Jakarta, Kowantaranews.com -Demokrasi Indonesia, yang telah berjuang untuk menegakkan fondasi politiknya sejak Reformasi 1998, saat ini menghadapi tantangan serius. Sebagai negara yang memiliki sistem politik presidensial dengan multipartai yang terfragmentasi, Indonesia berdiri di tepi jurang yang bisa mengancam kelangsungan demokrasinya. Dalam konteks ini, negara kita seolah sedang menghadapi bom waktu politik yang dapat meledak kapan saja jika tidak ditangani dengan bijak. Artikel ini akan menguraikan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sistem demokrasi kita dan menjelaskan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjaga kestabilan politik.
1. Kerapuhan Sistem Presidensial di Indonesia
Sistem politik Indonesia, yang mengadopsi model presidensial, memiliki keunikan dan tantangan tersendiri. Dalam sistem ini, presiden memegang kekuasaan eksekutif utama dan tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen kecuali dalam kasus pelanggaran berat. Meskipun hal ini memberikan stabilitas dalam jangka pendek, sistem ini cenderung menimbulkan konflik antara lembaga eksekutif dan legislatif.
Ketidakselarasan antara presiden dan parlemen bisa menyebabkan apa yang dikenal sebagai “the divided government,” di mana presiden hanya mendapatkan dukungan minoritas dari parlemen. Ini berpotensi menyebabkan kebuntuan dalam pengambilan keputusan, memperlambat reformasi, dan menimbulkan ketidakstabilan politik. Apalagi, dalam sistem multipartai yang sangat terfragmentasi seperti Indonesia, potensi konflik antara presiden dan berbagai partai politik sangat tinggi.
2. Dampak Ekonomi dan Sosial terhadap Demokrasi
Krisis ekonomi dan ketidakstabilan sosial memperburuk kerentanan sistem politik kita. Ketika ekonomi sedang menghadapi kesulitan, misalnya, inflasi tinggi, pengangguran, dan ketidakpastian pasar, ketidakstabilan politik sering kali mengikuti. Dalam situasi seperti itu, presiden mungkin menghadapi tekanan yang semakin besar dari parlemen dan publik. Hal ini bisa menambah ketegangan antara lembaga-lembaga pemerintah dan menghambat efektivitas kebijakan.
Lebih lanjut, konflik horizontal dan ketegangan sosial yang luas memperburuk keadaan. Ketidaksetaraan ekonomi dan sosial bisa memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Dalam situasi seperti ini, perbedaan politik dan ideologi yang ada dalam sistem multipartai sering kali diperburuk oleh ketidakpuasan sosial. Ini bisa mengarah pada konflik yang lebih dalam antara berbagai kelompok politik dan lembaga pemerintah.
3. Kesenjangan dalam Representasi dan Dukungan Publik
Dalam sistem presidensial, presiden dapat terpilih dengan dukungan minoritas suara, sementara mayoritas rakyat mungkin merasa tidak terwakili dengan baik. Misalnya, jika seorang presiden terpilih dengan 40% suara sementara dua kandidat lainnya mendapatkan 35% dan 25%, presiden yang terpilih memegang kekuasaan yang besar meskipun tidak mewakili mayoritas. Hal ini dapat menciptakan ketidakpuasan di kalangan publik dan memperburuk polarisasi politik.
Sistem multipartai yang terfragmentasi juga menyulitkan pencapaian konsensus dan koalisi yang stabil. Akibatnya, pengambilan keputusan menjadi lebih sulit dan lambat. Ini juga mengarah pada ketidakpastian dan ketidakstabilan dalam pemerintahan, di mana kebijakan dapat berubah secara drastis tergantung pada kekuatan koalisi yang ada.
4. Pelajaran dari Studi Internasional
Penelitian oleh Adam Przeworski dan koleganya menunjukkan bahwa sistem presidensial cenderung menghadapi risiko kegagalan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem parlementer, terutama di negara-negara dengan ekonomi yang sedang berkembang atau dalam krisis. Penelitian ini menemukan bahwa demokrasi dalam sistem presidensial yang ekonominya tumbuh dapat mengalami kegagalan lebih cepat dibandingkan sistem parlementer dalam kondisi yang sama.
Temuan ini menunjukkan bahwa sistem presidensial mungkin tidak cocok untuk negara dengan struktur politik dan sosial yang kompleks seperti Indonesia. Dalam situasi di mana terdapat konflik horizontal dan ketidakstabilan ekonomi, sistem parlementer, yang memungkinkan lembaga eksekutif untuk dijatuhkan oleh parlemen dan sebaliknya, dapat memberikan fleksibilitas dan harmoni yang lebih besar.
5. Rekomendasi untuk Menyikapi Kerapuhan Demokrasi
Untuk menjaga kestabilan demokrasi di Indonesia, beberapa langkah strategis perlu diambil:
a. Evaluasi Kembali Sistem Politik
Mengingat tantangan-tantangan yang ada, penting untuk mempertimbangkan kembali sistem politik yang ada. Beberapa pengamat menyarankan agar Indonesia beralih ke sistem parlementer yang dapat memberikan lebih banyak stabilitas dan harmoni antara lembaga eksekutif dan legislatif. Sistem parlementer memungkinkan untuk koreksi cepat terhadap kesalahan politik dan memperbaiki ketidakselarasan antara pemerintah dan parlemen.
b. Membangun Koalisi yang Stabil
Dalam jangka pendek, presiden dan wakil presiden perlu memastikan bahwa mereka memperoleh dukungan mayoritas dari parlemen. Hal ini dapat dicapai dengan membentuk koalisi yang stabil dan tidak terlalu beragam. Koalisi yang solid dan koheren akan memungkinkan presiden untuk menerapkan kebijakan dengan lebih efektif dan mengurangi ketegangan politik.
c. Memperkuat Sistem Checks and Balances
Penting untuk memperkuat sistem checks and balances dalam pemerintahan. Ini termasuk memperkuat peran lembaga-lembaga pengawas seperti Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga-lembaga ini harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik untuk menjaga integritas dan akuntabilitas pemerintahan.
d. Meningkatkan Keterlibatan Publik
Keterlibatan publik dalam proses politik juga sangat penting. Masyarakat harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kebijakan pemerintah. Peningkatan partisipasi publik dapat membantu mengurangi ketidakpuasan dan memperkuat legitimasi pemerintahan.
Baca juga : Megawati Soekarnoputri: Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Langgar Konstitusi
Baca juga : PDI-P Unggul dalam Pemilu Legislatif 2024, Delapan Partai Politik Duduki Kursi DPR
Baca juga : Anies Baswedan Resmi Diusung NasDem untuk Pilgub DKI Jakarta 2024
Demokrasi Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar. Sistem presidensial yang diterapkan dalam konteks multipartai yang terfragmentasi dapat menciptakan ketidakstabilan politik dan memperburuk konflik sosial dan ekonomi. Untuk menjaga kestabilan dan kelangsungan demokrasi, penting untuk mengevaluasi kembali sistem politik, membangun koalisi yang stabil, memperkuat sistem checks and balances, dan meningkatkan keterlibatan publik.
Jika langkah-langkah ini diambil dengan serius dan efektif, Indonesia dapat menghindari bahaya bom waktu politik dan membangun fondasi demokrasi yang lebih kuat dan berkelanjutan untuk masa depan. *Mukroni
Foto Kompas
- Berita Terkait :
Megawati Soekarnoputri: Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Langgar Konstitusi
PDI-P Unggul dalam Pemilu Legislatif 2024, Delapan Partai Politik Duduki Kursi DPR
Anies Baswedan Resmi Diusung NasDem untuk Pilgub DKI Jakarta 2024
Pilpres 2024: Lima Sorotan Utama dari Sidang Perdana Gugatan di MK
Perjalanan Indonesia dari Federalisme ke Negara Kesatuan: Tantangan dan Perkembangan Pasca-RIS
Gibran sebagai Cawapres: DKPP Ambil Tindakan Serius Terhadap KPU dan Hasyim Asyari
Kowantara Bersatu untuk Mendukung AMIN, Anies dan Muhaimin: Merajut Kekuatan Bersama
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Kowantara Bersatu untuk Mendukung AMIN, Anies dan Muhaimin: Merajut Kekuatan Bersama
HIKAPINDO Perjuangkan Kader Penyuluh Indonesia di DPR RI
Apa Isi Risalah At-Tauhid Sidoresmo Surabaya Untuk Anies Baswedan ?
DISKUSI PUBLIK CONTINUUM BIGDATA CENTER : “DINAMIKA POLITIK MENUJU 2024, APA KATA BIG DATA?”
Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota
Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T
Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara
Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri yang Sebelah Mata Terhadap Warteg
Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
Gurihnya Coto Makassar Legendaris di Air Mancur Bogor, Yuk ke Sana