• Sel. Jun 24th, 2025

KowantaraNews

Halal Gratis, Warteg Nge-Hits: Tanpa Drama, Cuma Solusi!

RITEL INDONESIA MENANGIS! Data BPS Bongkar Pahitnya Realita: ‘Lebaran Ini Tak Ada yang Menang’

ByAdmin

Mar 11, 2025
Sharing is caring

Prolog: Suara Tangis di Balik Gemuruh Promo Lebaran

Di tengah hiruk-pikuk promo “Diskon 70%” dan spanduk “Sale Lebaran” yang memenuhi pusat perbelanjaan, ada derai tangis yang tak terdengar. Tangis Iyus (40), mantan IT project manager di sebuah perusahaan rintisan, yang terpaksa menjual rumah idaman setelah di-PHK Mei 2024. Tangis Alia (36), ibu tunggal yang terancam tak bisa menyekolahkan anaknya karena pendapatan merosot 80%. Tangis Budihardjo Idusansjah, Ketua Hippindo, yang mengaku: “Ini Lebaran paling suram dalam sejarah ritel modern Indonesia.”

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 membenarkan jeritan itu. Deflasi tahunan mencapai 0,09%, pertumbuhan ritel semester I-2024 hanya 2,3% (terendah sejak 2021), dan jumlah kelas menengah menyusut 1,66 juta jiwa dalam 2 tahun. “Tak ada yang menang tahun ini. Konsumen, peritel, bahkan pemerintah, semua terjebak dalam lingkaran krisis,” cetus Yongky Susilo, pakar ritel, dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.

Babak I: Ritel Kelas Atas – Dari Mewah ke Melarat

“Kami seperti diadu domba dengan e-commerce. Konsumen kelas atas sekalipun kini lebih memilih beli tas branded bekas pakai di platform daring ketimbang ke gerai kami,” keluh Direktur PT Map Aktif Adiperkasa (MAPA), yang memilih anonim.

Data BPS menunjukkan penurunan drastis belanja kelas atas:

  • Penjualan MAPA melambat dari 49,6% (2022) ke 32,1% (2024).
  • Transaksi kartu kredit Lebaran 2024 hanya tumbuh 7,7%, turun dari 39,9% (2022).

Di Mal Pondok Indah, Jakarta Selatan, suasana gerai mewah seperti Louis Vuitton dan Gucci mirip “pesta tanpa tamu”. “Biasanya 1 bulan sebelum Lebaran, antrean bisa sampai parkiran. Tahun ini, stok masih menumpuk,” ujar Manajer Toko Hermès yang enggan disebutkan namanya.

Bahkan HERO Supermarket, ritel premium ternama, hanya mencatat pertumbuhan 4,1% di semester I-2024. “Konsumen kini lebih hemat. Mereka beli keju impor 200 gram, bukan 500 gram seperti dulu,” papar Direktur HERO, Maria Lim, sambil memperlihatkan data penjualan produk premium yang anjlok 25%.

Babak II: Kelas Menengah – Generasi yang Hilang

Jika kelas atas masih bisa “berpura-pura sehat”, kelas menengah justru menjadi korban paling mengenaskan. Data BPS menyebut:

  • Jumlah kelas menengah turun dari 49,51 juta (2022) ke 47,85 juta (2024).
  • Konsumsi rumah tangga triwulan II-2024 hanya tumbuh 4,93%, terendah dalam 4 tahun.

“Ini akibat masifnya PHK di sektor formal. Pekerja kantoran beralih ke sektor informal dengan pendapatan tak pasti,” tegas Yongky. Kisah Indah (42), mantan business development di startup yang kini berjualan kue rumahan dengan untung Rp 3 juta/bulan, menjadi bukti nyata. “Dulu gaji saya Rp 25 juta. Sekarang, untuk beli kopi di kafe saja harus berpikir 10 kali,” katanya, terbata-bata.

Ritel kelas menengah seperti Matahari Department Store (LPPF) dan Ramayana (RALS) pun tercekik. Penjualan LPPF malah minus 2,6% di semester I-2024. “Kami terpaksa menutup 12 gerai sepanjang 2023-2024. Konsumen lebih memilih thrift shop atau e-commerce,” aku Direktur LPPF, Ahmad Faisal.

Baca juga : Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

Baca juga : 1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Baca juga : Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Babak III: Kelas Bawah – Bertahan dengan Berhutang Darah

Di pasar tradisional Kota Bogor, Siti (38), penjual baju lebaran, hanya bisa pasrah. “Dagangan saya sepi. Orang lebih memilih beli baju bekas online seharga Rp 20.000,” ujarnya. Data BPS menunjukkan, 60% masyarakat kelas bawah mengandalkan utang untuk belanja Lebaran 2024.

PT Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), pemilik Alfamart, mengaku pertumbuhannya melambat dari 13,9% (2022) ke 10% (2024). “Konsumen kini beli per item, bukan paketan. Misalnya, mereka beli 1 sachet kopi, bukan satu dus,” jelas Corporate Secretary AMRT, Nur Rachman.

Ironisnya, di tengah keterpurukan ini, volume belanja daring justru melonjak. “Transaksi di Tokopedia naik 3x lipat selama Ramadan 2024, terutama di kategori fashion bekas dan sembako curah,” ungkap Aditia Grasio Nelwan, Head of Communications Tokopedia.

Babak IV: PHK – Bom Waktu yang Meledak

Laporan Kementerian Ketenagakerjaan menyebut, 812.000 pekerja di-PHK sepanjang 2023-2024, dengan 68% berasal dari sektor ritel dan teknologi. Iyus, korban PHK Mei 2024, harus menjual rumah dan mobil demi bertahan. “Cicilan rumah Rp 17 juta/bulan tak mungkin lagi saya bayar. Anak-anak terpaksa pindah sekolah negeri,” ceritanya.

Dampaknya lebih mengerikan:

  • 15% keluarga korban PHK mengalami konflik rumah tangga berat (data LBH Jakarta).
  • 22% anak dari keluarga PHK putus sekolah (riset UNICEF 2024).

Alia (36), ibu satu anak, bahkan kini menghadapi gugatan cerai. “Suami tak terima penghasilan saya turun dari Rp 15 juta ke Rp 3 juta. Dia bilang saya tak becus jadi istri,” sesalnya.

Babak V: Pemerintah vs Realita – Bantuan yang Tak Sampai

Program bansos Lebaran 2024 senilai Rp 15 triliun diklaim pemerintah sebagai “solusi”. Namun, investigasi Kompas di 10 kota menemukan:

  • 40% penerima bansos mengeluh dana tertunda hingga H-3 Lebaran.
  • Rp 300.000/bantuan tak cukup untuk beli 1 kg daging + 1 liter minyak saat inflasi pangan mencapai 8,2%.

“Bansos hanya tempelan. Akar masalahnya adalah tidak adanya penciptaan lapangan kerja baru,” kritik Faisal Basri, ekonom senior. Data BPS mengonfirmasi: investasi PMA di sektor ritel turun 33% pada 2024.

Epilog: Lebaran 2025 – Akankah Menjadi Mimpi Buruk Berulang?

Proyeksi Hippindo untuk Lebaran 2025 suram: pertumbuhan ritel diprediksi maksimal 5%. “Jika tak ada terobosan, kami terpaksa PHK lagi 100.000 pekerja,” ancam Budihardjo.

Namun, di balik awan gelap, ada secercah harapan. Komunitas seperti Save Our Jobs mulai menggalang dana untuk korban PHK. Tokopedia dan Shopee meluncurkan program pelatihan UMKM digital gratis. “Kami tak mau hanya jadi penonton. Mari bersama selamatkan Lebaran,” seru Indah, sembari membungkus kue pesanan terakhirnya sebelum mudik naik kereta ekonomi.

“Lebaran ini tak ada yang menang. Tapi, dalam tangis dan kepedihan, kita belajar: kemewahan semu tak lagi relevan. Mungkin inilah saatnya Indonesia kembali ke hakikat Lebaran sesungguhnya – bukan tentang belanja, tapi tentang berbagi dan menguatkan sesama.” By Mukroni

Foto Kowantaranews.com

  • Berita Terkait

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *