• Kam. Sep 11th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Gaji DPR Rp 230 Juta per Bulan: Kemewahan di Tengah Krisis Rakyat

ByAdmin

Agu 25, 2025
Suasana Sidang DPR RI , 2024. Foto Kowantaranews.com
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Di tengah kenaikan harga ubi dan pisang di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang membebani masyarakat, sorotan tajam kini tertuju pada penghasilan anggota DPR yang mencapai Rp 230 juta per bulan. Angka ini, yang setara dengan Rp 2,8 miliar per tahun per anggota, memicu kontroversi besar karena dianggap tidak sebanding dengan kinerja legislatif dan kondisi ekonomi rakyat yang kian sulit.

Rincian Penghasilan DPR
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2000, gaji pokok anggota DPR relatif kecil: Rp 5,04 juta untuk Ketua DPR, Rp 4,62 juta untuk Wakil Ketua, dan Rp 4,2 juta untuk anggota. Namun, tunjangan tambahan yang diatur dalam Surat Edaran Setjen DPR dan Surat Menkeu menjadi penyebab utama melonjaknya penghasilan. Tunjangan perumahan mencapai Rp 50 juta per bulan sebagai pengganti rumah dinas yang dihapus. Ditambah tunjangan komunikasi (Rp 15,5 juta), tunjangan jabatan (Rp 9,7 juta), tunjangan kehormatan (Rp 5,5 juta), bantuan listrik/telepon (Rp 7,7 juta), dan tunjangan PPh Pasal 21 (Rp 2,7 juta), total penghasilan anggota DPR mencapai Rp 230 juta per bulan.

Beban Anggaran Negara
Dengan 580 anggota DPR, negara mengalokasikan Rp 1,6 triliun pada 2025 untuk gaji dan tunjangan, naik dari Rp 1,2 triliun pada 2023 dan Rp 1,18 triliun pada 2024. Tunjangan perumahan saja menghabiskan Rp 29 miliar per bulan atau Rp 1,74 triliun selama lima tahun masa jabatan. Anggaran ini dinilai memberatkan, terutama saat masyarakat menghadapi kenaikan harga pangan, seperti beras premium yang kini Rp 16.088 per kg dan ubi serta pisang di NTT yang naik dua kali lipat.

Perbandingan dengan Rakyat
Penghasilan anggota DPR setara dengan 42 kali lipat upah minimum DKI Jakarta (Rp 5,39 juta/bulan), 105 kali lipat upah minimum terendah di Banjarnegara (Rp 2,17 juta/bulan), dan 35,4 kali lipat pendapatan per kapita Indonesia (Rp 6,5 juta/bulan). Ketimpangan ini memicu kritik bahwa DPR tidak peka terhadap kesulitan rakyat, terutama di tengah tingginya angka pengangguran dan kenaikan harga pangan.

Kritik dan Kontroversi
Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut tunjangan perumahan tidak masuk akal, terutama karena kehadiran anggota DPR di rapat sering rendah. Kinerja DPR juga dipertanyakan: dari 47 RUU yang ditargetkan, hanya empat yang selesai dibahas, dan banyak kebijakan menuai penolakan publik. “Anggaran sebesar ini tidak sebanding dengan produktivitas DPR,” ujar seorang pengamat.
Pembelaan DPR

DPR berdalih bahwa besaran tunjangan ditetapkan Kementerian Keuangan, bukan DPR sendiri. Tunjangan perumahan dianggap perlu karena anggota dari daerah membutuhkan tempat tinggal di Jakarta setelah rumah dinas di Kalibata dihapus. Namun, alasan ini tidak meredam kritik publik.

Bendera One Piece Berkibar: Pemberontakan Nakama atau Penghinaan Merah Putih?

Perbandingan Global
Dibandingkan negara lain, penghasilan anggota DPR Indonesia lebih tinggi dari Malaysia (Rp 99,39 juta/bulan), tetapi lebih rendah dari Jepang (Rp 310 juta/bulan) dan AS (Rp 218,4 juta/bulan). Meski begitu, konteks ekonomi Indonesia yang masih berkembang membuat angka Rp 230 juta terasa tidak proporsional.

Penghasilan anggota DPR yang fantastis menjadi cerminan ketimpangan antara elite politik dan rakyat. Di saat warga NTT harus berhemat dengan beralih ke ubi dan pisang, anggota DPR menikmati tunjangan besar yang membebani anggaran negara. Pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan ini untuk memastikan keadilan dan efisiensi, sementara DPR harus meningkatkan kinerja agar sebanding dengan privilese yang diterima. Tanpa perubahan, ketidakpuasan publik terhadap wakil rakyat akan terus membesar. By Mukroni

  • Berita Terkait

Bendera One Piece Berkibar: Pemberontakan Nakama atau Penghinaan Merah Putih?

Lee Jae-myung: Dari Buruh Anak ke Presiden, Anak Warteg pun Bisa Jadi Bintang Korea!

Saham Anjlok, Obligasi Meledak, Dolar Lesu: Utang AS Bikin Panik, Warteg Santai Tak Berdampak!

Deregulasi Bikin Impor Melaju, Industri Lokal Teriak: ‘Warteg Aja Lebih Terlindungi!’

Preman Ngepet di Warteg, Pengangguran Ngetem: Jabodetabek Jadi Ring Tinju Ormas!

The Fed Bikin BI Pusing, Rupiah Ngegas, Warteg Tetap Ramai!

Ojol Belum BPJS, Aplikator Bilang ‘Gaspol!’, Warteg Jadi Penutup Perut!

PHK Bikin Kantoran Jadi Penutup Warteg: Prabowo Geleng-Geleng, Orek Tempe Tetap Sold Out!

Jobless Jadi Trend, Dompet Ikut Send: BPS vs IMF Panas, Warteg Tetap Menang!

Ekonomi Loyo, Pengangguran Melejit: Warteg Tetap Ramai, Tapi Dompet Makin Sepi!

Ekonomi Indonesia 2025: Konsumsi Loyo, Rupiah Goyang, Warteg Tetap Jaya!

PMI Anjlok, IKI Goyang, Warteg Tetap Jaya: Industri Indonesia Lawan Badai Tarif Trump!

PHK Mengintai, Tarif Trump Menghantui, Warteg: Tenang, Ada Telor Dadar!

Warteg Halal Harap-Harap Cemas: UMKM Indonesia Lawan Tarif Trump dan Gempuran Impor China!

Prabowo Jalan-jalan ke China, ASEAN Cuma Dapat Senyum dari

GPN & QRIS: Warteg Go Digital, Transaksi Nusantara Gaspol, AS Cuma Bisa Cemas!

Indonesia vs AS: Tarif Impor Bikin Heboh, Warteg Jagokan Dompet Digital!

Utang Rp 250 Triliun Numpuk, Pemerintah Frontloading Biar Warteg Tetep Jualan Tempe!

Indonesia ke AS: ‘Tarif Dikurangin Dong, Kami Beli Energi, Kedelai, Sekalian Stok Warteg!’

TikTok Tawar Tarif: AS-China Ribut, Indonesia Santai di Warteg!

Kelapa Meroket, Warteg Meratap: Drama Harga di Pasar Negeri Sawit!

Trump Tarik Tarif, Rupiah Rontok, Warteg pun Waswas: Drama Ekonomi 2025!

Danantara dan Dolar: Prabowo Bikin Warteg Nusantara atau Kebingungan?

Warteg Lawan Tarif Trump: Nasi Oreg Tempe Bikin Dunia Ketagihan!

Perang Melawan Resesi: UMKM Indonesia Bersenjatakan E-Commerce & KUR, Pemerintah Salurkan Rp171 Triliun untuk Taklukkan Pasar ASEAN!

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *