Jakarta, Kowantaranews.com -Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, sering kali disambut dengan kegembiraan dan antusiasme. Namun, tahun ini, suasana Ramadhan terasa berbeda, terutama bagi saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Di tengah kelamnya konflik yang berkepanjangan, mereka harus menjalani bulan puasa dengan beban yang berat dan penuh ketidakpastian.
Konflik Gaza, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, telah menelan korban jiwa, menghancurkan rumah-rumah, dan meninggalkan ribuan orang tanpa tempat tinggal. Di tengah kekerasan dan ketakutan, mencari terang di bulan suci Ramadhan bukanlah tugas yang mudah. Namun, bagi banyak umat Islam di Gaza, bulan suci ini tetap menjadi waktu untuk memperkuat iman dan menjalin solidaritas dengan sesama.
Menggali makna spiritual dalam bulan Ramadhan di tengah konflik Gaza melibatkan pengorbanan, ketabahan, dan keikhlasan. Meskipun kondisi di Gaza mungkin sulit, banyak umat Islam tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh keberanian dan ketulusan. Mereka menyadari bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang mengendalikan nafsu dan meningkatkan kesadaran spiritual.
Dalam kegelapan konflik, mencari terang berarti menjaga iman dan harapan hidup. Meskipun rumah mereka mungkin hancur, keluarga terpisah, dan masa depan mereka penuh ketidakpastian, umat Islam di Gaza tetap mempercayai keadilan Allah SWT. Mereka yakin bahwa di balik setiap ujian ada hikmah yang tidak terlihat, dan bahwa kekuatan dan keberanian mereka akan membawa mereka melalui masa sulit ini.
Solidaritas dan kepedulian juga menjadi bagian penting dari mencari terang di kelamnya Ramadhan di Gaza. Meskipun mereka mungkin sedang berjuang untuk bertahan hidup, umat Islam di Gaza tetap berbagi apa yang mereka miliki dengan sesama yang membutuhkan. Mereka membuka rumah mereka untuk pengungsi, berbagi makanan mereka dengan yang lapar, dan memberikan dukungan moral kepada mereka yang putus asa. Dalam kepedulian dan kasih sayang mereka, terang kebaikan dan kemurahan hati bersinar di tengah kegelapan konflik.
Selain itu, mencari terang di kelamnya Ramadhan di Gaza juga melibatkan doa dan ibadah yang tulus. Meskipun situasinya mungkin sulit, umat Islam terus berdoa kepada Allah SWT untuk memberikan kekuatan dan perlindungan kepada mereka dan orang-orang yang mereka cintai. Mereka percaya bahwa doa mereka akan didengar dan dijawab oleh Allah, dan bahwa Dia akan mengubah kegelapan menjadi cahaya, keputusasaan menjadi harapan, dan kebencian menjadi cinta.
Di tengah konflik Gaza yang berkepanjangan, mencari terang di kelamnya Ramadhan adalah sebuah tantangan yang besar. Namun, bagi umat Islam di Gaza, bulan suci ini tetap menjadi waktu untuk memperkuat iman, menjalin solidaritas, dan mencari harapan di tengah keputusasaan. Meskipun kegelapan konflik mungkin tampak tak terkalahkan, mereka yakin bahwa dengan ketabahan, ketulusan, dan keimanan, mereka dapat menemukan terang di tengah kelamnya Ramadhan.
Baca Juga : Pandangan Unik Prof. Arysio Santos: Yerusalem-Palestina dan Lokasi Surga dalam Konteks Garis Khatulistiwa
Ramadhan di Tengah Konflik: Antara Keharuan dan Keterbatasan
Dalam suasana yang suram, warga Palestina di Jerusalem bersiap menyambut bulan Ramadhan. Kota Tua Jerusalem yang sepi tanpa dekorasi semarak dan toko-toko yang tutup setengahnya menunjukkan betapa dampak konflik Gaza telah mengganggu keseharian mereka. Meskipun begitu, semangat untuk menjalankan ibadah puasa tetap tinggi meskipun suasana hati mereka terasa berat.
Di tengah konflik yang masih terus berlanjut antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza, banyak warga Palestina merasa bahwa Ramadhan kali ini akan menjadi yang paling suram yang mereka alami. Abu Mousam Haddad, seorang pedagang kopi di dekat Gerbang Damaskus, menggambarkan perasaan tersebut ketika dia menyatakan, “Ini akan menjadi Ramadhan yang kelam.”
Pada tahun-tahun sebelumnya, Kota Tua Jerusalem biasanya dihiasi dengan indahnya dekorasi Ramadhan, dan suasana meriah memenuhi udara menjelang bulan suci itu. Namun, Ammar Sider, seorang tokoh masyarakat di Kota Tua Jerusalem, memutuskan untuk tidak mendekorasi kota untuk menghormati para korban konflik Gaza. Keputusan ini mencerminkan rasa hormat dan kesedihan atas penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara mereka di Gaza.
Di samping itu, persiapan Ramadhan di Jerusalem terhambat oleh ketegangan yang terus berlangsung antara Israel dan Palestina. Konflik yang telah berlangsung selama bulan keenam ini telah menelan banyak korban jiwa dan meninggalkan ribuan orang tanpa tempat tinggal. Sulit bagi warga Palestina untuk merayakan Ramadhan dengan penuh kegembiraan ketika mereka masih merasakan dampak langsung dari konflik yang berkepanjangan ini.
Meskipun demikian, semangat untuk menjalankan ibadah puasa tetap tinggi di antara umat Islam di Jerusalem. Meskipun jalan-jalan menuju Masjid Al-Aqsa terasa sepi dan tanpa hiasan, mereka tetap berusaha menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan keimanan. Masjid Al-Aqsa, sebagai salah satu situs suci bagi umat Islam, menjadi pusat perhatian selama bulan Ramadhan, meskipun pengamanan ketat dari pihak Israel.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Masjid Al-Aqsa sering menjadi titik kekerasan antara Israel dan Palestina selama bulan suci ini. Meskipun demikian, Hamas, kelompok yang menguasai Gaza, mendorong warga Palestina di seluruh wilayah untuk berbondong-bondong ke Al-Aqsa selama bulan Ramadhan sebagai bentuk protes terhadap pembatasan aktivitas ibadah oleh Israel.
Tetapi, di tengah ketegangan yang memanas antara Israel dan Palestina, banyak warga Palestina merasa takut untuk mengambil risiko konfrontasi. Mereka khawatir dengan respons keras dari pihak Israel dan tindakan kekerasan yang mungkin terjadi selama bulan suci ini. Namun, bagi banyak umat Islam, keinginan untuk melindungi dan menjaga Masjid Al-Aqsa tetap menjadi prioritas utama.
Dalam kegelapan konflik yang berkepanjangan, semangat untuk mencari terang di bulan Ramadhan tetap menyala di hati umat Islam di Jerusalem. Meskipun tantangan dan kesulitan yang dihadapi, mereka tetap berpegang pada harapan dan keimanan kepada Allah SWT. Di tengah kesedihan dan penderitaan, mereka berdoa untuk perdamaian dan keadilan, serta untuk keselamatan bagi saudara-saudara mereka di Gaza yang masih berjuang dalam konflik yang tak kunjung berkesudahan. *Roni
Foto Dok. Iqna.ir
- Berita Terkait :
FOTO-FOTO DERITA ANAK-ANAK PALESTINA
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown