Jakarta, Kowantaranews.com -Rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 memicu berbagai kekhawatiran di masyarakat. Kebijakan ini disebut-sebut sebagai “bom waktu” yang siap menghantam ekonomi rakyat kecil, memperburuk daya beli, dan memperlebar kesenjangan sosial. Kenaikan ini tidak hanya berdampak pada masyarakat miskin dan rentan, tetapi juga menghantam kelas menengah yang selama ini menjadi penopang utama konsumsi domestik.
Dampak bagi Masyarakat Miskin
Hasil kajian dari Center of Economics and Law Studies (Celios) menunjukkan bahwa kelompok masyarakat miskin akan merasakan dampak paling parah dari kenaikan tarif PPN ini. Dengan kenaikan ini, pengeluaran tambahan diperkirakan mencapai Rp 101.880 per bulan atau Rp 1,2 juta per tahun untuk keluarga miskin.
“Bagi keluarga miskin, jumlah ini sangat signifikan. Ketergantungan mereka pada barang kebutuhan pokok yang harganya semakin mahal menjadikan kenaikan ini sebagai beban berat. Pendapatan mereka yang terbatas sering kali tidak mampu mengejar kenaikan harga kebutuhan hidup,” ungkap Media Wahyudi Askar, Direktur Kebijakan Publik Celios. (Kompas.id, 30/11/2024)
Kondisi ini akan semakin menyulitkan masyarakat miskin yang saat ini masih bergantung pada bantuan sosial untuk bertahan hidup. Bahkan, tanpa intervensi tambahan dari pemerintah, keluarga miskin terancam jatuh lebih dalam ke jurang kemiskinan struktural.
![](https://kowantaranews.com/wp-content/uploads/2024/01/foto-warteg-tutup-2.jpg)
Dalam Kondisi Daya Beli Masyarakat Yang Belum Pulih Sebagian Warteg Menutup Diri Menghindari Kerugian Karena Omset Menurun.
Dok. Kowantaranews.
Kelompok Rentan: Terjebak di Antara Kemiskinan dan Ketidakstabilan
Kelompok rentan, yaitu masyarakat yang berada sedikit di atas garis kemiskinan, juga tak luput dari dampak negatif kebijakan ini. Celios memproyeksikan bahwa kelompok rentan akan menghadapi tambahan pengeluaran sebesar Rp 153.871 per bulan atau Rp 1,8 juta per tahun.
Tanpa jaring pengaman sosial yang memadai, kelompok rentan berisiko terjebak kembali dalam kemiskinan. Mereka sering kali harus mengorbankan kebutuhan penting, seperti pendidikan dan layanan kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan pokok. “Kenaikan ini membuat mereka harus memilih antara makan dan masa depan anak-anak mereka,” ujar Media.
Kelas Menengah: Daya Beli Kian Tergerus
Dampak terbesar secara nominal justru dirasakan oleh kelas menengah, yang harus menanggung tambahan pengeluaran hingga Rp 354.293 per bulan atau Rp 4,2 juta per tahun. Di tengah stagnasi pendapatan dan kenaikan biaya hidup lainnya, kenaikan ini mempersempit ruang gerak kelas menengah untuk menabung atau mengonsumsi barang sekunder.
“Kelas menengah, meski secara daya beli lebih baik, akan merasakan dampak masif dari kebijakan ini. Mereka kehilangan fleksibilitas finansial dan terpaksa menunda investasi dalam pendidikan, properti, atau tabungan pensiun,” tambah Media.
Baca juga : PPN Naik, Ekonomi Terancam Ambruk: Mimpi Indonesia Maju di Ujung Tanduk ?
Baca juga : Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi
Baca juga : Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Efek Domino terhadap Perekonomian
Tidak hanya menghantam rumah tangga, kenaikan PPN ini juga akan menimbulkan efek domino pada perekonomian nasional. Simulasi Celios menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga, yang selama ini menyumbang lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB), akan turun sebesar 0,37% atau setara Rp 40,68 triliun.
Penurunan konsumsi rumah tangga ini diperkirakan akan menggerus PDB hingga Rp 65,33 triliun atau 1,07% pada tahun 2025. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sebesar 5,1% oleh berbagai lembaga ekonomi internasional, bisa merosot menjadi hanya 4,09%.
![](https://kowantaranews.com/wp-content/uploads/2023/01/Warteg-Republik-Bahari-Jengkol-Hilang-dari-Menu-Warteg-di-Bekasi-Jawa-Barat.jpg)
Menu-menu Warteg Yang Tersedia Dalam Kondisi Daya Beli Masyarakat Yang Belum Pulih Akan Menjadi Terbuang Jika Pembeli Semakin Menurun.
Dok. Kowantaranews.
“Dampak kenaikan ini jauh lebih besar dibandingkan yang diperkirakan. Perekonomian Indonesia sangat bergantung pada konsumsi domestik. Ketika konsumsi turun, sektor lainnya seperti manufaktur, perdagangan, dan jasa juga akan terkena imbas,” jelas Media.
Ketimpangan Ekonomi Kian Melebar
Kenaikan PPN dinilai tidak hanya memberatkan, tetapi juga memperburuk ketimpangan ekonomi. Orang kaya, dengan daya beli yang jauh lebih tinggi, hanya akan merasakan dampak kecil dari kebijakan ini. Sementara itu, masyarakat miskin dan kelas menengah harus berjuang keras untuk menyesuaikan anggaran mereka.
Muhamad Isnur, Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), menyebut kebijakan ini sebagai langkah yang berpotensi memperburuk ketidakadilan sistematis. “Ketika beban ekonomi tidak dibagi secara proporsional, kelompok bawah akan semakin terdesak. Hal ini bisa memicu ketegangan sosial dan memperburuk stabilitas masyarakat,” kata Isnur.
Kritik terhadap Kebijakan Pajak
Kebijakan kenaikan PPN ini juga menuai kritik tajam karena dinilai tidak adil. Banyak pihak mempertanyakan mengapa pemerintah lebih memilih menaikkan pajak konsumsi, yang bersifat regresif dan memberatkan kelompok bawah, dibandingkan meningkatkan pajak penghasilan orang kaya atau perusahaan besar.
Dalam konferensi pers, Isnur menyoroti bahwa pemerintah seharusnya memanfaatkan peluang dari Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang memungkinkan tarif PPN diturunkan hingga 5%. “Pilihan itu jelas lebih berpihak pada rakyat kecil. Namun, entah mengapa pemerintah justru memilih untuk menaikkan beban mereka,” ungkapnya.
Desakan Penundaan
Sinyal untuk menunda kenaikan PPN sebenarnya sempat muncul. Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, mengisyaratkan bahwa wacana kenaikan ini kemungkinan besar akan diundur. Namun, hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah yang mengonfirmasi hal tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi juga belum memberikan jawaban tegas. Sikap ini menimbulkan ketidakpastian yang semakin membebani masyarakat dan dunia usaha.
Solusi Alternatif
Sebagai alternatif, para ekonom dan aktivis sosial mendesak pemerintah untuk lebih kreatif dalam mencari sumber pendapatan negara. Salah satu opsinya adalah memperluas basis pajak, misalnya dengan mendigitalisasi sistem perpajakan untuk menangkap transaksi informal atau mengoptimalkan pajak pada sektor yang selama ini kurang terjangkau, seperti perusahaan teknologi besar.
Selain itu, pemerintah juga didorong untuk meningkatkan efisiensi anggaran dan mengurangi pemborosan pada proyek-proyek yang kurang produktif. Dengan cara ini, beban masyarakat dapat diminimalkan tanpa mengorbankan penerimaan negara.
Kenaikan tarif PPN menjadi 12% bukan hanya soal angka. Ini adalah kebijakan yang memiliki dampak luas, mulai dari penurunan daya beli, peningkatan ketimpangan, hingga potensi perlambatan ekonomi nasional. Dengan tekanan yang semakin besar terhadap masyarakat miskin, rentan, dan menengah, kebijakan ini layaknya bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Pemerintah perlu segera mengambil langkah tegas untuk menunda kenaikan ini dan mengevaluasi kebijakan pajak secara menyeluruh. Sebab, jika tidak, rakyat kecil dan perekonomian nasional yang akan menjadi korban utama dari keputusan ini. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung