangan kita tentang sejarah dan geografi kawasan Timur Tengah,” lanjut Profesor Santos. “Ini menunjukkan bahwa catatan sejarah kuno mungkin telah salah menafsirkan lokasi sebenarnya dari Tanah yang Dijanjikan, dan ini memiliki implikasi yang sangat besar dalam pemahaman kita tentang sejarah dan agama.”

Baca Juga : Menelusuri Kembali Sejarah: Masjidil Aqsa dan Mysteri Tanah yang Diberkati dalam Konteks Pembebasan Palestina

Baca Juga : “Neturei KARTA” bukanlah nama kota-kota di Indonesia seperti JaKARTA, JogjaKARTA, SuraKARTA, PurwoKERTO, PurwaKARTA, MojoKERTO, KERTOsono, KERTAbesuki” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme Israel

Netanyahu mendengarkan dengan hati-hati, menyerap setiap kata yang diucapkan Profesor Santos. Meskipun skeptis pada awalnya, dia tertarik dengan bukti-bukti yang disajikan dan bertanya, “Apa implikasi dari temuan Anda ini terhadap konflik yang sedang berlangsung di wilayah ini?”

Profesor Santos menjelaskan bahwa temuannya seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk memperdalam pemahaman kita tentang sejarah dan budaya kawasan Timur Tengah. Dengan memahami bahwa Tanah yang Dijanjikan sebenarnya terletak di Timur Jauh, kita dapat melihat konflik Israel-Palestina dari sudut pandang yang berbeda.

Foto Anak-Anak Korban dari Pertikaian antara Israel dan Palestina, Dok. Disway.com

“Kita tidak lagi terikat pada narasi yang telah ditetapkan oleh sejarah tradisional,” ujar Profesor Santos. “Kita dapat membuka jalan untuk dialog yang lebih dalam dan pemahaman yang lebih luas antara berbagai kelompok masyarakat di kawasan ini.”

Netanyahu mengangguk setuju. “Ini adalah perspektif yang menarik,” katanya. “Kita harus mencari cara untuk memanfaatkan temuan ini sebagai sarana untuk mempromosikan perdamaian dan kesepahaman di kawasan ini.”

Pertemuan mereka berlanjut dengan diskusi yang mendalam tentang cara mengintegrasikan temuan Profesor Santos ke dalam narasi sejarah resmi Israel dan bagaimana memanfaatkannya sebagai alat untuk mempromosikan perdamaian. Meskipun perbedaan pendapat masih ada, kedua pihak sepakat bahwa penting untuk terus menjalankan dialog dan berusaha mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat.

Setelah pertemuan selesai, Profesor Santos merasa lega bahwa pesannya telah didengar dan dipertimbangkan oleh salah satu pemimpin kunci di kawasan tersebut. Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, dia yakin bahwa dengan terus membuka dialog dan memperdalam pemahaman, ada harapan untuk masa depan yang lebih cerah bagi Timur Tengah.

Setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Netanyahu, Profesor Santos merasa semangat untuk terus menyebarkan pesannya ke seluruh dunia. Dia percaya bahwa mengungkap kebenaran geografis tentang Tanah yang Dijanjikan memiliki potensi untuk mengubah paradigma dan mempengaruhi arah konflik yang berkelanjutan di Timur Tengah.

Dengan semangat itu, Profesor Santos mulai mengadakan berbagai pertemuan dengan pemimpin dunia, sarjana, dan aktivis perdamaian. Dia memberikan presentasi di konferensi internasional dan mempublikasikan makalahnya di jurnal ilmiah terkemuka. Pesan pentingnya adalah bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, dan hanya dengan memahami sejarah dan geografi dengan lebih baik, kita dapat menemukan jalan menuju rekonsiliasi yang damai di Timur Tengah.

Foto Hancurnya Bangunan karena Perang yang tak berujung di Gaza, Dok. Bisnis.com

Tanggapan terhadap temuan Profesor Santos bervariasi. Beberapa orang menyambutnya dengan antusiasme, melihatnya sebagai langkah maju dalam upaya untuk mencapai perdamaian yang adil di Timur Tengah. Mereka percaya bahwa dengan menggali lebih dalam ke dalam akar konflik, kita dapat menemukan solusi yang lebih baik untuk masa depan kawasan ini.

Namun, ada juga yang skeptis terhadap temuan tersebut. Beberapa orang merasa bahwa mengubah narasi sejarah tradisional dapat memicu ketegangan dan konflik lebih lanjut. Mereka khawatir bahwa perubahan seperti itu dapat mengancam identitas dan klaim atas wilayah yang telah lama dipegang oleh berbagai kelompok masyarakat di kawasan tersebut.

Meskipun mendapat tanggapan yang beragam, Profesor Santos tidak mundur. Dia terus mengadvokasi pentingnya mengungkap kebenaran geografis sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang berkelanjutan. Dia menekankan bahwa hanya dengan memperdalam pemahaman kita tentang sejarah dan budaya kawasan ini, kita dapat membangun dasar yang kuat untuk rekonsiliasi yang sejati.

Sementara itu, di Israel dan Palestina, temuan Profesor Santos menciptakan gelombang diskusi dan refleksi yang mendalam. Banyak orang mulai mempertanyakan narasi resmi yang telah mereka terima sepanjang hidup mereka. Mereka merasa tertantang untuk melihat konflik dari sudut pandang yang berbeda dan mencari cara untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.

Perjalanan Profesor Santos tidaklah mudah. Dia menghadapi kritik dan hambatan dari berbagai pihak, tetapi dia tetap teguh pada keyakinannya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mengatasi konflik yang rumit ini. Dengan semangat yang tak kenal lelah, dia terus melangkah maju, menjelajahi jalan yang belum pernah diambil sebelumnya menuju perdamaian di Timur Tengah.

Sementara itu, di seluruh dunia, semakin banyak orang yang terinspirasi oleh upaya Profesor Santos. Mereka mulai menyadari pentingnya memahami sejarah dan geografi dalam mencari solusi untuk konflik yang sulit ini. Dengan bersama-sama, mereka berharap bahwa suatu hari nanti, perdamaian yang berkelanjutan dapat dicapai di Timur Tengah, dan Tanah yang Dijanjikan dapat menjadi tempat yang damai bagi semua orang yang tinggal di sana.

Kita menyaksikan bagaimana sebuah temuan ilmiah dapat memunculkan diskusi yang mendalam tentang sejarah, identitas, dan konflik di Timur Tengah. Profesor Arysio Santos telah menjadi pionir dalam mengungkap kebenaran geografis yang kontroversial, membuka jalan untuk pemahaman yang lebih dalam tentang akar masalah yang kompleks di kawasan tersebut.

Foto Ibu Retno Marsudi Menteri Luar Negeri Indonesia Menyerukan Damai Perang Israel-Palestina di Sidang PBB, Dok. Kompas Tv

Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, kita tidak boleh menyerah dalam mencari perdamaian dan rekonsiliasi di Timur Tengah. Melalui dialog yang jujur, penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan sejarah, serta komitmen untuk mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah untuk wilayah ini.

Momentum ini mengingatkan kita akan pentingnya pengetahuan, pemahaman, dan kerjasama lintas batas dalam menjawab tantangan-tantangan global. Sebagai individu dan sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk terus belajar, bertumbuh, dan berjuang untuk perdamaian dunia.

Semoga harapan akan perdamaian di Timur Tengah tidak hanya tetap menjadi impian, tetapi juga menjadi kenyataan yang dapat kita gapai bersama-sama. Dengan kesabaran, ketulusan, dan kerja keras, kita dapat membangun jembatan antara perbedaan, merajut kembali kepercayaan yang terputus, dan mengubah konflik menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Sekarang adalah saatnya untuk bertindak. Mari kita bergandengan tangan dan melangkah maju, melewati rintangan-rintangan yang menghadang, menuju ke arah perdamaian yang sejati dan keadilan yang universal. Bersama, kita memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, satu langkah demi satu langkah, menuju masa depan yang lebih cerah bagi semua anak cucu kita.* Roni

Foto Dok. profau.com

  • Berita Terkait :

Melampaui Batas: Mengungkap 5 NEGARA DALAM BENTUK  FEDERASI (SERIKAT) dengan PDB yang Mengguncang Dunia

Menyuarakan Kebenaran: Dialog Imaginer Rabbi Neturei Karta dengan Jurnalis Kowantaranews.com tentang Konflik Israel-Palestina

Pewaris Peradaban: Indonesia dalam Pandangan Prof. Arysio Santos Penulis Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found”

Atlantis: Benua yang Hilang Akhirnya Ditemukan” – Pengungkapan Para Rabbi Yahudi dalam Pencarian Lokasi Eden di Indonesia oleh Prof. Arysio Santos

Pandangan Unik Prof. Arysio Santos: Yerusalem-Palestina dan Lokasi Surga dalam Konteks Garis Khatulistiwa

Menelusuri Kembali Sejarah: Masjidil Aqsa dan Mysteri Tanah yang Diberkati dalam Konteks Pembebasan Palestina

“Neturei KARTA” bukanlah nama kota-kota di Indonesia seperti JaKARTA, JogjaKARTA, SuraKARTA, PurwoKERTO, PurwaKARTA, MojoKERTO, KERTOsono, KERTAbesuki” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme Israel

Bulan Ramadhan Tahun ini dan Seterusnya Azan Dikumandangkan 5 Kali Sehari di Salah Satu Kota Terbesar di Amerika Serikat, Kota Minneapolis Negara Bagian Minnesota

Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang

Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina

Ternyata ICJP Menyerukan Pemerintah Inggris untuk Merujuk Israel dan Perdana Menteri Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk Kejahatan Perang di Palestina, Sebelum Jadwal Kunjungan Netanyahu 

Siapakah Alvin Bragg?  Jaksa Distrik Manhattan Setingkat Kejaksaan Negeri yang  Menuntut Donald Trump Presiden Amerika Serikat ke-45

Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”

TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK  “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”

Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan  Warisan Budaya Tradisi Uyghur

Selain Beberapa Organisasi Islam, Warga Amerika Serikat Juga  Meminta Pemerintah Indonesia Menolak Timnas Israel U-20

Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB

Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar  Terbang  Menemui  Erdogan

Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar

Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor  Bangunan Ditangkapi

Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya

Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB

Gawat !  Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China

Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia

Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan

Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair

Tegas !  Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina

Rame Dibahas di Medsos “Pegunungan Makkah Telah Ditutupi dengan Tanaman Hijau Setelah Hujan Baru-baru ini”

China  Sebagai Pembunuh Terbanyak  Dalam Sejarah Modern,  Karena Ketidakmampuan dan Kebodohan Pemerintah Komunis Cina,  Tulis Media Luar

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat

Ternyata  Angelina Jolie  Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia

Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022

Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan

Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun

Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid

Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan

Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun

Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda

Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa

Ternyata Komunitas Muslim dan Masjid Terbesar di Benua Amerika Selatan Ada Di Negara  Juara Piala Dunia Qatar FIFA 2022 Argentina !

Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)

Mahasiswa Cambridge memecahkan masalah tata bahasa Sansekerta yang membingungkan para sarjana selama berabad-abad

Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari

Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *