• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

ByAdmin

Sep 22, 2024
This picture taken on May 11, 2022 shows a view of the main headquarters of Qatari news broadcaster Al Jazeera in the capital Doha. Al Jazeera journalist Shireen Abu Aqleh, 51, was shot dead on May 11 as she covered an Israeli army raid on Jenin refugee camp in the occupied West Bank. The Qatar-based TV channel said Israeli forces shot Abu Aqleh deliberately and "in cold blood" while Israeli Prime Minister Naftali Bennett said it was "likely" that Palestinian gunfire killed her. (Photo by KARIM JAAFAR / AFP)
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Kebebasan pers sekali lagi menghadapi ancaman besar di wilayah konflik Timur Tengah, setelah pasukan Israel menyerbu kantor Al Jazeera di Ramallah, Palestina, pada Minggu, 22 September 2024. Dengan alasan yang dibingkai sebagai “keamanan nasional,” tindakan tersebut memicu kecaman luas dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan kebebasan pers di seluruh dunia. Namun, hal ini bukan pertama kalinya Israel mengambil tindakan keras terhadap media yang meliput konflik berdarah di Gaza dan wilayah Palestina lainnya.

Serangan Langsung ke Kebebasan Pers

Dalam siaran langsung Al Jazeera, terlihat pasukan Israel bertopeng dan bersenjata lengkap memasuki kantor perwakilan stasiun berita tersebut di Ramallah. Gedung itu dikepung oleh sejumlah kendaraan polisi dan militer Israel. Menurut saksi mata di lokasi, para tentara tak hanya merampas peralatan, tetapi juga menembakkan gas air mata di sekitar kantor dan di Bundaran Manara, salah satu pusat kota Ramallah.

Salah seorang wartawan Al Jazeera, Jivara Budeiri, yang sedang bertugas, melaporkan bahwa kameranya dirampas oleh tentara Israel, dan ia sangat khawatir bahwa arsip liputan penting dari wilayah konflik akan dihancurkan. Ketakutan ini diperparah dengan pemberitahuan dari tentara yang memberi tenggat waktu 45 hari kepada Al Jazeera untuk sepenuhnya menutup kantor mereka di Ramallah. Alasan yang diberikan adalah bahwa Al Jazeera dianggap “mengampanyekan aksi teror” melalui liputannya, yang diklaim Israel sebagai propaganda untuk kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hezbollah.

Akar Panjang Permusuhan Israel dengan Al Jazeera

Tindakan represif Israel terhadap Al Jazeera bukan hal yang baru. Sejak eskalasi konflik antara Israel dan Hamas di Gaza, Al Jazeera telah menjadi salah satu media terdepan dalam melaporkan kekejaman yang terjadi di lapangan, termasuk serangan udara yang menargetkan warga sipil Palestina. Liputan-liputan tersebut seringkali menampilkan sisi humanis dari konflik yang berlawanan dengan narasi resmi Israel.

Pada Mei 2024, pemerintah Israel secara resmi melarang Al Jazeera beroperasi di wilayah Israel. Ini diikuti dengan serangkaian serangan terhadap jurnalis Al Jazeera, di mana dua wartawan mereka tewas dalam serangan udara Israel pada 31 Juli 2024 di Gaza. Keduanya adalah jurnalis Palestina yang selama bertahun-tahun melaporkan konflik di Jalur Gaza. Serangan tersebut menambah panjang daftar wartawan yang menjadi korban konflik ini, dan mengangkat kembali pertanyaan tentang keamanan jurnalis di zona perang.

Alasan yang digunakan Israel untuk menyerang dan menutup Al Jazeera adalah klaim bahwa stasiun berita ini memberikan platform kepada para pemimpin Hamas dan Hezbollah, dan oleh karenanya, berfungsi sebagai corong propaganda bagi kelompok-kelompok tersebut. Namun, banyak pihak menganggap tindakan ini sebagai upaya sistematis Israel untuk membungkam kritik dan pandangan alternatif mengenai konfliknya dengan Palestina.

Kecaman dari Komunitas Internasional

Organisasi-organisasi internasional yang memperjuangkan kebebasan pers, seperti Committee to Protect Journalists (CPJ), langsung bereaksi keras terhadap serangan ini. CPJ mengecam tindakan Israel sebagai upaya untuk membungkam media yang berperan penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat global mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Gaza dan Tepi Barat.

Dalam pernyataannya, CPJ menegaskan bahwa media arus utama memiliki kewajiban untuk melaporkan dari berbagai sudut pandang dalam situasi konflik. “Wartawan harus bebas dan aman dalam meliput setiap permasalahan, khususnya di zona konflik. Serangan terhadap kebebasan pers adalah serangan terhadap demokrasi itu sendiri,” demikian bunyi pernyataan CPJ.

Selain CPJ, banyak organisasi hak asasi manusia dan kelompok pers di seluruh dunia juga mengutuk tindakan tersebut. Mereka menegaskan bahwa penyerangan ini merupakan ancaman nyata bagi kebebasan berekspresi dan pelaporan yang independen di wilayah konflik. Bahkan, media-media Israel yang berhaluan kiri, seperti Haaretz, dalam tajuk rencananya pada Mei 2024, mengimbau pemerintah Israel untuk tidak menutup Al Jazeera, dengan alasan bahwa demokrasi sejati harus menghormati kemerdekaan pers, termasuk kritik terhadap kebijakan negara.

Baca juga : IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Baca juga : Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Baca juga : Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Pembungkaman Suara Kritikal

Serbuan terhadap kantor Al Jazeera hanyalah bagian dari upaya lebih luas Israel untuk mengontrol narasi tentang konflik Palestina. Selama beberapa tahun terakhir, berbagai media internasional yang melaporkan tentang konflik di Gaza telah menghadapi pembatasan yang semakin ketat. Israel tidak hanya melarang Al Jazeera beroperasi, tetapi juga telah memberlakukan sensor yang ketat terhadap liputan media asing lainnya.

Menurut laporan yang dirilis pada September 2024, sejumlah jurnalis mengaku bahwa mereka harus tunduk pada sensor tentara Israel jika ingin meliput di wilayah konflik. Hanya foto dan video yang disetujui oleh otoritas militer Israel yang diizinkan untuk dipublikasikan. Situasi ini membuat dunia semakin curiga terhadap transparansi dan keterbukaan Israel dalam menangani konfliknya dengan Palestina.

Bahkan media ternama seperti Associated Press (AP) dan BBC pun tak luput dari tekanan Israel. Pada Mei 2024, pemerintah Israel melarang wartawan AP untuk meliput dari wilayah Gaza, sementara BBC digugat oleh pengacara Israel atas tuduhan bahwa mereka mempekerjakan pendukung Hamas. Tuduhan-tuduhan semacam ini berfungsi sebagai senjata politik untuk mengontrol narasi dan mencegah laporan independen tentang kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza.

Penjajahan dan Pendudukan di Tepi Barat

Lebih dari sekadar isu kebebasan pers, serangan terhadap Al Jazeera juga mencerminkan realitas pendudukan Israel di wilayah Palestina yang diakui oleh komunitas internasional, termasuk Tepi Barat. Meskipun berbagai resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sejak 1947 menegaskan bahwa Tepi Barat bukanlah bagian dari wilayah Israel, realitas di lapangan menunjukkan pendudukan yang semakin meluas.

Israel terus melakukan pembangunan permukiman ilegal di wilayah tersebut, meskipun keputusan Mahkamah Agung Israel sendiri pada tahun 2023 memutuskan bahwa ribuan permukiman itu ilegal. Resolusi PBB yang menuntut Israel mengakhiri pendudukannya di wilayah Palestina dalam waktu 12 bulan telah disetujui oleh mayoritas negara anggota PBB, namun tanpa hak veto, resolusi ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

Dunia Harus Bertindak

Tindakan Israel yang menyerbu kantor Al Jazeera di Ramallah dan serangan terhadap kebebasan pers di wilayah konflik ini bukan hanya masalah internal Israel dan Palestina. Ini adalah masalah yang menyangkut hak-hak universal, termasuk hak atas kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi yang jujur dan seimbang.

Dunia harus bertindak, baik melalui tekanan diplomatik maupun melalui penguatan komitmen terhadap kebebasan pers. Media, sebagai pilar utama demokrasi, harus dilindungi dari represi, terutama di wilayah-wilayah di mana kebenaran seringkali ditutupi oleh narasi kekuasaan yang dominan.

Jika komunitas internasional tidak segera merespons serangan ini dengan tindakan nyata, maka kita semua turut berkontribusi pada pembungkaman suara kritikal yang sangat dibutuhkan untuk memantau dan menyeimbangkan kekuasaan di tengah konflik yang berkepanjangan. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *