Jakarta, Kowantaranews.com -Jalan Matraman di Jakarta bukan sekadar jalur transportasi modern. Ia menyimpan sejarah panjang perjuangan melawan penjajah yang jarang diungkap. Di sepanjang jalan ini, khususnya di sekitar Halte Tegalan dan Matraman 1, terdapat jejak-jejak perlawanan gigih Sultan Agung dari Mataram dan panglimanya, Kyai Rangga, melawan kolonial VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang pernah berusaha menguasai tanah Jawa.
Pada abad ke-17, Sultan Agung Hanyakrakusuma memimpin Kesultanan Mataram dengan gagah berani. Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin yang paling gigih dalam melawan penjajahan Belanda di tanah Jawa. Sultan Agung melihat VOC sebagai ancaman besar terhadap kedaulatan Mataram dan kekayaan Nusantara. Maka dari itu, ia memutuskan untuk melancarkan serangan terhadap pusat kekuasaan VOC di Batavia (sekarang Jakarta).
Sultan Agung tidak sendirian dalam perjuangannya. Di sisinya ada Kyai Rangga adalah seorang tokoh yang dikenal sebagai bawaan dari seorang adipati Tegal. Ia terkenal karena kesetiaannya dan kemampuannya sebagai seorang diplomat tangguh. Dalam sejarah, Kyai Rangga sering kali memainkan peran penting dalam negosiasi dan perundingan yang dilibatkan oleh rajanya Sultan Agung penguasa Mataram Islam pada waktu itu, baik itu dengan kerajaan lain maupun dengan kekuatan kolonial seperti Belanda. Kesetiaannya kepada Sultan Agung dan keterampilan diplomatiknya membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan berpengaruh dalam lingkungan kerajaannya.
Bersama-sama, mereka merencanakan dan melaksanakan beberapa serangan besar ke Batavia, dengan salah satu jalur penting yang dilalui adalah wilayah yang kini dikenal sebagai Jalan Matraman. Jalan ini menjadi saksi bisu pergerakan pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung dan Diplomat Kyai Rangga dalam upaya melawan VOC.
Halte Tegalan dan Matraman 1 sebagai Tanda Peringatan
Pada masa kini, Halte Tegalan dan Matraman 1 berfungsi sebagai sarana transportasi umum yang memudahkan mobilitas warga Jakarta. Namun, tak banyak yang tahu bahwa kedua halte ini berdiri di atas tanah yang pernah menjadi medan pertempuran penting. Keberadaan kedua halte ini dapat dilihat sebagai simbol perlawanan dan keberanian rakyat Nusantara dalam menghadapi penindasan kolonial.
Pada masa itu, wilayah yang kini menjadi Matraman merupakan salah satu jalur strategis yang digunakan oleh pasukan Sultan Agung untuk menyerang Batavia. Pasukan Mataram harus melewati berbagai rintangan alam dan pertahanan musuh yang kuat. Mereka tidak hanya menghadapi prajurit VOC, tetapi juga harus berjuang melawan cuaca ekstrem dan medan yang sulit.
Kyai Rangga, sebagai diplomat yang disegani, memimpin langsung utusan Sultan Agung dalam beberapa pertempuran sengit di wilayah ini. Ia dikenal dengan strategi gerilyanya yang cerdas, memanfaatkan pengetahuan lokal tentang medan untuk mengalahkan musuh. Meskipun pada akhirnya upaya merebut Batavia gagal, perjuangan Sultan Agung dan Kyai Rangga tetap menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya dalam melawan penjajahan.
Baca juga : Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17
Baca juga : Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Baca juga : Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Peran Strategis Jalan Matraman dalam Perjuangan
Jalan Matraman bukan hanya sekadar rute penghubung, tetapi juga sebuah rute sejarah. Pada masa kolonial, jalan ini merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan wilayah pedalaman Jawa dengan pusat kekuasaan VOC di pesisir utara. Oleh karena itu, menguasai jalur ini berarti menguasai akses penting menuju Batavia.
Dalam serangan besar-besaran yang dilancarkan Sultan Agung pada tahun 1628 dan 1629, Jalan Matraman menjadi salah satu jalur yang digunakan pasukan Mataram untuk mendekati Batavia. Meskipun mengalami kekalahan, pasukan Sultan Agung berhasil menunjukkan keberanian dan semangat juang yang luar biasa. Mereka tidak hanya berperang dengan senjata, tetapi juga dengan semangat nasionalisme yang kuat.
Di sepanjang perjalanan menuju Batavia, pasukan Mataram sering kali harus berhadapan dengan patroli VOC yang menjaga ketat jalan-jalan utama. Dalam kondisi tersebut, strategi gerilya yang dipimpin oleh Kyai Rangga menjadi sangat penting. Pasukan Mataram sering kali melakukan serangan mendadak dan kemudian menghilang ke dalam hutan atau perkampungan, membuat pasukan VOC kesulitan dalam menghadapi mereka.
Jejak Sejarah yang Terlupakan
Sayangnya, banyak jejak sejarah perjuangan di Jalan Matraman yang kini terlupakan. Modernisasi dan perkembangan kota yang pesat membuat banyak orang tidak menyadari betapa pentingnya wilayah ini dalam sejarah perjuangan melawan penjajah. Halte Tegalan dan Matraman 1, yang kini hanya dilihat sebagai fasilitas transportasi umum, sebenarnya berdiri di atas tanah yang pernah menjadi saksi bisu pertempuran sengit dan pengorbanan besar.
Untuk menghormati dan mengenang perjuangan Sultan Agung dan Kyai Rangga, ada baiknya jika masyarakat dan pemerintah setempat melakukan upaya pelestarian sejarah di kawasan ini. Pemasangan plakat atau monumen peringatan di sekitar halte-halte tersebut bisa menjadi langkah awal yang baik. Selain itu, edukasi kepada generasi muda tentang sejarah lokal juga sangat penting, agar mereka dapat memahami dan menghargai perjuangan para pendahulu mereka.
Warisan Perjuangan yang Hidup
Meskipun kini Jalan Matraman telah berubah menjadi salah satu jalur transportasi utama di Jakarta, semangat perjuangan yang pernah ada di sana tetap hidup dalam ingatan kolektif bangsa. Halte Tegalan dan Matraman 1, meski tampak sederhana, menyimpan makna mendalam tentang keberanian dan tekad melawan penindasan. Mereka menjadi simbol bahwa di atas tanah ini, pernah ada perlawanan gigih yang layak dikenang dan dihargai.
Perjuangan Sultan Agung dan Kyai Rangga adalah bagian penting dari sejarah panjang perlawanan Nusantara terhadap kolonialisme. Mereka mengajarkan kita bahwa kemerdekaan dan kedaulatan bukanlah sesuatu yang diberikan dengan mudah, tetapi harus diperjuangkan dengan penuh keberanian dan pengorbanan. Melalui napak tilas di Jalan Matraman, kita diingatkan akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan sejarah, agar semangat juang para pahlawan terus menginspirasi generasi masa kini dan mendatang.
Dengan demikian, meskipun waktu terus berjalan dan perubahan tak terelakkan, kisah perjuangan di Jalan Matraman akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kita. Halte Tegalan dan Matraman 1 bukan sekadar tempat menunggu bus, tetapi juga menjadi pengingat abadi akan keberanian dan tekad rakyat Nusantara dalam menghadapi penjajahan. Mereka adalah simbol perlawanan yang harus kita jaga dan lestarikan sebagai warisan berharga bagi bangsa dan negara. *Mukroni
Sumber CNN Indonesia
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota
Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T
Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
Gurihnya Coto Makassar Legendaris di Air Mancur Bogor, Yuk ke Sana