• Rab. Mei 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

PHK Bikin Kantoran Jadi Penutup Warteg: Prabowo Geleng-Geleng, Orek Tempe Tetap Sold Out!

ByAdmin

Mei 8, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Di bawah langit Jakarta yang kian kelabu, cerita tentang pekerja formal yang tiba-tiba jadi penutup warteg kini jadi bahan obrolan di setiap sudut kota. Bayangkan, dulu mereka sibuk mengetik laporan di bilik kantor ber-AC, kini tangan mereka lincah mengemas nasi bungkus sambil menghitung kembalian untuk pelanggan warteg. Fenomena ini bukan sekadar guyonan warung kopi, melainkan cerminan dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengguncang Indonesia, membuat pekerja formal terlempar ke dunia informal yang penuh warna, namun juga penuh ketidakpastian. Sementara Presiden Prabowo Subianto, dengan gaya khasnya yang tegas, tampak geleng-geleng kepala menghadapi tantangan ini, satu hal tetap tak tergoyahkan: orek tempe di warteg selalu sold out!

Gelombang PHK dan Pergeseran ke Sektor Informal

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa proporsi pekerja informal di Indonesia melonjak dari 56,64% pada 2020 menjadi 59,40% pada Februari 2025, (Antaranews.comSenin, 5 Mei 2025). Angka ini bukan sekadar statistik kering, tetapi kisah nyata ribuan pekerja yang kehilangan pekerjaan formal akibat lesunya ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 hanya mencapai 4,87%, lebih rendah dari ekspektasi, tertekan oleh penurunan daya beli masyarakat, investasi yang mandek, dan tekanan global seperti kebijakan tarif tinggi Amerika Serikat di era Donald Trump yang kembali berkuasa. Sektor industri pengolahan, konstruksi, dan bahkan pemerintahan menjadi korban utama, memaksa banyak pekerja beralih ke pekerjaan paruh waktu atau informal.

Bayu, seorang mantan staf administrasi di perusahaan manufaktur di Bekasi, adalah salah satu korban. Dulu ia bangga dengan kartu nama yang bertuliskan jabatannya, kini ia membantu pamannya mengelola warteg di pinggir jalan Cikini. “Dari ketik Excel, sekarang ketik pesanan pelanggan. Dari meeting Zoom, sekarang ngobrol sama tukang ojek soal hidup,” katanya sambil tertawa getir. Bayu bukan pengecualian. BPS mencatat penurunan pekerja penuh waktu dari 68,07% pada Agustus 2024 menjadi 66,19% pada Februari 2025. Banyak yang seperti Bayu kini menjadi pedagang kaki lima, ojek online, atau membantu usaha keluarga seperti warteg.

Warteg, oh warteg! Tempat sederhana dengan meja panjang dan lauk-pauk berjejer ini menjadi simbol ketahanan ekonomi rakyat. Di tengah krisis, warteg tetap ramai. Pekerja kantoran yang kini jadi pelayan atau penutup nasi bungkus di warteg tak hanya mencari nafkah, tetapi juga belajar tentang resiliensi. Dan di antara semua lauk, orek tempe—dengan cita rasa manis-gurihnya—selalu jadi primadona, sold out sebelum jam makan siang usai. “Orek tempe itu seperti harapan,” kata Ibu Sari, pemilik warteg di Pasar Minggu. “Murah, enak, dan selalu ada yang cari.”

Faktor Penyebab: Ekonomi Lesu dan Kebijakan Global

Apa yang membuat gelombang PHK ini begitu masif? Pertama, daya beli masyarakat merosot. Inflasi mungkin rendah, tetapi harga kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng tetap menggerus dompet kelas menengah ke bawah. Kedua, dunia usaha menahan investasi. Pasca pelantikan Presiden Prabowo, banyak investor mengambil sikap “wait and see”, menunggu kejelasan kebijakan ekonomi. Ketiga, tekanan global tak bisa diabaikan. Kebijakan proteksionisme AS, termasuk tarif tinggi pada barang impor, membuat ekspor Indonesia—terutama tekstil dan elektronik—terpukul. Pabrik-pabrik tutup, dan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan.

Prabowo, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan militernya, tampak geleng-geleng menghadapi kompleksitas ini. Dalam salah satu pidatonya, ia menjanjikan penciptaan lapangan kerja dan kebangkitan ekonomi. Namun, janji itu terasa jauh bagi pekerja seperti Bayu, yang kini lebih fokus menghitung berapa porsi nasi rames yang terjual ketimbang memimpikan kembali ke kantor. “Pak Prabowo bilang kita harus kuat. Tapi kuat itu apa artinya kalau perut lapar?” ujar Bayu sambil mengemas pesanan pelanggan.

Dampak: Dari Kesejahteraan ke Ketidakpastian

Pergeseran ke sektor informal bukan tanpa konsekuensi. Pekerja informal sering kali tidak memiliki jaminan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan, asuransi kesehatan, atau dana pensiun. Upah mereka fluktuatif, tergantung pada ramainya pelanggan atau cuaca. Jika hujan turun, pedagang kaki lima atau ojek online bisa pulang dengan tangan hampa. Risiko kemiskinan pun mengintai. BPS memperkirakan bahwa tanpa intervensi, angka kemiskinan bisa meningkat, terutama di perkotaan yang terdampak PHK.

Namun, di tengah ketidakpastian, ada cerita-cerita kecil yang menghangatkan hati. Di warteg Ibu Sari, misalnya, pelanggan setia seperti Mas Joko, seorang sopir angkot, selalu menyisihkan receh untuk tip. “Kalian kan sekarang sama-sama berjuang,” katanya pada Bayu. Solidaritas ini, meski sederhana, menjadi pengingat bahwa rakyat Indonesia punya cara sendiri untuk bertahan. Dan tentu saja, orek tempe tetap jadi penutup yang sempurna untuk setiap piring nasi, simbol kecil dari kenyamanan di tengah badai.

Baca juga : Jobless Jadi Trend, Dompet Ikut Send: BPS vs IMF Panas, Warteg Tetap Menang!

Baca juga : Ekonomi Loyo, Pengangguran Melejit: Warteg Tetap Ramai, Tapi Dompet Makin Sepi!

Baca juga : Ekonomi Indonesia 2025: Konsumsi Loyo, Rupiah Goyang, Warteg Tetap Jaya!

Solusi: Kebijakan Holistik dan Harapan Baru

Pemerintah tidak tinggal diam. Salah satu usulan adalah pembentukan Satgas PHK untuk menangani dampak pemutusan kerja. Namun, banyak pihak mengkritik bahwa satgas ini hanya solusi jangka pendek. “Kita butuh langkah besar, bukan cuma tambal sulam,” kata Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, Selasa (22/4/2025), di Jakarta Ia menyarankan tiga langkah utama:

  1. Perluasan Jaminan Sosial untuk Pekerja Informal: Pemerintah perlu memastikan pekerja informal mendapatkan perlindungan seperti jaminan kecelakaan kerja dan pensiun. Program seperti Kartu Prakerja bisa diperluas untuk melatih keterampilan wirausaha.
  2. Stimulus Investasi Berkualitas: Kebijakan seperti energi murah, efisiensi logistik, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja (konsep “Indonesia Incorporated”) bisa menarik investor dan menciptakan lapangan kerja formal.
  3. Mitigasi Kemiskinan: Program bantuan sosial harus lebih tepat sasaran, disertai dengan penciptaan lapangan kerja di sektor formal untuk menyerap kembali pekerja yang terdampak PHK.

Di tingkat global, Indonesia juga bergerak. Dalam pertemuan ASEAN+3 di Milan pada 4-7 Mei 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani aktif mendorong kerja sama regional untuk menghadapi proteksionisme AS. ASEAN+3 berkomitmen memperkuat perdagangan berbasis WTO, memperluas Chiang Mai Initiative Multilateralization senilai $240 miliar, dan mengembangkan pasar obligasi lokal. Proyeksi ekonomi kawasan tetap optimistis dengan pertumbuhan 4% pada 2025, didukung perdagangan intraregional dan permintaan domestik. Dialog bilateral Indonesia-China juga menjanjikan sinergi, termasuk peringatan 75 tahun hubungan diplomatik.

Warteg: Simbol Ketahanan dan Harapan

Kembali ke warteg, tempat di mana realitas dan harapan bertemu. Di sini, mantan pekerja kantoran seperti Bayu belajar bahwa hidup bukan soal jabatan atau gaji tetap, tetapi soal bertahan dan beradaptasi. Setiap porsi nasi yang dibungkus, setiap piring orek tempe yang habis, adalah bukti bahwa roda ekonomi rakyat tetap berputar. “Mungkin suatu hari saya balik ke kantor,” kata Bayu sambil tersenyum. “Tapi sekarang, saya bangga bisa bantu paman dan lihat orang kenyang karena masakan kami.”

Prabowo mungkin masih geleng-geleng, mencoba memecahkan teka-teki ekonomi yang rumit. Namun, di warteg-warteg kecil di seluruh Indonesia, rakyat sudah menemukan jawabannya: solidaritas, kerja keras, dan sepiring orek tempe yang selalu sold out. Di tengah badai PHK dan ketidakpastian global, warteg adalah pengingat bahwa Indonesia punya kekuatan untuk bangkit—satu porsi nasi pada satu waktu.

Gelombang PHK telah mengubah wajah tenaga kerja Indonesia, mendorong pekerja formal ke dunia informal yang penuh tantangan. Warteg, dengan orek tempenya yang selalu laris, menjadi simbol ketahanan rakyat. Namun, tantangan ini menuntut solusi holistik: perlindungan sosial, investasi, dan kerja sama global melalui forum seperti ASEAN+3. Sementara Prabowo geleng-geleng mencari jalan, rakyat di warteg sudah menunjukkan bahwa harapan tetap hidup, selama masih ada nasi hangat dan orek tempe di meja. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait

Jobless Jadi Trend, Dompet Ikut Send: BPS vs IMF Panas, Warteg Tetap Menang!

Ekonomi Loyo, Pengangguran Melejit: Warteg Tetap Ramai, Tapi Dompet Makin Sepi!

Ekonomi Indonesia 2025: Konsumsi Loyo, Rupiah Goyang, Warteg Tetap Jaya!

PMI Anjlok, IKI Goyang, Warteg Tetap Jaya: Industri Indonesia Lawan Badai Tarif Trump!

PHK Mengintai, Tarif Trump Menghantui, Warteg: Tenang, Ada Telor Dadar!

Warteg Halal Harap-Harap Cemas: UMKM Indonesia Lawan Tarif Trump dan Gempuran Impor China!

Prabowo Jalan-jalan ke China, ASEAN Cuma Dapat Senyum dari

GPN & QRIS: Warteg Go Digital, Transaksi Nusantara Gaspol, AS Cuma Bisa Cemas!

Indonesia vs AS: Tarif Impor Bikin Heboh, Warteg Jagokan Dompet Digital!

Utang Rp 250 Triliun Numpuk, Pemerintah Frontloading Biar Warteg Tetep Jualan Tempe!

Indonesia ke AS: ‘Tarif Dikurangin Dong, Kami Beli Energi, Kedelai, Sekalian Stok Warteg!’

TikTok Tawar Tarif: AS-China Ribut, Indonesia Santai di Warteg!

Kelapa Meroket, Warteg Meratap: Drama Harga di Pasar Negeri Sawit!

Trump Tarik Tarif, Rupiah Rontok, Warteg pun Waswas: Drama Ekonomi 2025!

Danantara dan Dolar: Prabowo Bikin Warteg Nusantara atau Kebingungan?

Warteg Lawan Tarif Trump: Nasi Oreg Tempe Bikin Dunia Ketagihan!

Perang Melawan Resesi: UMKM Indonesia Bersenjatakan E-Commerce & KUR, Pemerintah Salurkan Rp171 Triliun untuk Taklukkan Pasar ASEAN!

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *