• Rab. Mar 19th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

ByAdmin

Mar 4, 2025
Petani membawa hasil panen menggunakan traktor di areal persawahan lumbung pangan nasional di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 2021. ANTARA/Makna Zaezar
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, meluncurkan langkah besar yang disebut-sebut sebagai “revolusi ekonomi desa”. Dengan membangun 70.000 Koperasi Desa Merah Putih (Kop Des Merah Putih) di seluruh pelosok negeri, pemerintah berambisi menjadikan koperasi ini sebagai pusat kegiatan ekonomi baru yang akan mengubah wajah Indonesia. Program ini tidak hanya bertujuan mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), tetapi juga menggerakkan ekonomi desa, menciptakan lapangan kerja, dan mencapai swasembada pangan.

Latar Belakang: MBG dan Kebutuhan Infrastruktur Pendukung

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan Presiden Prabowo. Program ini bertujuan menyediakan makanan bergizi gratis bagi masyarakat, terutama anak-anak dan keluarga kurang mampu, untuk mengatasi masalah stunting dan kekurangan gizi. Namun, untuk menjalankan program ini secara efektif, diperlukan infrastruktur pendukung yang kuat, termasuk sistem distribusi bahan pangan yang efisien.

Di sinilah Koperasi Desa Merah Putih hadir sebagai solusi. Koperasi ini tidak hanya akan menjadi penyalur bahan baku MBG, tetapi juga diharapkan menjadi pusat kegiatan ekonomi di setiap desa. Dengan memanfaatkan potensi lokal, koperasi ini akan menampung hasil pertanian, mengelola distribusi, dan bahkan memasarkan produk-produk desa ke pasar yang lebih luas.

Rapat Terbatas: Keputusan Besar untuk Desa

Keputusan pembentukan 70.000 Koperasi Desa Merah Putih diambil dalam rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Senin (3/3/2025). Rapat ini dihadiri oleh sejumlah menteri Kabinet Merah Putih, termasuk Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana. Selain itu, perwakilan dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) juga hadir untuk membahas pembiayaan proyek ini.

Dalam rapat tersebut, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya koperasi sebagai tulang punggung ekonomi desa. “Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi pusat kegiatan ekonomi di setiap desa. Ini bukan hanya tentang MBG, tetapi juga tentang memajukan desa dan menciptakan kemandirian pangan,” ujar Presiden.

Baca juga : 1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Baca juga : Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Baca juga : Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Pembiayaan: Dana Desa dan Dukungan Himbara

Pembangunan 70.000 Koperasi Desa Merah Putih membutuhkan dana yang tidak sedikit. Berdasarkan perhitungan pemerintah, setiap koperasi membutuhkan dana sekitar Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar untuk pembangunan dan pengembangan. Anggaran ini akan diambil dari dana desa yang dialokasikan sekitar Rp 1 miliar per tahun per desa.

Namun, untuk menutupi kebutuhan modal awal, pemerintah akan bekerja sama dengan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Bank-bank milik negara ini akan memberikan pinjaman dengan masa angsuran tiga hingga lima tahun. “Modal awal diperlukan di depan. Oleh karena itu, Himbara akan menanggulangi dulu, diangsur dalam tiga tahun atau sampai lima tahun,” jelas Menko Pangan Zulkifli Hasan.

Tiga Pendekatan Pembangunan Koperasi

Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa pembangunan Kop Des Merah Putih akan dilakukan dengan tiga pendekatan:

  1. Membangun koperasi baru untuk desa yang belum memiliki koperasi.
  2. Merevitalisasi koperasi yang sudah ada agar lebih efektif dan efisien.
  3. Membangun sekaligus mengembangkan koperasi yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitasnya.

Pendekatan ini akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa. Budi Arie juga menyebutkan bahwa ada 64.000 gabungan kelompok tani (gapoktan) yang siap bermigrasi menjadi koperasi. “Kalau yang belum ada (koperasi), kita buka baru. Karena ada 64.000 gapoktan yang juga siap bermigrasi menjadi koperasi,” kata Budi Arie.

Dukungan untuk Program MBG

Pembangunan Kop Des Merah Putih tidak terlepas dari pelaksanaan program MBG. Koperasi ini akan menyediakan bahan baku MBG melalui gerai-gerai yang dibangun di setiap desa. Dengan adanya koperasi, rantai distribusi bahan pangan dapat diperpendek, sehingga diharapkan dapat menekan harga komoditas dan meningkatkan efisiensi.

Presiden Prabowo sebelumnya telah memerintahkan agar penyediaan bahan baku MBG melibatkan koperasi dan badan usaha milik desa. Hal ini diharapkan tidak hanya mendukung program MBG, tetapi juga menggerakkan ekonomi desa. “Koperasi Desa Merah Putih akan menjadi pusat kegiatan ekonomi di setiap desa. Ini adalah langkah besar untuk mencapai swasembada pangan,” tegas Budi Arie.

Revisi Peraturan Menteri

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto menyatakan bahwa penggunaan dana desa akan difokuskan untuk pembangunan dan pengembangan Kop Des Merah Putih. Oleh karena itu, pihaknya akan segera merevisi Peraturan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 2 Tahun 2024 yang mengatur tentang fokus penggunaan dana desa pada tahun 2025.

“Fokusnya (penggunaan anggaran dana desa) kepada Koperasi Desa Merah Putih,” kata Yandri. Ia menegaskan bahwa meskipun dana desa akan digunakan untuk pembangunan koperasi, semangatnya tetap sama dengan penggunaan dana desa sebelumnya, yaitu untuk mencapai swasembada pangan dan memajukan desa. “Ujungnya sama semangatnya, bagaimana swasembada pangan. Inti pokoknya desa semua maju, desa semua berkembang dengan baik,” ujarnya.

Tantangan dan Harapan

Meskipun ambisius, program pembangunan 70.000 Koperasi Desa Merah Putih tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) di desa untuk mengelola koperasi secara profesional. Selain itu, koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat desa juga menjadi kunci keberhasilan program ini.

Namun, pemerintah optimistis bahwa program ini akan membawa dampak positif yang besar. Dengan adanya koperasi, diharapkan desa-desa di Indonesia dapat menjadi mandiri secara ekonomi, mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan 70.000 Koperasi Desa Merah Putih merupakan langkah besar pemerintah untuk memperkuat program MBG dan menggerakkan ekonomi desa. Dengan dukungan dana desa dan kolaborasi dengan Himbara, diharapkan koperasi ini dapat menjadi pusat kegiatan ekonomi yang berkelanjutan di setiap desa, sekaligus mendukung tercapainya swasembada pangan dan kesejahteraan masyarakat desa. Program ini tidak hanya tentang pangan, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik untuk Indonesia. Gempuran Koperasi Desa Merah Putih telah dimulai, dan Indonesia siap untuk perubahan besar!. By Mukroni

Foto kowantranews

  • Berita Terkait

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *