• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Kritik terhadap Demokrasi Santun Prabowo: Tanda Kemunduran atau Strategi Pemerintahan?

ByAdmin

Okt 22, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Pidato Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini yang menyinggung soal “demokrasi santun” telah menuai kritik keras dari berbagai kalangan, termasuk peneliti dan pegiat hak asasi manusia. Dalam pidatonya, Prabowo menyebut demokrasi santun sebagai konsep yang menjadi ciri khas Indonesia, berbeda dengan gaya demokrasi liberal yang keras dan kadang cenderung anarkis di beberapa negara lain. Namun, pernyataan ini ditafsirkan oleh sebagian pihak sebagai isyarat bahwa pemerintahannya berpotensi untuk meredam kritik dan mengurangi ruang untuk perbedaan pendapat yang tajam.

Para pengamat politik menilai bahwa pernyataan tersebut bisa menjadi indikasi kemunduran demokrasi di Indonesia. Mereka memperingatkan bahwa di bawah kedok demokrasi santun, kebebasan berekspresi dan berpendapat bisa semakin dibatasi. Ini menjadi kekhawatiran yang mendalam bagi mereka yang memperjuangkan hak asasi manusia dan mempertahankan demokrasi yang terbuka.

Salah satu peneliti senior dari lembaga kajian politik di Jakarta, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan kekhawatirannya terkait istilah “demokrasi santun” yang disebut Prabowo. “Demokrasi itu pada dasarnya adalah ruang terbuka bagi semua pihak untuk berbicara, menyampaikan pendapatnya, dan bahkan mengkritik secara keras bila perlu. Jika konsep demokrasi diubah menjadi sesuatu yang lebih terkendali dengan dalih kesantunan, maka itu berpotensi membatasi kritik dan perbedaan pendapat,” ujar sang peneliti.

Demokrasi Santun dan Ancaman Bagi Kebebasan Berpendapat

Pidato Prabowo, yang disampaikan dalam rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda, juga menyiratkan bahwa demokrasi santun adalah model yang lebih cocok untuk Indonesia, di mana perdebatan politik tidak boleh sampai memecah belah bangsa. Meski pernyataan ini terdengar seperti seruan untuk menjaga persatuan, para pengkritik melihatnya sebagai ancaman bagi pluralisme dan perdebatan bebas yang merupakan ciri dari demokrasi yang sehat.

“Demokrasi yang sehat justru ditandai dengan adanya debat yang terbuka dan jujur. Berbeda pendapat bukan berarti tidak santun. Justru dalam perdebatan yang jujur itulah solusi dan kebijakan terbaik dapat ditemukan,” kata seorang aktivis hak asasi manusia dari Jakarta Legal Aid Institute.

Kekhawatiran terbesar dari para pengkritik adalah bahwa pemerintahan Prabowo akan memperkenalkan langkah-langkah represif yang bertujuan untuk meredam oposisi, termasuk media dan kelompok masyarakat sipil yang kritis terhadap pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, di bawah pemerintahan sebelumnya, kebebasan pers di Indonesia telah mengalami tekanan. Dengan pengenalan konsep “demokrasi santun”, dikhawatirkan langkah-langkah lebih lanjut akan diambil untuk membungkam suara-suara kritis.

Menurut data dari Reporters Without Borders, kebebasan pers di Indonesia telah berada dalam tekanan sejak beberapa tahun terakhir, dengan jurnalis yang menghadapi berbagai hambatan dan intimidasi saat melaporkan isu-isu sensitif. Penerapan demokrasi santun dikhawatirkan hanya akan memperparah situasi ini, dengan pemerintah semakin memantau dan mengontrol narasi publik.

Komposisi Kabinet Merah Putih: Bagi-bagi Kekuasaan atau Langkah Strategis?

Selain pernyataan mengenai demokrasi santun, komposisi Kabinet Merah Putih yang diumumkan oleh Prabowo juga menjadi sorotan tajam. Kabinet yang dipilih untuk mendukung masa kepemimpinannya ini dianggap sebagai ajang bagi-bagi kursi untuk partai pendukung, alih-alih didasarkan pada kompetensi dan kebutuhan negara. Beberapa pengamat menyebut langkah ini sebagai tanda bahwa Prabowo lebih mementingkan stabilitas politik jangka pendek daripada reformasi yang dibutuhkan untuk memperbaiki birokrasi dan pemerintahan.

Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan bahwa kabinet Prabowo tampaknya dirancang untuk memastikan dukungan politik dari partai-partai besar yang mendukungnya dalam Pemilu 2024, bukan untuk membawa inovasi dalam pemerintahan. “Kami melihat bahwa banyak pos penting di kabinet ini diberikan kepada tokoh-tokoh dari partai koalisi. Hal ini mungkin diperlukan untuk menjaga kestabilan politik, tetapi ada risiko bahwa kebijakan yang dihasilkan tidak akan terlalu fokus pada kepentingan rakyat, melainkan pada kepentingan partai dan elite politik,” ujar peneliti tersebut.

Sementara itu, beberapa pengamat menilai bahwa komposisi kabinet ini adalah bagian dari strategi politik Prabowo untuk memastikan bahwa koalisi yang terbentuk selama pemilu tetap solid. Di negara dengan sistem demokrasi yang masih berusaha menemukan keseimbangannya seperti Indonesia, menjaga koalisi yang kuat memang penting untuk menghindari ketidakstabilan politik. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa kabinet tersebut tetap dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan tidak menjadi alat politik semata.

“Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh setiap pemerintahan koalisi. Apakah mereka akan bisa bekerja untuk rakyat atau hanya untuk memperkuat posisi politik mereka? Ini yang harus kita tunggu dan lihat dari kabinet Prabowo,” kata seorang analis politik di Jakarta.

Baca juga : Hari Bersejarah: Rakyat Bersorak, Takhta Kekuasaan Bergulir di Sidang Agung MPR!

Baca juga : Harapan dan Tantangan Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran: Kuat di Pertahanan, Kesejahteraan Dipertanyakan

Baca juga : Jumat Berkah: Ribuan Nasi Kotak Hujani Jakarta, Dukungan untuk Mas Pram dan Bang Doel Menggema!

Kembali ke Otoritarianisme?

Beberapa pengamat bahkan khawatir bahwa langkah-langkah yang diambil Prabowo, baik melalui konsep demokrasi santun maupun pembentukan Kabinet Merah Putih, merupakan tanda kembalinya otoritarianisme di Indonesia. Prabowo, yang memiliki sejarah panjang dalam militer, sering kali dianggap sebagai tokoh yang cenderung otoriter. Masa lalu ini menciptakan kekhawatiran bahwa pemerintahan di bawahnya akan cenderung lebih represif dan sentralistik.

“Prabowo memang telah melalui banyak transformasi politik sejak masa orde baru, namun latar belakang militer dan gaya kepemimpinannya yang tegas seringkali menimbulkan kekhawatiran bahwa ia akan menerapkan pendekatan yang keras dalam mengelola negara. Jika demokrasi santun hanya menjadi tameng untuk meredam perbedaan pendapat, maka kita berisiko kembali ke masa lalu yang otoriter,” kata seorang aktivis HAM yang tak ingin disebutkan namanya.

Meski demikian, pendukung Prabowo membela langkah-langkah yang diambilnya sebagai bentuk kebijakan yang tepat untuk menghadapi tantangan global dan domestik saat ini. Menurut mereka, Indonesia memerlukan kepemimpinan yang kuat dan stabil, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global, ancaman radikalisme, dan konflik sosial. Demokrasi santun, bagi mereka, adalah pendekatan yang bisa menjaga persatuan di tengah tantangan-tantangan tersebut.

“Saya pikir demokrasi santun adalah cara yang tepat untuk menjaga stabilitas di negara ini. Kita tidak bisa terus-menerus terpecah oleh perdebatan politik yang tidak produktif. Persatuan adalah yang utama, dan itu yang ingin dicapai oleh Pak Prabowo,” ujar salah satu pendukung Prabowo dari Partai Gerindra.

Tantangan di Depan

Di tengah berbagai kritik dan dukungan yang muncul, tantangan besar menanti pemerintahan Prabowo Subianto. Apakah konsep demokrasi santun ini benar-benar akan membawa Indonesia menuju demokrasi yang lebih baik, atau malah mempersempit ruang bagi kebebasan berpendapat? Akankah kabinet yang dibentuknya mampu bekerja efektif dan mengatasi masalah-masalah mendesak seperti kemiskinan, korupsi, dan ketimpangan sosial?

Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun, yang pasti, berbagai pihak akan terus mengawasi jalannya pemerintahan Prabowo untuk memastikan bahwa demokrasi di Indonesia tetap sehat dan kuat. Masyarakat pun berharap bahwa demokrasi santun tidak berarti mengorbankan kebebasan berpendapat, dan bahwa pemerintah tetap menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia yang telah diperjuangkan sejak era reformasi.

Pidato Prabowo tentang demokrasi santun telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan peneliti dan aktivis HAM, yang melihatnya sebagai sinyal potensial terhadap upaya pembatasan perbedaan pendapat. Komposisi Kabinet Merah Putih juga menjadi sorotan, dengan beberapa pihak menilai bahwa bagi-bagi kursi untuk partai pendukung adalah prioritas utama. Dalam beberapa bulan ke depan, langkah-langkah Prabowo akan menentukan arah demokrasi Indonesia, apakah tetap maju atau menghadapi tantangan baru di bawah kepemimpinannya. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Hari Bersejarah: Rakyat Bersorak, Takhta Kekuasaan Bergulir di Sidang Agung MPR!

Harapan dan Tantangan Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran: Kuat di Pertahanan, Kesejahteraan Dipertanyakan

Jumat Berkah: Ribuan Nasi Kotak Hujani Jakarta, Dukungan untuk Mas Pram dan Bang Doel Menggema!

Warteg Tiga Jari (WITIR) Backs Pramono Anung and Rano Karno for 2024 Jakarta Elections

Komunitas Warteg Merah Putih Bagikan 10.000 Nasi Kotak untuk Warga DKI Jakarta

Kotak Kosong: Pukulan Telak bagi Demokrasi yang Dikangkangi Elite!

Revolusi Kotak Kosong! Perlawanan Masyarakat Brebes Guncang Pilkada dengan Gerakan Anti-Calon Tunggal

Karang Taruna, Pencetak Generasi Pemimpin Masa Depan

Ternate dalam Waspada: Curah Hujan Masih Tinggi, Banjir Susulan Mengancam

Ekspor Bawang Merah Brebes: Langkah Strategis untuk Stabilitas Harga dan Peningkatan Kesejahteraan Petani

Pengadilan Negeri Cirebon: Saka Tatal Ajukan PK, Ahli Hukum Sebut Saksi Pencabut Keterangan Layak Dihargai

Purwokerto Calon Ibu Kota Provinsi Banyumasan: Inilah Wilayah yang Akan Bergabung

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *