• Jum. Feb 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Pasar Ekspor Ikan Hidup: Peluang Menggiurkan di Tengah Tantangan Logistik dan Keberlanjutan

ByAdmin

Sep 9, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pasar ekspor ikan hidup di Indonesia adalah industri yang menawarkan keuntungan besar dengan peluang pasar yang terus berkembang. Dengan semakin meningkatnya permintaan dari pasar internasional, khususnya dari negara-negara seperti China, Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan, ekspor ikan hidup telah menjadi salah satu penggerak utama sektor perikanan Indonesia. Namun, meskipun menawarkan keuntungan besar, bisnis ini tidak lepas dari tantangan serius, mulai dari masalah logistik hingga isu keberlanjutan yang kian mengemuka.

Dominasi Lobster dan Keberagaman Komoditas Ikan Hidup

Komoditas utama yang mendominasi ekspor ikan hidup Indonesia adalah lobster konsumsi, dengan kontribusi sebesar 70 persen dari total ekspor. Sisanya terdiri dari berbagai jenis ikan lainnya, seperti ikan kerapu, sidat, kerang, serta udang ronggeng, yang berasal dari hasil tangkapan alam. Pasar luar negeri, khususnya di China dan Hong Kong, lebih menyukai ikan hasil tangkapan alam dibandingkan ikan hasil budidaya, karena tekstur dan cita rasanya yang dianggap lebih enak dan kenyal.

“Pasar luar negeri lebih suka ikan hasil tangkapan alam karena tekstur lebih kenyal dan cita rasanya lebih enak. Berapa pun (ikan hidup) yang ada, kami kirim,” kata Udin, seorang eksportir ikan hidup, ketika ditemui pada akhir Agustus 2024. Menurutnya, permintaan pasar internasional sering kali melebihi stok yang tersedia, mengakibatkan eksportir harus berupaya keras memenuhi kebutuhan pelanggan mereka di luar negeri.

Lobster konsumsi adalah komoditas ekspor utama yang terus mendapat permintaan tinggi dari pasar China. Harga lobster hidup di pasar China berkisar Rp 400.000 per kilogram, dua kali lipat dari harga lobster segar yang hanya Rp 200.000 per kilogram. Tidak hanya lobster, ikan bawal dan udang ronggeng juga memiliki harga jual yang sangat tinggi di pasar internasional. Udang ronggeng, misalnya, dapat dijual hingga Rp 800.000 per kilogram, sementara ikan bawal hidup mencapai Rp 400.000 per kilogram—lima kali lipat dari harga ikan bawal beku yang hanya Rp 60.000 per kilogram.

Tantangan Logistik dalam Pengiriman Ikan Hidup

Meskipun peluang pasar ekspor ikan hidup sangat menggiurkan, industri ini menghadapi tantangan logistik yang serius. Salah satu kendala terbesar dalam bisnis ekspor ikan hidup adalah kemampuan pengiriman yang terbatas. Pengemasan dan pengiriman ikan hidup sangat bergantung pada jenis ikan dan daya tahan hidup mereka selama perjalanan. Contohnya, ikan sidat yang dikemas dalam kantong berisi air dan oksigen mampu bertahan hidup selama 25 hingga 30 jam dalam perjalanan. Namun, ikan seperti lobster yang dikemas tanpa air hanya mampu bertahan selama 18-20 jam.

Tidak jarang cuaca buruk menyebabkan penerbangan dibatalkan atau tertunda, mengakibatkan ikan yang seharusnya tiba dalam kondisi hidup, mati di tengah perjalanan. Ini adalah risiko besar bagi eksportir ikan hidup, di mana kematian ikan dapat mencapai 50 persen dalam kondisi cuaca buruk atau jika prosedur pengemasan tidak dilakukan dengan baik. Udin, eksportir ikan hidup, menyatakan bahwa selain masalah cuaca, prosedur bea cukai yang memakan waktu lama di bandara juga menjadi salah satu hambatan utama dalam pengiriman ikan hidup.

“Risiko kematian ikan tetap ada, apalagi prosedur bea cukai di bandara membutuhkan waktu lama,” kata Udin. Hal ini menambah tantangan dalam memastikan ikan hidup tiba di tujuan dalam kondisi segar dan hidup, yang tentunya berdampak pada harga jual dan keuntungan yang diperoleh eksportir.

Isu Keberlanjutan dalam Industri Ikan Hidup

Selain tantangan logistik, industri ikan hidup juga harus berhadapan dengan isu keberlanjutan. Pengiriman ikan hidup melalui jalur udara meningkatkan jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi. Di era yang semakin peduli terhadap isu perubahan iklim, banyak pihak mulai mempertanyakan keberlanjutan industri ini. Pengiriman ikan hidup melalui pesawat, yang memerlukan fasilitas khusus dan pendinginan selama perjalanan, menimbulkan sorotan terkait dampaknya terhadap lingkungan.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo, mengakui bahwa ekspor ikan hidup memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi, namun perlu diimbangi dengan perhatian terhadap isu lingkungan. “Komoditas ikan hidup masih terbuka pasarnya, namun terkait isu keberlanjutan agak lumayan berisiko karena pengiriman dengan pesawat menimbulkan sorotan terkait jejak karbon yang ditimbulkan,” ujarnya.

Selain itu, cara penangkapan ikan hidup juga sering kali dikaitkan dengan metode yang tidak ramah lingkungan. Beberapa nelayan dan pelaku usaha perikanan tangkap masih menggunakan obat bius untuk menangkap ikan. Meskipun efektif, metode ini merusak ekosistem perairan dan menurunkan kualitas ikan yang ditangkap. Udin, salah satu eksportir, mengaku sering kali menegur nelayan yang menggunakan obat bius, namun masih ada eksportir lain yang tetap membeli ikan hasil tangkapan dengan cara tersebut.

“(Penggunaan obat bius) ini sangat bahaya. Kualitas ikan juga pasti rusak. Kami kerap menegur dan menolak ikan hasil tangkapan dengan obat bius,” tegas Udin. Namun, tantangan yang dihadapi adalah ketidakkompakan para eksportir dalam menyikapi praktik-praktik tidak ramah lingkungan ini, yang menyebabkan masalah ini terus berlanjut.

Baca juga : Hendri Sucipto Kembali Pimpin UMKM Remojong DPC Brebes Periode 2023 – 2026

Baca juga : UMKM Remojong Hadir Di Festival Pangan Jateng Yang Diselenggarakan Di TMII Jakarta

Baca juga : UMKM Remojong Selenggarakan Acara Halal Bi Halal Di Brebes Jawa Tengah

Peluang Budidaya dan Regulasi Pemerintah

Meskipun saat ini sebagian besar ekspor ikan hidup berasal dari hasil tangkapan alam, ada peluang besar untuk mengembangkan sektor budidaya ikan. Salah satu komoditas yang menunjukkan potensi besar adalah lobster. Lobster hasil budidaya sangat diminati oleh pasar internasional, khususnya di China dan Hong Kong. Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan budidaya lobster secara luas, terutama karena kebijakan yang memperbolehkan ekspor benih bening lobster, yang justru membantu negara pesaing seperti Vietnam untuk mengembangkan industri budidaya lobster mereka.

Jika ekspor benih bening lobster ditutup, banyak investor dan pembudidaya dari Vietnam diperkirakan akan beralih ke Indonesia untuk mengembangkan budidaya lobster di sini. “Indonesia harus ada kebijakan yang bisa memindahkan budidaya lobster di Vietnam ke Indonesia. Jika ekspor benih lobster dikunci, investor dan pembudidaya dari Vietnam akan pindah untuk membudidayakan lobster di Indonesia,” kata Effendy Wong, Penasihat Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (Hibilindo).

Selain potensi dalam budidaya, pemerintah juga berusaha meningkatkan regulasi dan infrastruktur yang mendukung ekspor ikan hidup. Misalnya, proses penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) yang dulunya memakan waktu hingga dua bulan, kini ditargetkan dapat diselesaikan hanya dalam lima hari. Hal ini dilakukan untuk mempercepat dan mempermudah ekspor produk perikanan, termasuk ikan hidup.

Budi Sulistyo menyatakan bahwa jumlah perusahaan eksportir ikan hidup di Indonesia masih relatif sedikit. “Jumlah perusahaan eksportir ikan hidup di Indonesia masih sedikit, padahal ekspor ikan hidup memiliki pangsa pasar yang potensial,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa salah satu hambatan dalam pengembangan industri ini adalah kurangnya mitra yang tersertifikasi dalam penanganan ikan hidup, yang membuat pemerintah berupaya untuk meningkatkan edukasi dan pelatihan bagi para pelaku usaha perikanan.

Peluang Besar di Tengah Tantangan

Pasar ekspor ikan hidup di Indonesia memiliki prospek yang cerah, terutama dengan permintaan internasional yang terus meningkat. Namun, industri ini juga menghadapi tantangan serius, mulai dari masalah logistik yang kompleks hingga isu keberlanjutan yang semakin menjadi perhatian global. Untuk memanfaatkan peluang ini, diperlukan kerja sama antara pemerintah, eksportir, dan nelayan untuk mengatasi kendala yang ada, termasuk melalui peningkatan regulasi, perbaikan infrastruktur logistik, serta pengembangan praktik perikanan yang lebih ramah lingkungan.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, peluang besar masih menanti, terutama jika Indonesia dapat memperbaiki kebijakan ekspor, meningkatkan budidaya, dan mendorong praktik perikanan yang lebih berkelanjutan. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain utama dalam pasar ekspor ikan hidup global, membawa keuntungan ekonomi yang signifikan bagi sektor perikanan tanah air. *Mukroni

Foto Kompas

  • Daftar Terkait

Hendri Sucipto Kembali Pimpin UMKM Remojong DPC Brebes Periode 2023 – 2026

UMKM Remojong Hadir Di Festival Pangan Jateng Yang Diselenggarakan Di TMII Jakarta

UMKM Remojong Selenggarakan Acara Halal Bi Halal Di Brebes Jawa Tengah

Pantai Pulau Cemara Brebes: Destinasi Wisata Pantai dengan Keindahan Alam dan Pengalaman Belajar Mangrove

UMKM Remojong Brebes Melakukan Pembinaan Anggota Selama Ramadhan Di Area Bumiayu Dan Sekitarnya

Kasus Hukum Subsidi Solar di Brebes Tidak Boleh Hanya Berhenti di Level Kroco

Demo Nakes di Brebes Sempat Menutup Jalur Pantura, Tolong Diperhatikan!

Waduh !, Kejaksaan Negeri Akan Menagih Desa-Desa di Brebes Penunggak Pajak

Keren !, Garuda Select Memanggil 5 Pemain Persab Brebes

Waduh !, Banyak  Jalan Rusak dan Dikeluhkan Warga, Pj Bupati Brebes  Ngadu ke Gubernur

Setelah Kekayaan Pejabat Pusat  Disorot, Berimbas Pejabat Daerah Brebes Disorot Publik juga

9 Desa di Kabupaten Brebes Terendam Banjir

Waduh !, Stunting dan Kemiskinan Ekstrim Sudah Gawat di Brebes

HIKAPINDO Mengapresiasi Pj Bupati Brebes yang Melaksanakan Program Prioritas untuk Mengatasi Stunting, Kemiskinan, dan Pekerjaan bagi Laki-laki

Demo Nakes di Brebes Sempat Menutup Jalur Pantura, Tolong Diperhatikan!

Waduh !, Kejaksaan Negeri Akan Menagih Desa-Desa di Brebes Penunggak Pajak

Keren !, Garuda Select Memanggil 5 Pemain Persab Brebes

Waduh !, Banyak  Jalan Rusak dan Dikeluhkan Warga, Pj Bupati Brebes  Ngadu ke Gubernur

9 Desa di Kabupaten Brebes Terendam Banjir

Waduh !, Stunting dan Kemiskinan Ekstrim Sudah Gawat di Brebes

Waduh !, 5 ABG Pemerkosa Gadis di Brebes Divonis Bui

Waduh !, Kawasan Bisnis Strategis Brebes Diterjang  Banjir

Waduh !, Gedung DPRD Brebes Digeruduk Pengawas Sekolah Merasa Dirugikan

Waduh !, Ada Polisi Brebes Gantung Diri di Pospol Brexit

Waduh !, Motor Rusak di Kantor Leasing  Brebes Gara-Gara Pasutri  Ngamuk

Ibu Rumah Tangga di Brebes dibekuk, Diduga Rekrut TKI Ilegal

Pelajar SMA di Brebes Ditangkap, Diduga Pelaku Pembunuhan

Keren !, Siswa SMK di Brebes Bikin Pewarna Batik dari Sampah Bawang Merah

Waduh !,  Persediaan Beras Bulog Gudang Cimohong Brebes Hanya Cukup Sepekan

Ternyata Sunda Jalawastu di Brebes, Ada Keeratan dengan Adat Badui di Banten

Waduh !, Lebaran Ini,  Jembatan Pemali Brebes Tak Bisa Dilalui

Ternyata UMR Brebes 2023 Terendah di  Wilayah Karesidenan Pekalongan

Dulu Kena Kasus Pertanahan di KPK, Mantan Bupati Brebes  Menikahkan Anak dengan Maskawin Tanah 3,2 Ha

Wow!, Sineas Asal Brebes Raih 3 Penghargaan Internasional

Apa Benar Nama Kabupaten Brebes Sudah Berganti 3 Kali ?

Waduh!, Untuk Brebes dan Pemalang , Kemiskinan  Ekstrem Disorot Ganjar

Jalawastu Kampung Unik di Brebes yang Dianggap Tanah Paling Suci

Viral Oknum LSM Brebes Ditangkap, Karena Kasus Perkosaan Anak

Waduh!, Komisi Kepolisian Nasional Sudah Pantau Kasus Pemerkosaan Anak di Brebes

Waduh!, Salah Satu LSM Brebes Sedang Diselidiki Dalam Kasus Pemerkosaan Anak

Waduh !, Ada Duit Damai Rp. 200 juta di Kasus  6 Pemerkosa  Anak Brebes

Akhirnya 6 Pemerkosa Anak Dibawah Umur Ditangkap Polres Brebes

Satgas PPA Kecewa, Kasus Pemerkosaan Gadis 15 Tahun Oleh 6 Pemuda di Brebes Berakhir Damai

Satgas PPA Kecewa, Kasus Pemerkosaan Gadis 15 Tahun Oleh 6 Pemuda di Brebes Berakhir Damai

Suka Ngintip, Seorang Pemuda di Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah Diamankan

Bukan Kemenlu  Yang  Nanganin TKI Brebes Solahudin Yang Ditahan Di Taiwan,   Tapi Lembaga Ini !

Sampah Terbengkalai, Kantor Bupati Brebes Disamperin Rakyat Peduli Sampah (RPS) 

Efek Popularitas Anies Baswedan, Nasdem Brebes Target 4 Kursi di DPRD Brebes

Brebes Butuh Kolaborasi Semua Pihak Untuk Mengatasi Banjir  Dan Kemiskinan

Warga Menunggu PJ Bupati Brebes Menurunkan Angka Kemiskina

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *