Jakarta, Kowantaranews.com — Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengundang kontroversi dengan pernyataannya yang tajam dan ambisius. Dalam sebuah acara di Phoenix, Minggu (22/12/2024), Trump menyatakan bahwa Terusan Panama, salah satu jalur pelayaran terpenting dunia, seharusnya dikembalikan kepada AS. Pernyataan ini sontak menimbulkan gejolak, baik di dalam negeri AS maupun di kancah internasional.
“Anda semua tahu tentang Terusan Panama? AS dulu bodoh sekali menyerahkannya ke Panama. Sudah saatnya kita mengambilnya kembali. Itu milik kita sejak awal,” ujar Trump di depan ribuan pendukungnya yang memenuhi aula pertemuan di Phoenix. Tak lama setelah itu, ia mengunggah gambar Terusan Panama di akun Truth Social miliknya dengan tambahan bendera AS berkibar di atas kanal tersebut dan tulisan “Selamat Datang di Terusan AS!”
Sejarah Singkat Terusan Panama
Terusan Panama adalah kanal buatan sepanjang 82 kilometer yang menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik, mempersingkat waktu pelayaran hingga 18 hari dibandingkan harus memutari ujung Amerika Selatan. Proyek ambisius ini dimulai oleh Prancis pada 1881, tetapi karena masalah pendanaan dan kondisi politik di Panama, AS mengambil alih pembangunan pada 1904 di bawah Presiden Theodore Roosevelt. Setelah selesai pada 1914, Terusan Panama dikelola oleh AS selama beberapa dekade.
Namun, pada 1977, sebuah perjanjian antara Presiden AS Jimmy Carter dan Jenderal Omar Torrijos dari Panama memutuskan bahwa kanal ini akan diserahkan sepenuhnya kepada Panama pada 31 Desember 1999. Kini, kanal tersebut menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Panama, menyumbang sekitar 20% pendapatan negara.
Tarif dan Kontroversi
Pernyataan Trump sebagian besar merujuk pada kenaikan tarif penyeberangan yang diberlakukan oleh Panama sejak 2023. Kenaikan ini terjadi akibat kemarau panjang yang menurunkan debit air di kanal, memaksa pihak berwenang membatasi jumlah kapal yang dapat melintas. Presiden Panama, Jose Raul Mulino, yang juga dikenal sebagai seorang populis konservatif, membela kebijakan ini dengan menyatakan bahwa tarif tersebut digunakan untuk memperluas dan memelihara kanal.
“Ongkos melintas memang kami naikkan, tetapi ini demi kepentingan semua pihak. Terusan Panama memerlukan perawatan mahal karena kondisi alam di Amerika Tengah yang tropis. Tidak seperti Terusan Suez, pengelolaan kami jauh lebih kompleks,” jelas Mulino.
Namun, Trump melihat hal ini sebagai alasan yang tidak dapat diterima. Menurutnya, AS sebagai pengguna utama kanal — dengan 73% kapal yang melintas berasal dari atau bertujuan ke pelabuhan-pelabuhan AS — berhak mendapatkan keistimewaan. Ia juga mengkritik bahwa Panama tidak menghormati kemurahan hati AS yang dulu “menyerahkan” kanal tersebut.
Baca juga : Damaskus: Kota Abadi di Tengah Derita dan Perubahan Sejarah
Baca juga : Dari Bukhari ke Bung Karno: Wisata Ziarah dan Diplomasi Berbumbu Sejarah
Baca juga : Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia
Geopolitik di Balik Klaim Trump
Pernyataan Trump tidak hanya soal tarif. Ada kekhawatiran yang lebih besar terkait pengaruh China di wilayah tersebut. Pada 2017, Panama memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan beralih ke China. Sejak itu, Beijing telah berinvestasi besar-besaran di negara tersebut, termasuk dalam pengelolaan pelabuhan di kedua ujung Terusan Panama.
Jenderal Laura Richardson, Komandan Palagan Selatan AS, dalam laporannya ke Senat AS, menyebut bahwa perusahaan Hong Kong Hutchison Ports PPC, yang dekat dengan pemerintah China, kini mengelola pelabuhan-pelabuhan utama di Panama. “Kehadiran China ini menciptakan risiko serius bagi kenetralan kanal dan keamanan logistik AS. Bahkan, ada laporan bahwa China memasang kamera pengawas cerdas di sepanjang terusan,” ujar Richardson.
China diduga memanfaatkan kanal ini tidak hanya untuk perdagangan, tetapi juga untuk tujuan geopolitik, seperti memata-matai pergerakan kapal-kapal AS, baik niaga maupun militer. Washington khawatir bahwa pengaruh China di wilayah tersebut dapat merusak stabilitas perdagangan global.
Reaksi Internasional
Pernyataan Trump langsung ditanggapi keras oleh Presiden Panama, Jose Raul Mulino. “Terusan Panama adalah milik Panama. Mengutak-atik terusan berarti mengutak-atik kedaulatan kami,” tegas Mulino dalam konferensi pers. Ia juga memperingatkan bahwa langkah AS untuk merebut kanal secara sepihak akan dianggap sebagai tindakan agresi.
Di sisi lain, negara-negara Amerika Latin menyuarakan keprihatinan mereka atas pernyataan Trump, menganggapnya sebagai bentuk imperialisme baru. “Wilayah kami bukan milik AS untuk diambil kapan saja mereka mau,” ujar Menteri Luar Negeri Meksiko dalam sebuah pernyataan resmi.
Dilema Hukum dan Perjanjian Kenetralan
Trump menghadapi rintangan besar jika benar-benar ingin merebut kembali Terusan Panama. Perjanjian Kenetralan Terusan Panama, yang ditandatangani oleh AS, memastikan bahwa kanal tersebut harus tetap terbuka untuk semua pihak dan bebas dari intervensi politik apa pun. Langkah sepihak dari Washington dapat melanggar perjanjian ini dan memicu kecaman internasional.
Selain itu, langkah seperti ini dapat merusak kredibilitas AS di mata dunia, terutama di tengah upayanya mempertahankan dominasi global. Dalam konteks geopolitik saat ini, tindakan agresif semacam ini bisa dianggap sebagai upaya memperkuat hegemoni AS, yang justru dapat mendorong negara-negara lain untuk semakin mendekat ke China.
Pentingnya Terusan Panama bagi AS
Craig Fuller, Direktur Freight Waves, menjelaskan bahwa Terusan Panama memainkan peran penting dalam ekonomi AS. “Secara rata-rata, 40% pelayaran niaga AS menggunakan kanal ini setiap tahun,” tuturnya. Kanal ini tidak hanya mempersingkat waktu pelayaran tetapi juga mengurangi biaya logistik secara signifikan.
Namun, Trump tampaknya memandang Terusan Panama bukan sekadar jalur perdagangan, melainkan simbol dominasi global AS yang hilang. Dengan mengambil alih kanal, Trump berharap dapat menunjukkan bahwa AS masih menjadi kekuatan yang tak terbantahkan di dunia.
Ambisi Trump untuk mengambil kembali Terusan Panama mencerminkan pendekatan “America First” yang menjadi ciri khasnya. Namun, langkah ini tidak hanya akan memicu ketegangan dengan Panama, tetapi juga dengan komunitas internasional, termasuk sekutu-sekutu AS sendiri. Selain itu, langkah ini berisiko memperburuk hubungan AS dengan Amerika Latin dan memperkuat pengaruh China di wilayah tersebut.
Apakah pernyataan Trump ini sekadar retorika politik untuk memuaskan basis pendukungnya, atau ia benar-benar berniat melangkah lebih jauh? Dunia kini menunggu langkah berikutnya dari sang presiden terpilih. Satu hal yang pasti, isu Terusan Panama akan menjadi ujian besar bagi kebijakan luar negeri AS di era Trump “Season 2.” By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Damaskus: Kota Abadi di Tengah Derita dan Perubahan Sejarah
Dari Bukhari ke Bung Karno: Wisata Ziarah dan Diplomasi Berbumbu Sejarah
Revitalisasi Cagar Budaya Nasional Muarajambi Menuju Pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia
Kyai Rangga Bupati Tegal: Diplomat Perjuangan Sultan Agung melawan VOC di Batavia pada Abad ke-17
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota
Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T
Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung