• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Budaya-Budaya di Asia Tenggara Hanya Merupakan Turunan Sekunder dari Peradaban India dan Tiongkok adalah Pandangan yang Sangat Terbatas

ByAdmin

Mei 11, 2023
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Asia Tenggara adalah sebuah kawasan geografis yang terdiri dari 11 negara di Asia, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Meskipun terdapat pengaruh budaya dari Cina dan India di sebagian besar negara di Asia Tenggara, kawasan ini memiliki keanekaragaman budaya yang kaya dan unik.

Contoh budaya asli Asia Tenggara antara lain kebudayaan Melayu, Sunda-Sulawesi, Jawa, Bali, Minangkabau, Batak, Toraja, Dayak, orang Asli di Malaysia, orang Filipina, Khmer di Kamboja, dan banyak lagi. Budaya ini terbentuk dari sejarah dan perkembangan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah, dan seringkali dipengaruhi oleh agama, bahasa, adat istiadat, dan kesenian tradisional.

Dalam sejarahnya, Asia Tenggara juga telah berinteraksi dengan kebudayaan dari luar kawasan seperti Cina, India, Arab, dan Eropa, sehingga terdapat pengaruh budaya asing dalam kebudayaan lokal. Meski begitu, budaya Asia Tenggara tetap mempertahankan identitasnya yang khas dan berbeda dari kebudayaan luar.

Budaya Asia Tenggara adalah budaya yang kaya dan beragam dengan pengaruh yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pengaruh dari India, Tiongkok, dan daerah lain di Asia. Namun, tidak benar jika dikatakan bahwa budaya Asia Tenggara hanya merupakan turunan sekunder atau cabang sekunder dari budaya India dan Tiongkok.

Istilah “cabang budaya sekunder” tidak umum digunakan dalam ilmu budaya atau sejarah. Namun, jika kita berasumsi bahwa yang dimaksud adalah pengaruh budaya yang lebih rendah atau kurang signifikan, maka itu adalah pandangan yang tidak tepat.

Pengaruh budaya Tiongkok dan India di Asia Tenggara memang sangat kuat dan signifikan, namun hal itu tidak berarti bahwa budaya di Asia Tenggara hanya merupakan cabang sekunder dari budaya Tiongkok atau India. Budaya di Asia Tenggara memiliki ciri khas dan kaya yang unik, yang berasal dari interaksi budaya antara berbagai suku bangsa dan kebudayaan lokal di wilayah tersebut.

Bahkan, beberapa ahli sejarah dan antropolog menyatakan bahwa budaya di Asia Tenggara tidak hanya dipengaruhi oleh budaya India atau Tiongkok, tetapi juga oleh budaya-budaya lainnya seperti budaya Arab, Persia, Eropa, dan budaya-budaya lokal yang ada di wilayah ini. Oleh karena itu, lebih tepat untuk melihat Asia Tenggara sebagai wilayah yang kaya akan keanekaragaman budaya yang saling mempengaruhi dan membentuk identitas budaya yang unik.

Budaya Asia Tenggara telah berkembang selama ribuan tahun dan memiliki ciri khas dan identitas budaya yang unik. Misalnya, seni, musik, tarian, arsitektur, dan bahasa yang berasal dari Asia Tenggara memiliki elemen yang berbeda dari budaya India dan Tiongkok, meskipun dapat memperlihatkan pengaruh dari kedua budaya tersebut.

Kemudian, faktor-faktor seperti geografi, perdagangan, dan perkembangan sejarah juga turut berperan dalam membentuk budaya Asia Tenggara. Sebagai contoh, sejarah perdagangan di wilayah ini mengakibatkan terjadinya pertukaran budaya antara kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dengan kerajaan-kerajaan dari India, Tiongkok, dan Timur Tengah

Ada beberapa alasan mengapa tidak benar untuk menyebut budaya Asia Tenggara sebagai cabang sekunder dari budaya India dan Tiongkok.

Pertama, budaya Asia Tenggara memiliki ciri khas dan identitas budaya yang unik. Meskipun terdapat pengaruh budaya dari India dan Tiongkok, budaya Asia Tenggara tidak dapat dianggap hanya sebagai cabang atau turunan dari kedua budaya tersebut.

Kedua, budaya Asia Tenggara telah berkembang selama ribuan tahun dan memiliki sejarah yang panjang. Selama periode tersebut, budaya Asia Tenggara telah mengalami pengaruh dari berbagai sumber, termasuk pengaruh dari kerajaan-kerajaan lokal, perdagangan, dan agama-agama seperti Hindu dan Buddha, yang mempengaruhi budaya Asia Tenggara dengan cara yang unik.

Ketiga, budaya Asia Tenggara juga memiliki pengaruh dari budaya-budaya lain di Asia seperti Arab, Persia, dan bahkan Jepang. Sehingga, pengaruh budaya yang terjadi di Asia Tenggara tidak hanya berasal dari India dan Tiongkok, melainkan juga dari berbagai budaya lain yang turut mempengaruhi budaya Asia Tenggara.

Keempat, bahasa, seni, musik, tarian, dan arsitektur di Asia Tenggara juga memiliki ciri khas dan elemen yang berbeda dari budaya India dan Tiongkok, yang menunjukkan bahwa budaya Asia Tenggara bukan hanya cabang sekunder dari kedua budaya tersebut.

Beberapa ilmuwan bahkan menentang pandangan ini dan menganggapnya terlalu simplistik dan terlalu mengabaikan keragaman dan kompleksitas budaya Asia Tenggara.

Anthony Reid

Salah satu contoh ilmuwan yang menentang pandangan ini adalah Anthony Reid, seorang sejarawan Australia yang mengkhususkan diri dalam sejarah Asia Tenggara. Reid menekankan pentingnya untuk memperhatikan sejarah dan perkembangan budaya Asia Tenggara itu sendiri, dan bukan hanya melihatnya dari perspektif budaya India dan Tiongkok.

Anthony Reid adalah seorang sejarawan dan cendekiawan Asia Tenggara, yang dikenal atas kontribusinya dalam studi sejarah dan masyarakat kawasan tersebut. Ia lahir di London pada tahun 1939 dan menempuh pendidikan di Universitas Cambridge, tempat ia memperoleh gelar sarjana dan doktoral.

Reid telah mengajar di berbagai universitas di seluruh dunia, termasuk Universitas Nasional Australia, di mana dia menjadi profesor sejarah Asia Tenggara dari tahun 1971 hingga 1998. Dia juga memegang posisi di Universitas London, Universitas Cornell, dan Universitas Nasional Singapura. .

Minat penelitian Reid meliputi sejarah politik dan sosial Asia Tenggara, sejarah Islam di kawasan tersebut, dan sejarah nasionalisme Asia Tenggara. Dia telah menulis beberapa buku tentang topik ini, termasuk “Darah Rakyat: Revolusi dan Akhir Pemerintahan Adat di Sumatera Utara,” “Asia Tenggara di Zaman Perdagangan, 1450-1680,” dan “Perbatasan Indonesia: Orang Aceh dan Sejarah Sumatera Lainnya.”

Reid telah diakui atas kontribusinya pada studi Asia Tenggara dengan berbagai penghargaan dan gelar kehormatan, termasuk Fukuoka Asian Culture Prize pada 2011 dan Tang Prize in Sinology pada 2014.

George Coedes

George Coedès adalah seorang ahli sejarah dan epigrafi dari Prancis yang sangat terkenal karena penelitiannya tentang Asia Tenggara, khususnya sejarah kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam bidang sejarah Asia Tenggara dan telah memberikan sumbangan besar terhadap pemahaman kita tentang sejarah dan kebudayaan wilayah tersebut.

Salah satu karya terpenting dari George Coedès adalah bukunya yang berjudul “Les États hindouisés d’Indochine et d’Indonésie” atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi “The Indianized States of Southeast Asia”. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1923 dan kemudian menjadi referensi utama dalam bidang sejarah Asia Tenggara selama beberapa dekade.

Dalam buku tersebut, Coedès menggambarkan perjalanan sejarah Asia Tenggara dari abad ke-1 hingga abad ke-14, ketika kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut mulai terpengaruh oleh kebudayaan India. Ia juga menyoroti peran penting agama Hindu-Buddha dalam pengembangan kebudayaan Asia Tenggara dan memaparkan bagaimana pengaruh India ini mempengaruhi sistem pemerintahan, seni, arsitektur, bahasa, dan adat istiadat di wilayah tersebut.

Selain itu, Coedès juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara telah memiliki budaya yang kaya sebelum pengaruh India, dan ia mencatat sejarah kerajaan-kerajaan awal di wilayah tersebut seperti kerajaan Funan dan Chenla. Buku ini menjadi sumber utama bagi para ahli sejarah dan arkeolog untuk memahami perjalanan sejarah Asia Tenggara dan peran penting kebudayaan India dalam pengembangan wilayah ini.

Secara keseluruhan, pandangan Coedès tentang Asia Tenggara sangat berharga dan telah memberikan sumbangan besar bagi pemahaman kita tentang sejarah dan kebudayaan wilayah ini. Karya-karyanya, termasuk bukunya yang terkenal, tetap menjadi referensi penting dalam bidang sejarah dan arkeologi Asia Tenggara. George Coedes adalah seorang sejarawan yang sangat terkenal dalam kajian sejarah Asia Tenggara, terutama sejarah awal wilayah ini. Coedes melihat Asia Tenggara sebagai wilayah yang memiliki peradaban dan budaya yang unik dan kaya, dengan pengaruh yang berasal dari berbagai sumber, seperti India, Tiongkok, dan bahkan Yunani. Ia menolak pandangan bahwa budaya Asia Tenggara adalah cabang sekunder dari budaya India atau Tiongkok.

James C. Scott

James C. Scott adalah seorang ilmuwan politik dan antropolog Amerika. Ia lahir pada tanggal 2 Desember 1936 di Mount Holly, New Jersey, AS. Dia saat ini adalah seorang profesor ilmu politik dan antropologi di Universitas Yale.

Scott terkenal karena karyanya tentang hubungan antara kekuasaan dan kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks Asia Tenggara. Penelitian dan tulisannya berfokus pada cara-cara orang biasa melawan dominasi dan kontrol negara dan aktor-aktor kuat lainnya.

Beberapa bukunya yang terkenal termasuk “Weapons of the Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance,” “Seeing Like a State: Bagaimana Skema Tertentu untuk Memperbaiki Kondisi Manusia Gagal,” dan “The Art of Not Be Governed: An Anarchist History of Dataran Tinggi Asia Tenggara.” Buku-buku ini berpengaruh dalam berbagai bidang, termasuk antropologi, ilmu politik, dan studi pembangunan.

Scott telah menerima banyak penghargaan dan kehormatan untuk karyanya, termasuk Hadiah Albert O. Hirschman dari Dewan Penelitian Ilmu Sosial dan Persekutuan Andrew Carnegie. Dia dianggap sebagai salah satu cendekiawan paling penting di bidangnya dan gagasannya berdampak signifikan pada pemahaman kita tentang kekuasaan dan perlawanan.

Dalam pandangannya, Scott menolak pandangan yang merendahkan bahwa budaya Asia Tenggara hanya turunan sekunder dari budaya India dan Tiongkok. Sebaliknya, ia menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki sejarah dan budaya yang unik dan telah memainkan peran penting dalam sejarah dunia melalui pertahanan diri terhadap kekuatan luar yang berusaha menguasai wilayah itu. Scott juga menyoroti cara-cara di mana budaya-budaya di Asia Tenggara telah mengembangkan bentuk-bentuk kebijakan politik, ekonomi, dan sosial yang berbeda dari bentuk-bentuk yang ditemukan di dunia Barat dan di wilayah lain di Asia

Barbara Watson Andaya

Barbara Watson Andaya adalah seorang sejarawan dan sarjana studi Asia Tenggara yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang sejarah wanita dan studi gender di Asia Tenggara. Ia lahir pada tanggal 15 Juli 1943 di Amerika Serikat dan memperoleh gelar PhD dari Cornell University pada tahun 1972. Ia pernah mengajar di beberapa universitas di Amerika Serikat dan Asia Tenggara, antara lain University of Hawaii, University of Wisconsin-Madison, dan Universitas Malaya di Kuala Lumpur.

Riset Andaya berfokus pada sejarah Asia Tenggara, khususnya peran perempuan dalam sejarah kawasan tersebut. Dia telah menulis beberapa buku dan artikel tentang topik ini, termasuk “The Flaming Womb: Repositioning Women in Early Modern Southeast Asia” dan “Women and the State in Early Modern Indonesia.” Karyanya menantang pandangan tradisional bahwa perempuan di Asia Tenggara pasif dan tunduk pada laki-laki, alih-alih menyoroti cara mereka menjadi peserta aktif dalam masyarakat mereka. Andaya juga terlibat dalam pengembangan studi Asia Tenggara sebagai bidang studi. Dia menjabat sebagai presiden Asosiasi Studi Asia dari 2011 hingga 2012 dan telah menjadi mentor bagi banyak sarjana di bidangnya. Kontribusinya pada studi Asia Tenggara telah diakui dengan berbagai penghargaan dan kehormatan, termasuk Penghargaan Cendekiawan Terhormat 2019 dari Asosiasi Studi Asia.

Dalam penelitiannya, Andaya menolak pandangan yang merendahkan bahwa budaya Asia Tenggara hanya turunan sekunder dari budaya India dan Tiongkok. Sebaliknya, ia menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki kekayaan budaya yang unik dan telah berinteraksi dengan berbagai peradaban di seluruh Asia dan dunia. Andaya juga menunjukkan bagaimana budaya-budaya di Asia Tenggara telah saling mempengaruhi dan berevolusi seiring waktu, menciptakan warisan budaya yang kaya dan kompleks.

Ooi Keat Gin

Ooi Keat Gin adalah seorang sejarawan yang berspesialisasi dalam sejarah Asia Tenggara modern, dengan fokus khusus pada sejarah sosial dan budaya wilayah tersebut. Saat ini ia adalah seorang profesor di Departemen Sejarah, Universiti Sains Malaysia, dan telah menerbitkan banyak buku dan artikel dengan topik seperti kolonialisme, nasionalisme, dan identitas di Asia Tenggara. Beberapa karyanya yang terkenal termasuk “Pendudukan Jepang di Kalimantan, 1941-1945”, “Momen Pencerahan: Kehidupan Raja Tun Mohar Raja Badiozaman”, dan “Orang Tionghoa di Asia Tenggara dan Seterusnya: Dimensi Sosial Ekonomi dan Politik”.

Ooi Keat Gin adalah seorang sejarawan yang berspesialisasi dalam sejarah Asia Tenggara modern, dengan fokus khusus pada sejarah sosial dan budaya wilayah tersebut. Saat ini ia adalah seorang profesor di Departemen Sejarah, Universiti Sains Malaysia, dan telah menerbitkan banyak buku dan artikel dengan topik seperti kolonialisme, nasionalisme, dan identitas di Asia Tenggara. Beberapa karyanya yang terkenal termasuk “Pendudukan Jepang di Kalimantan, 1941-1945”, “Momen Pencerahan: Kehidupan Raja Tun Mohar Raja Badiozaman”, dan “Orang Tionghoa di Asia Tenggara dan Seterusnya: Dimensi Sosial Ekonomi dan Politik”.

Ooi Keat Gin adalah seorang sejarawan Malaysia menolak pandangan bahwa budaya Asia Tenggara hanya turunan sekunder dari budaya India dan Tiongkok.

Craig A. Lockard

Craig A. Lockard (lahir 1947) adalah seorang sejarawan dan penulis Amerika. Dia terkenal karena karyanya tentang sejarah Asia Tenggara, khususnya sejarah Vietnam dan Filipina. Lockard telah menulis beberapa buku tentang topik ini, termasuk “Asia Tenggara dalam Sejarah Dunia” dan “The Taming of the Saigon Mafia.” Dia juga menerbitkan banyak artikel akademik dan menjabat sebagai profesor sejarah di University of Wisconsin-Green Bay. Lockard dianggap sebagai otoritas terkemuka dalam sejarah Asia Tenggara dan telah diakui atas kontribusinya di lapangan dengan beberapa penghargaan dan
penghargaan.

Pandangan Craig A. Lockard tentang Asia Tenggara sangat menghargai keanekaragaman budaya dan sejarah wilayah ini. Menurutnya, Asia Tenggara memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dan merupakan wilayah yang penuh dengan perbedaan suku bangsa, bahasa, dan agama. Ia menekankan bahwa keberagaman budaya di Asia Tenggara tidak dapat dipandang sebagai sekadar turunan dari pengaruh budaya India dan Tiongkok, tetapi sebagai sebuah warisan budaya yang unik.

Michael R. Godley

Michael R. Godley adalah seorang profesor emeritus sejarah di Universitas Hawai’i di Mānoa. Dia bergabung dengan fakultas pada tahun 1974 dan pensiun pada tahun 2014 setelah mengabdikan lebih dari empat puluh tahun untuk mengajar dan melakukan penelitian di universitas tersebut. Selama
karirnya, Godley mengkhususkan diri dalam sejarah kolonial dan modern Asia Tenggara, dengan fokus pada Vietnam dan Filipina. Dia juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan kurikulum di bidang sejarah dan pengajaran bahasa asing.

Pandangan Michael R. Godley tentang Asia Tenggara menunjukkan bahwa ia sangat menghargai keberagaman budaya dan sejarah wilayah ini. Ia menolak pandangan bahwa budaya-budaya di Asia Tenggara hanyalah turunan dari peradaban India dan Tiongkok, dan menganggap bahwa wilayah ini memiliki budaya dan sejarah yang unik dan berbeda dari wilayah lain di dunia.

Dan masih banyak sejarawan yang menulis banyak Asia Tenggara yang menolak pandangan budaya-budaya di Asia Tenggara hanya merupakan turunan sekunder dari peradaban India dan Tiongkok seperti

  1. Reidar D. Bakken dengan tulisnnya : “Trafficking in Human Beings in Southeast Asia: A Review of Literature”
  2. Kwa Chong Guan dengan tulisannya : “The Chinese in Southeast Asia and Beyond: Socioeconomic and Political Dimensions”
  3. Milton Osborne dengan tulisannya : Southeast Asia: “An Introductory History”, “The Mekong: Turbulent Past, Uncertain Future”, “Phnom Penh: A Cultural and Literary History” dan “The Struggle for Vietnam: From the Civil War to the Vietnam War”
  4. M.C. Ricklefs dengan tulisannya : “A History of Modern Indonesia since c. 1200”, “The Seen and Unseen Worlds in Java, 1726-1749 : History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II”.
  5. Thongchai Winichakul tulisannya : “Siam Mapped: A History of the Geo-Body of a Nation”
  6. Hans-Dieter Evers dengan tulisannya : “The Malay(sian) Peasant: Pathways to Change”
  7. Peter Boomgaard dengan tulisannya : “A World of Water: Rain, Rivers and Seas in Southeast Asian Histories”
  8. Victor T. King dengan tulisannya : “The Sociology of Southeast Asia: Transformations in a Developing Region”

Semua sejarawan di atas telah meneliti dan menulis tentang keberagaman dan keunikan budaya dan sejarah di Asia Tenggara, serta menolak pandangan yang merendahkan bahwa budaya Asia Tenggara hanya turunan sekunder dari budaya India dan Tiongkok.*

Foto asean2023

  • Berita Terkait :

Connecticut, Salah Satu Komunitas Muslim Terbesar di Negara Bagian Amerika Serikat, dan Dihiasi Nama-Nama Kota Peradaban Islam

Ternyata Hampir 2/3 Nama-Nama Bintang yang Dikenal di Langit Malam Berasal dari Bahasa Arab

Inilah Dokumen Platform Pittsburgh 1885 : “Bahwa Yudaisme adalah Suatu Agama, Bukan Sebuah Bangsa, Oleh karena itu Tidak Mengharapkan Kembali ke Palestina.”

Selain Semarak Kegiatan Masjid-Masjid di Negara Bagian Colorado Amerika Serikat, Provinsi ini Banyak Dihiasi Nama-Nama Kota Peradaban Islam

Setelah Diizinkan Azan 5 Kali Berkumandang di Salah Satu Kota Terbesar di Amerika Serikat, Gubernur Negara Bagian New Jersey Mendeklarasikan Muslim Heritage Month

Tidak Ada Nama-Nama Kota Mesir Kuno, Arab dan Islam Abad Pertengahan Banyak Tersebar Di Benua Manapun, Kecuali di Benua ini, Inilah Salah Satu Negara Bagian California Amerika Serikat yang Dihiasinya !

Arkansas Negara Bagian Amerika Serikat dan Nama-Nama Kota Mesir Kuno, Arab dan Islam Abad Pertengahan Menghiasinya

Arizona Negara Bagian Amerika Serikat dan Menghiasinya Nama-nama Kota Peninggalan Kekhalifahan Muawiyah di Iberia (Spanyol & Portugal)

Di Ujung Alaska Negara Bagian Amerika Serikat, Nama-nama Arab Timur Tengah Membumi

Tersebar Nama-nama Arab Timur Tengah di Benua Amerika, Inilah Nama-namanya di Alabama, Negara Bagian Amerika Serikat !

“Neturei Karta” Bukan Nama Kota seperti : “Jakarta, Jogjakarta, Surakarta, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Kertosono” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme

Benarkah ?, Bukan Barat tapi dari Timur, Peradaban Awal Manusia Dimulai ada pada Suku Aborigin (ab origin : dari awal)

Inilah !, Hujjah Ulama yang Berpendapat Surga Adam Alaihi Salam Ada di Bumi

Inilah Nama-Nama Cendekiawan Muslim yang Menterjemahkan Karya Legenda Para Filosof Yunani

Ternyata Bahasa Arab dan Ibrani Sama-Sama  Ditulis Mulai dari Sebelah Kanan

Muhammad Asad Cendekiawan Muslim Pembela Arab Palestina, Berdarah Yahudi Kelahiran Ukraina

Inilah Bunyi Surat Kelompok Masyarakat Sipil : “Mendesak PBB untuk Menghormati Hak Asasi Manusia dalam Perang Melawan Antisemitisme”

Inilah Alasan  David Hearst Menulis : “Menjadikan Negara Sebagai Supremasi Yahudi, Israel Tidak Pernah Bisa Menang”

Inilah yang Diulas Cucu Pendiri Israel Miko Peled !, : “Penolakan Indonesia Terhadap Timnas U-20 Israel Sebagai Bentuk Lawan Politik Apartheid”

Ternyata  Seorang Yahudi Bahira yang Pertama Kali Melihat Tanda-Tanda Kenabian Muhammad SAW

Siapa Rabi  Yisroel Dovid Weiss ?, Yang Mengharapkan  Zionis Segera Hancur dan Taurat Melarang Pembentukan Negara Israel

Mana yang Misteri ?, Misteri Masjid Kenangan Ganjar di Kampus UGM atau Misteri Masjid Al-Aqsha Dalam Peristiwa Isra ?

Inilah Peringatan Vatikan !, : “Israel Tidak Boleh Klaim Wilayah Berdasarkan Alkitab”

Ternyata  Bukan Palestina yang Ditawarkan Proposal Pembentukan Negara Zionis, Tetapi Uganda di Afrika

Kekerasan & Mempertanyakan Keaslian Kitab Suci Kaum Yahudi

Ternyata Nama Kabupaten Sleman Asal  Muasal dari Nama Kabupaten Sulaiman

Ternyata Peninggalan Benda Pusaka Majapahit Tersimpan di Musium Amerika Serikat

Cuplikan Tulisan Bambang Pranggono tentang Yerusalem : “Tidak Ada yang Eksplisit Bahwa Kota itu adalah Tanah Haram Islam”

Ternyata Masjidil Aqsha (dalam Surat Al –Isra’ ayat 1) dan Tanah  yang Diberkati Sampai Sekarang Masih Menjadi Misteri ?

Sejarah dan Karakteristik Java Orange yang Tumbuh Subur di Negeri Palestina

Siapa Dr. Fadel Al-Rubaie ?, Pengarang Buku “Al-Quds Bukan Yerusalem”

Siapa Ibnu Khaldun ?, Tulisannya di Kitab Tarikh : “Bani Jawa” Pernah Menghuni Negeri Palestina

Ternyata ! Bahasa Jawa & Indonesia Masuk 15 Bahasa Yang Banyak Ditutur

Wow Keren Ada Beasiswa Dari Universitas Bergengsi Inggris Oxford Untuk Pelajar Indonesia

Bahas hubungan FIR dan Keamanan Maritim, Kabakamla RI Beri Kuliah Umum di UNPAD

Layangkan SP2, Kemenag Minta Penggarap Lahan Kampus UIII Keluar

Kemendikbudristek Gelar Festival Literasi Siswa Indonesia 2022

Pentingnya Manajemen Media Sosial Pada Keluarga Dengan Anak Usia Dini

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *