• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Dari Bukhari ke Bung Karno: Wisata Ziarah dan Diplomasi Berbumbu Sejarah

ByAdmin

Sep 21, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tanggal 20 September 2024, sebuah peristiwa diplomatik sekaligus religius menandai lawatan Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, ke Uzbekistan. Lawatan ini, lebih dari sekadar kunjungan antarnegara, membawa jejak sejarah yang panjang, melibatkan tokoh besar Indonesia, Bung Karno, serta sebuah nama besar dalam tradisi Islam, Imam Al-Bukhari.

Samarkand, salah satu kota tua di Jalur Sutra yang penuh dengan sejarah kebesaran dunia Islam, menyambut Megawati dengan hangat. Sebagai pusat peradaban pada masa lalu, kota ini masih menyimpan peninggalan budaya dan keilmuan yang kaya. Salah satunya adalah Pusat Penelitian Ilmiah Internasional Imam Al-Bukhari, tempat Megawati mengawali kunjungannya.

Jejak Imam Bukhari dan Pesona Kota Samarkand

Pusat penelitian ini didedikasikan untuk tokoh besar Islam, Imam Al-Bukhari, seorang ulama yang dikenal karena karyanya dalam ilmu hadis. Imam Al-Bukhari, yang memiliki nama lengkap Muhammad bin Ismail al-Bukhari, dihormati oleh umat Islam, terutama Sunni, sebagai otoritas hadis terbesar. Koleksi hadisnya yang tertuang dalam Shahih Bukhari menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.

Di pusat penelitian tersebut, Megawati mendapatkan paparan dari penerjemah Maksud Khosimov dan Wakil Direktur Otabek Mukhammadiev, yang memperkenalkan koleksi-koleksi berharga, seperti manuskrip hadis kuno, peta perjalanan hidup Al-Bukhari, dan alat tulis yang pernah digunakan oleh sang ulama. Dinding dan plafon gedung juga dihiasi dengan lukisan yang menggambarkan perjalanan Al-Bukhari sepanjang hidupnya, dari kelahirannya pada tahun 810 hingga wafatnya pada 870.

Sambil menikmati atmosfer pusat penelitian yang sarat dengan nuansa sejarah, Megawati diminta untuk memberikan testimoni, yang disimpan sebagai bagian dari dokumentasi resmi. Dalam catatan tersebut, ia mengenang masa kecilnya, di mana ayahnya, Soekarno, memperkenalkannya dengan sosok Imam Bukhari dan ilmu hadisnya.

“Dari kecil saya sudah mengenal Imam Bukhari karena ayah saya, Presiden pertama Republik Indonesia, yang oleh rakyat disebut Bung Karno. Bagi saya, beliau seorang yang luar biasa, membuka tabir pengetahuan Islam dalam bunyi-bunyi yang ada di hadis,” tulis Megawati dalam buku tamu pusat penelitian tersebut.

Namun, lebih dari sekadar kenangan pribadi, Megawati juga menitipkan harapan global. “Semoga di masa depan, seluruh manusia di dunia bisa bersatu secara lahir batin,” tulisnya, mencerminkan impian akan harmoni dan persatuan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam yang damai.

Napak Tilas Bung Karno di Uzbekistan

Kunjungan Megawati ini bukanlah kali pertama bagi keluarga Soekarno ke Uzbekistan. Pada 1956, hampir 68 tahun lalu, Bung Karno, presiden pertama RI, melakukan perjalanan ziarah yang tak kalah bersejarah. Saat itu, lawatan Bung Karno ke Uni Soviet (sekarang Rusia) bukanlah kunjungan biasa. Di tengah ketegangan Perang Dingin antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet, Indonesia menjadi negara yang penting bagi Uni Soviet.

Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet pada saat itu, sangat membutuhkan dukungan Indonesia untuk memperkuat posisi Soviet di panggung internasional. Namun, alih-alih langsung menerima undangan Khrushchev, Bung Karno memberikan syarat yang unik—ia ingin menziarahi makam Imam Al-Bukhari.

Tentu saja, permintaan Bung Karno ini membuat Khrushchev bingung. Bagi pemimpin Soviet yang lebih condong ke ateisme komunis, mencari makam seorang ulama Muslim bukanlah hal yang lazim. Namun, keinginan Bung Karno harus dipenuhi, karena lawatan tersebut sangat penting bagi Khrushchev. Maka, Khrushchev mengerahkan tim intelnya untuk mencari makam Al-Bukhari yang pada waktu itu tersembunyi di antara semak belukar di Samarkand. Setelah makam ditemukan, Bung Karno pun melakukan ziarah dan berdoa di sana.

Kunjungan Soekarno saat itu menjadi sorotan di Uzbekistan. Surat kabar setempat bahkan memasang headline yang menyambut kedatangan “Putera Indonesia Jang Mulia Presiden Sukarno.” Uniknya, kalimat sambutan ini ditulis dalam bahasa Indonesia, suatu hal yang sangat langka di tengah dominasi bahasa Soviet.

Baca juga : Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia

Baca juga : Napak Tilas Perjuangan di Jalan Matraman: Halte Tegalan dan Matraman 1 sebagai Simbol Perlawanan Sultan Agung Raja Mataram Islam dan Kyai Rangga Bupati Tegal Melawan VOC

Baca juga : Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17

Perubahan Drastis Kompleks Al-Bukhari

Ziarah Bung Karno pada tahun 1956 dilakukan di sebuah kompleks yang jauh berbeda dengan apa yang ada sekarang. Seperti yang dikenang oleh Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR dari Fraksi PDI-P, yang juga mendampingi Megawati dalam lawatannya kali ini, pada tahun 2011 saat ia berkunjung ke makam Al-Bukhari, yang ada hanya sebuah masjid kecil dengan makam di sampingnya. “Perkembangannya sangat signifikan beberapa tahun terakhir,” kata Basarah.

Perubahan besar tersebut tidak lepas dari kebijakan Pemerintah Uzbekistan yang melihat potensi ziarah religi sebagai daya tarik wisata internasional. Jumlah peziarah yang datang dari berbagai negara meningkat pesat, dan pemerintah memutuskan untuk memperluas kompleks pemakaman. Kini, selain masjid yang mampu menampung hingga 10.000 jamaah, pemerintah juga membangun akademi dan pusat penelitian ilmiah yang memungkinkan siapa pun untuk mempelajari hadis. Bahkan, sebuah hotel dan pusat perbelanjaan juga direncanakan untuk melengkapi area tersebut, menciptakan sebuah kawasan ziarah modern yang multifungsi.

Registan Square: Destinasi Ikonik Lainnya

Setelah mengunjungi makam Al-Bukhari, Megawati melanjutkan perjalanannya ke salah satu situs bersejarah paling ikonik di Samarkand, Registan Square. Kawasan ini dikenal sebagai pusat pendidikan Islam pada abad ke-15 hingga ke-17, dengan tiga madrasah besar yang menjadi jantungnya. Bangunan yang megah dan didominasi warna biru ini masih berdiri kokoh, meski kini lebih berfungsi sebagai objek wisata yang ramai dikunjungi turis.

Ditemani oleh Wakil Gubernur Samarkand, Rustam Kobilov, Megawati mendapatkan penjelasan tentang fungsi bangunan dan sejarah panjang yang melingkupinya. Foto-foto Megawati bersama rombongan di depan Registan Square menandai akhir kunjungannya ke Samarkand yang sarat dengan refleksi sejarah.

Diplomasi, Ziarah, dan Memori

Lawatan Megawati ke Uzbekistan ini, meski terbungkus dalam kerangka ziarah, tidak bisa dilepaskan dari konteks diplomasi yang lebih luas. Seperti Bung Karno yang menggunakan simbolisme Islam untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin, Megawati tampaknya ingin menegaskan kembali bahwa Islam dan Indonesia memiliki peran penting dalam hubungan internasional saat ini.

Dengan kehadiran tokoh-tokoh penting dalam rombongan Megawati, seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, serta pejabat KBRI Tashkent, kunjungan ini tidak hanya bermakna religius, tetapi juga politis. Pesan persatuan yang dituliskan Megawati di buku tamu Pusat Penelitian Al-Bukhari mencerminkan harapan akan masa depan yang lebih damai, selaras dengan nilai-nilai keislaman yang diajarkan oleh tokoh besar seperti Al-Bukhari.

Ziarah ini, dengan semua simbolismenya, mengingatkan kita bahwa dalam politik internasional, sejarah dan agama sering kali menjadi dua sisi mata uang yang saling melengkapi. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia

Napak Tilas Perjuangan di Jalan Matraman: Halte Tegalan dan Matraman 1 sebagai Simbol Perlawanan Sultan Agung Raja Mataram Islam dan Kyai Rangga Bupati Tegal Melawan VOC

Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17

Jejak Sejarah Tegal dan Peran Sentralnya dalam Mataram Islam: Dari Pangeran Purbaya hingga Warung Tegal

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota

Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T

Bermetamorfosis bersama Kowantara: Menguak 10 Langkah Warteg Berpeluang Menjadi Agen Perubahan dalam Pemilihan Presiden yang Bijak

10 Saran KOWANTARA bagi Warteg Apabila ada Pelanggan Mengeluarkan Kata-Kata Merendahkan seperti Bodoh dan Tolol

Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi

Saran KOWANTARA : 10 Sikap Warteg Jika ada Pejabat Tinggi yang Melihat Sebelah Mata Keberadaan Warteg

Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara

Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri  yang Sebelah Mata Terhadap Warteg

Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *