Jakarta, Kowantaranews.com -Terletak di Provinsi Jambi, Sumatra, Indonesia, Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi adalah salah satu situs arkeologi terbesar dan paling signifikan di Asia Tenggara. Muarajambi mencakup area seluas sekitar 3.981 hektar dan menjadi saksi bisu peradaban yang berkembang dari abad ke-6 hingga ke-13. Situs ini adalah rumah bagi lebih dari 115 situs percandian, yang tersebar di sepanjang tepian Sungai Batanghari. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya revitalisasi intensif telah dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan kawasan ini, dengan tujuan utama mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Sejarah Singkat Muarajambi
Muarajambi diduga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha pada masa lampau, dengan pengaruh kuat dari kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Bukti sejarah menunjukkan bahwa kawasan ini berfungsi sebagai pusat intelektual dan spiritual yang terhubung dengan pusat-pusat keagamaan Buddha lainnya, seperti Nalanda di India. Muarajambi juga memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan maritim yang menghubungkan Asia Tenggara dengan India, China, dan wilayah lainnya.
Peninggalan di Muarajambi terdiri dari reruntuhan candi, kanal, kolam, parit, dan berbagai artefak seperti arca, keramik, dan perhiasan. Arsitektur candi-candi di kawasan ini terbuat dari bata merah dan mengikuti filosofi serta tradisi Buddha, mencerminkan kemampuan masyarakat setempat dalam membangun struktur yang kompleks dan penuh makna religius.
Revitalisasi dan Pemugaran Kawasan
Sejak Maret 2024, revitalisasi besar-besaran KCBN Muarajambi telah dimulai oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia. Proyek ini melibatkan lebih dari 500 pekerja, sebagian besar berasal dari delapan desa penyangga yang mengelilingi kawasan ini. Pekerjaan revitalisasi mencakup pemugaran candi, penataan ulang kawasan percandian, serta revitalisasi kanal, kolam, dan kapal kuno yang ditemukan di sekitar situs.
Salah satu candi yang sedang dipugar adalah Candi Parit Duku, yang telah mencapai 85% kemajuan pada pertengahan Agustus 2024. Proyek pemugaran ini tidak hanya memperbaiki struktur fisik candi tetapi juga mempertahankan nilai sakral dan historisnya. Candi Kotomahligai, yang memiliki dimensi 110 meter x 90 meter, juga sedang dalam tahap pemugaran dan ditargetkan selesai pada akhir September 2024.
Pemugaran ini mencakup peningkatan ketinggian tanah di sekitar struktur candi untuk melindungi mereka dari banjir musiman yang sering terjadi di kawasan ini. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi, Agus Widiatmoko, menjelaskan bahwa Muarajambi terletak di area yang secara geografis tidak ideal untuk dihuni karena tanahnya yang berlumpur dan rawan banjir. Namun, kearifan lokal masyarakat masa lampau terlihat dari rekayasa lanskap yang dilakukan untuk membuat kawasan ini layak huni dan fungsional.
Kearifan Lokal dan Rekayasa Lanskap
Salah satu aspek menarik dari KCBN Muarajambi adalah sistem kanal, kolam, dan parit kuno yang didesain untuk mengelola aliran air dan mengendalikan banjir. Temuan arkeologis menunjukkan bahwa kanal-kanal ini dulunya digunakan sebagai jalur transportasi, yang diperkuat dengan penemuan arang bekas perahu kuno dan tonggak tambatan perahu. Kanal-kanal ini terhubung dengan kolam dan parit yang berfungsi sebagai sistem pengendali banjir, yang mampu menampung air saat musim hujan dan mencegah kawasan candi terendam.
Selain itu, masyarakat Muarajambi masa lalu melakukan rekayasa tanah dengan meninggikan permukaan di sekitar candi untuk meningkatkan kesakralan dan melindungi struktur dari potensi kerusakan akibat banjir. Jejak rekayasa ini dapat dilihat di Candi Astano, Kembar Batu, dan Parit Duku, di mana bagian tengah dari struktur-struktur ini ditinggikan dibandingkan dengan permukaan tanah di sekitarnya. Agus Widiatmoko menambahkan bahwa masyarakat kuno melakukan adaptasi cerdas terhadap kondisi geografis dan lingkungan setempat, seperti dengan membuat kanal untuk mengantisipasi banjir dan mengubah morfologi kawasan.
Baca juga : Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17
Baca juga : Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Pengaruh dan Jejak Budaya Muarajambi
Pengaruh Muarajambi pada masa lalu tidak hanya terbatas di wilayah Sumatra atau Indonesia, tetapi juga meluas ke berbagai belahan dunia, terutama melalui hubungan keagamaan dan perdagangan dengan pusat-pusat Buddha di India, China, dan Asia Tenggara. Ini menandakan bahwa Muarajambi bukan hanya situs lokal tetapi juga memiliki signifikansi global dalam perkembangan agama dan budaya Buddha. Hubungan historis ini dapat dilihat dari pengajaran agama Buddha yang terjadi di Muarajambi, yang terkait erat dengan Nalanda di India.
Selama berabad-abad, Muarajambi menjadi pusat perdagangan dan pembelajaran yang signifikan. Jaringan maritim yang kuat memungkinkan kawasan ini terhubung dengan pusat-pusat perdagangan besar lainnya di Asia, termasuk pelabuhan di India dan China. Hal ini berkontribusi pada kemakmuran dan perkembangan peradaban di kawasan ini, yang tercermin dalam kemahiran masyarakatnya dalam seni, arsitektur, dan teknologi.
Upaya Menuju Pengakuan UNESCO
Pengajuan KCBN Muarajambi sebagai Warisan Dunia UNESCO menekankan tiga aspek utama: keunikan arsitektur dan lanskap, kekayaan budaya dan sejarah, serta dampaknya terhadap masyarakat lokal. Proses menuju pengakuan UNESCO bukanlah hal yang mudah dan memerlukan komitmen jangka panjang dari pemerintah Indonesia serta dukungan dari masyarakat setempat dan komunitas internasional.
Sejak tahun 2009, KCBN Muarajambi telah masuk dalam daftar tentatif UNESCO untuk nominasi Warisan Dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai upaya telah dilakukan untuk memperkuat pengajuan ini, termasuk revitalisasi situs dan pemberdayaan masyarakat lokal. Pameran yang diadakan di sela-sela Sidang Komite Warisan Dunia ke-46 UNESCO di New Delhi, India, pada Juli 2024, memperlihatkan foto-foto lanskap, arsitektur candi, dan artefak Muarajambi yang menarik minat perwakilan dari berbagai negara, terutama yang memiliki jejak pengajaran agama Buddha.
Agus Widiatmoko menyatakan bahwa untuk sukses dalam pengajuan ini, sangat penting melibatkan negara-negara lain yang memiliki hubungan historis dengan Muarajambi dalam hal pengajaran Buddha. Pengajuan sebagai Warisan Dunia UNESCO tidak hanya menekankan pelestarian situs tetapi juga memperkuat hubungan budaya dan sejarah dengan negara-negara lain. Pengakuan ini akan membantu mempromosikan nilai universal luar biasa dari Muarajambi, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi komunitas internasional.
Tantangan dan Masa Depan Muarajambi
Meskipun revitalisasi KCBN Muarajambi telah menunjukkan hasil yang signifikan, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai pengakuan UNESCO. Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa pengembangan kawasan ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal, terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Ada juga kekhawatiran tentang keberadaan stockpile batubara di sekitar kawasan candi, yang dapat mengancam pelestarian situs bersejarah ini.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk memastikan bahwa pengembangan Muarajambi berkelanjutan dan tidak merusak warisan budaya yang ada. Selain itu, program pemberdayaan berbasis budaya lokal telah diperkenalkan di desa-desa penyangga untuk melibatkan masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan kawasan ini. Dengan cara ini, revitalisasi Muarajambi tidak hanya melestarikan situs tetapi juga memperkuat identitas budaya dan kesejahteraan komunitas lokal.
Koordinator Pemugaran Candi Parit Duku, Mubarak Andi Pampang, dan Koordinator Pemugaran Candi Kotomahligai, Kurnia Prastowo Adi, keduanya menyatakan bahwa upaya revitalisasi yang sedang berlangsung diharapkan dapat menyelesaikan proses pemugaran candi-candi utama dalam waktu dekat. Mereka juga berharap bahwa revitalisasi ini tidak hanya akan memperbaiki struktur fisik candi tetapi juga meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap nilai sejarah dan budaya Muarajambi.
Revitalisasi KCBN Muarajambi adalah langkah penting dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia dan memperkuat posisinya di panggung dunia. Dengan revitalisasi ini, Muarajambi tidak hanya dihidupkan kembali sebagai situs sejarah yang penting tetapi juga sebagai pusat budaya dan pembelajaran bagi generasi mendatang. Upaya ini juga memperlihatkan komitmen Indonesia dalam melestarikan warisan budaya dan sejarahnya serta berkontribusi pada pemahaman dan apresiasi global terhadap keanekaragaman budaya dunia.
Dengan pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia, Muarajambi dapat menjadi model pelestarian dan pengelolaan warisan budaya yang berkelanjutan, yang tidak hanya melestarikan masa lalu tetapi juga mendukung kesejahteraan masa depan. Proses menuju pengakuan ini panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat lokal, dan komunitas internasional, Muarajambi memiliki potensi untuk diakui sebagai salah satu situs warisan dunia yang paling berharga. *Mukroni
Foto Kompas
- Berita Terkait :
Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota
Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T
Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
Gurihnya Coto Makassar Legendaris di Air Mancur Bog