• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Damaskus: Kota Abadi di Tengah Derita dan Perubahan Sejarah

ByAdmin

Des 22, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Jika surga ada di bumi, Damaskus pastilah tempatnya. Begitulah Ibnu Jubair, seorang penyair dan ahli geografi asal Andalusia, menggambarkan Damaskus dalam tulisannya pada abad ke-12. Kota ini tidak hanya menjadi lambang keindahan dunia, tetapi juga saksi bisu dari berbagai peristiwa yang membentuk sejarah Timur Tengah. Damaskus, ibu kota Suriah, telah lama menjadi pusat peradaban dan pertarungan kekuatan geopolitik dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Jubair)

Keindahan yang Mendalam

Jauh sebelum perang saudara melanda Suriah pada 2011, Damaskus dikenal sebagai kota yang dipenuhi harum melati, kembang sepatu, dan bugenvil. Penyair dan penulis seperti Ibnu Jubair menyebutnya sebagai “surga dunia”. Pada abad ke-12, Muhammad al-Idrisi, seorang ahli geografi era Dinasti Murabitun di Spanyol, menggambarkannya sebagai “kota Tuhan yang paling indah di dunia”.

Justin Marozzi, seorang penulis Inggris, dalam bukunya Islamic Empires: Fifteen Cities that Define a Civilization (2019), menyebut Damaskus sebagai “Surga yang Wangi”. Marozzi mengaitkan keindahan fisik kota ini dengan posisinya yang strategis di persimpangan Asia, Eropa, dan Afrika. Lokasi ini menjadikan Damaskus sebuah magnet bagi bangsa-bangsa, baik sebagai pusat perdagangan maupun wilayah yang diperebutkan dalam sejarah panjang peradaban manusia. (www.theguardian.com/books/2019)

Namun, keindahan tersebut selalu dibayangi tragedi. Dalam sejarahnya yang panjang, Damaskus telah menjadi arena perebutan kekuasaan antara berbagai bangsa dan imperium, mulai dari Aramaik, Asyuria, Babilonia, Yunani, Romawi, hingga Bizantium. Pada tahun 634 Masehi, Damaskus menjadi kota pertama di bawah kekuasaan Bizantium yang direbut oleh pasukan Muslim. Kejadian ini menandai era baru di mana kota ini menjadi pusat pemerintahan Kekhalifahan Umayyah (660-750).

Warisan Berdarah dalam Sejarah Islam

Meskipun menjadi pusat peradaban Islam, Damaskus tidak luput dari peristiwa kelam. Transisi kekuasaan di kota ini sering kali disertai dengan kekerasan. Salah satu peristiwa paling signifikan adalah pecahnya perang saudara antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan Muawiyah, pendiri Dinasti Umayyah. Konflik ini, yang dikenal sebagai “huru-hara besar” (al-fitnah al-kubra), menjadi salah satu penyebab munculnya perpecahan dalam komunitas Muslim antara Sunni dan Syiah.

Perpecahan tersebut meninggalkan dampak jangka panjang yang memengaruhi konflik politik dan keagamaan di Timur Tengah hingga hari ini. Kemunculan kelompok-kelompok radikal seperti Al-Qaeda dan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sering kali dikaitkan dengan akar sejarah yang berasal dari perpecahan di era “huru-hara besar” tersebut.

Perang Saudara dan Kehancuran Modern

Tragedi Damaskus berlanjut pada abad ke-21. Perang saudara yang meletus di Suriah pada 2011 membawa kehancuran besar bagi kota ini dan wilayah sekitarnya. Konflik yang awalnya berupa protes damai terhadap pemerintahan Bashar al-Assad berubah menjadi perang multi-front yang melibatkan berbagai faksi lokal dan kekuatan asing. Rusia dan Iran mendukung rezim Assad, sementara Turki, Qatar, negara-negara Teluk, dan Amerika Serikat mendukung oposisi.

Selama lebih dari satu dekade, perang ini menelan korban hampir setengah juta jiwa. Separuh dari 23 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk abad ini. Kota Damaskus, yang dulunya dikenal sebagai “surga dunia”, berubah menjadi medan pertempuran yang mematikan.

Pada Desember 2024, Damaskus jatuh ke tangan milisi-milisi oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Bashar al-Assad yang telah berlangsung selama lima dekade di bawah dominasi Partai Baath. Banyak pengamat menyebut jatuhnya Damaskus sebagai momen “perubahan tektonik” di Timur Tengah.

Baca juga : Dari Bukhari ke Bung Karno: Wisata Ziarah dan Diplomasi Berbumbu Sejarah

Baca juga : Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia

Baca juga : Napak Tilas Perjuangan di Jalan Matraman: Halte Tegalan dan Matraman 1 sebagai Simbol Perlawanan Sultan Agung Raja Mataram Islam dan Kyai Rangga Bupati Tegal Melawan VOC

Damaskus Pasca-Assad: Harapan dan Tantangan

Dengan tumbangnya Assad, Damaskus kembali menjadi pusat perhatian dunia. Namun, masa depan kota ini dan Suriah secara keseluruhan tetap tidak pasti. HTS, yang kini memimpin pemerintahan transisi hingga Maret 2025, menghadapi tugas berat untuk membentuk pemerintahan yang inklusif dan stabil. Tantangan ini diperparah oleh campur tangan kekuatan asing yang masih memperebutkan pengaruh di kawasan tersebut.

Turki, yang semakin menguat pengaruhnya, memiliki agenda untuk mengontrol perbatasan dan menghalangi aspirasi milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat. Sementara itu, Rusia dan Iran, meskipun melemah, masih memiliki kepentingan strategis di Suriah. Di sisi lain, Israel terus memperluas wilayahnya di Suriah, menambah ketegangan geopolitik yang sudah memanas.

Selain itu, ancaman disintegrasi wilayah Suriah menjadi salah satu isu utama. Aspirasi otonomi oleh milisi Kurdi dan kekhawatiran akan meluasnya pengaruh kelompok-kelompok radikal menjadi tantangan besar bagi stabilitas Suriah pasca-perang.

Tragedi Kemanusiaan yang Tak Terlupakan

Perang saudara di Suriah tidak hanya membawa dampak politik dan militer, tetapi juga menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam. Jutaan warga Suriah kehilangan tempat tinggal, dan banyak dari mereka mencari perlindungan di negara-negara tetangga seperti Jordania, Lebanon, dan Turki. Bahkan, gelombang pengungsi mencapai Eropa, memicu kebangkitan partai-partai sayap kanan yang memanfaatkan isu imigrasi untuk agenda politik mereka.

Tragedi ini meninggalkan luka mendalam yang sulit sembuh. Banyak kota, termasuk Damaskus, mengalami kerusakan parah. Infrastruktur hancur, perekonomian runtuh, dan masyarakat terpecah oleh kebencian dan trauma.

Damaskus: Simbol Ketahanan di Tengah Derita

Meskipun mengalami kehancuran, Damaskus tetap menjadi simbol ketahanan. Kota ini telah bertahan melalui berbagai perang dan pendudukan selama ribuan tahun. Dari masa kekuasaan Romawi hingga Kekhalifahan Islam, dari kolonialisme Eropa hingga perang modern, Damaskus terus menjadi saksi bisu sejarah yang penuh warna.

Sebagai kota tertua yang terus dihuni di dunia, Damaskus menyimpan warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Masjid Umayyah, yang menjadi salah satu landmark ikonik kota ini, adalah bukti dari kejayaan masa lalu. Namun, masa depan Damaskus kini bergantung pada bagaimana dunia internasional dan kekuatan-kekuatan regional bekerja sama untuk membangun kembali kota ini dan mengakhiri konflik yang telah terlalu lama berlangsung.

Harapan Baru untuk Suriah

Damaskus, yang pernah disebut sebagai “surga di bumi”, kini menghadapi tantangan terbesar dalam sejarah modernnya. Harapan untuk perdamaian dan rekonstruksi tetap hidup, meskipun jalannya penuh rintangan. Dunia menantikan apakah pemerintah transisi yang dipimpin HTS dapat mewujudkan janji untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan membawa stabilitas ke Suriah.

Jika surga benar-benar ada di bumi, Damaskus mungkin bisa kembali menemukan kemegahannya suatu hari nanti. Namun, untuk mencapai itu, diperlukan upaya kolektif dari semua pihak untuk mengakhiri kekerasan dan membangun kembali kota ini sebagai simbol perdamaian dan keindahan yang abadi. By Mukroni

Foto Republik Online

  • Berita Terkait :

Dari Bukhari ke Bung Karno: Wisata Ziarah dan Diplomasi Berbumbu Sejarah

Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia

Napak Tilas Perjuangan di Jalan Matraman: Halte Tegalan dan Matraman 1 sebagai Simbol Perlawanan Sultan Agung Raja Mataram Islam dan Kyai Rangga Bupati Tegal Melawan VOC

Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17

Jejak Sejarah Tegal dan Peran Sentralnya dalam Mataram Islam: Dari Pangeran Purbaya hingga Warung Tegal

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota

Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T

Bermetamorfosis bersama Kowantara: Menguak 10 Langkah Warteg Berpeluang Menjadi Agen Perubahan dalam Pemilihan Presiden yang Bijak

10 Saran KOWANTARA bagi Warteg Apabila ada Pelanggan Mengeluarkan Kata-Kata Merendahkan seperti Bodoh dan Tolol

Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi

Saran KOWANTARA : 10 Sikap Warteg Jika ada Pejabat Tinggi yang Melihat Sebelah Mata Keberadaan Warteg

Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara

Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri  yang Sebelah Mata Terhadap Warteg

Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *