Jakarta, Kowantaranews.com -Di tengah tekanan ekonomi global yang semakin membebani mata uang negara-negara berkembang, Bank Indonesia (BI) kembali menunjukkan kesiapannya untuk mengintervensi pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini dinilai sangat penting, mengingat mata uang Garuda tersebut kini mendekati angka psikologis Rp16.000 per dolar AS, sebuah level yang dianggap sebagai tantangan besar bagi perekonomian nasional.
Kepastian intervensi ini disampaikan langsung oleh Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter dan Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, pada 4 Desember 2024. Dalam pesan singkatnya kepada media, Edi menegaskan bahwa BI akan terus berada di pasar guna menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas rupiah. Pernyataan ini memberikan sinyal kuat bahwa bank sentral tidak akan tinggal diam menghadapi tekanan eksternal yang mengancam stabilitas ekonomi nasional.
Tekanan Global dan Tantangan Domestik
Nilai tukar rupiah yang terus melemah dalam beberapa bulan terakhir merupakan cerminan dari tekanan global yang semakin kompleks. Dolar AS, yang kembali menguat pada kuartal terakhir tahun ini, telah menekan sejumlah mata uang utama di kawasan Asia. Dalam periode ini, rupiah tercatat mengalami penurunan hingga 5 persen terhadap dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang terlemah di kawasan.
Kondisi ini diperparah dengan adanya penarikan dana oleh investor asing dari pasar saham Indonesia. Data terkini menunjukkan bahwa sepanjang kuartal ini, investor asing telah menarik sekitar 1,7 miliar dolar AS dari pasar saham domestik, yang semakin memperburuk tekanan terhadap rupiah. Aliran modal keluar ini menunjukkan tingginya kekhawatiran investor terhadap kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif, termasuk kemungkinan resesi di beberapa negara besar.
Alan Lau, seorang ahli strategi valuta asing di Malayan Banking, Singapura, mengatakan bahwa situasi ini menunjukkan upaya pemerintah dan bank sentral untuk mencegah volatilitas rupiah yang berlebihan. “Di tengah lingkungan global yang kurang bersahabat, otoritas tampaknya berusaha keras menjaga stabilitas rupiah agar tidak jatuh lebih dalam,” ujarnya.
Namun, Lau juga menambahkan bahwa “kelembutan musiman dolar pada bulan Desember mungkin tidak begitu signifikan tahun ini, mengingat kekhawatiran investor terhadap lingkungan makroekonomi.” Hal ini berarti tekanan terhadap mata uang Asia, termasuk rupiah, kemungkinan besar akan tetap ada dalam waktu dekat.
Intervensi BI: “Senjata Pamungkas” di Tengah Ketidakpastian
Sebagai respons terhadap situasi ini, Bank Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjaga kestabilan rupiah. Intervensi ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga nilai tukar, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia.
Intervensi serupa sebenarnya telah dilakukan BI pada bulan November lalu. Langkah ini diyakini mampu mencegah pelemahan rupiah yang lebih tajam, meskipun tekanan eksternal tetap tinggi. Bank Indonesia juga sebelumnya menyatakan bahwa nilai fundamental rupiah seharusnya lebih kuat daripada level Rp16.000 per dolar AS, mengindikasikan bahwa pelemahan yang terjadi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non-fundamental.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, dalam pernyataan minggu lalu kembali menegaskan fokus utama bank sentral adalah menjaga stabilitas rupiah. Meskipun inflasi domestik berada dalam kisaran target bank sentral, Perry menyiratkan bahwa upaya untuk menjaga nilai tukar akan menjadi prioritas utama dalam rapat kebijakan moneter Desember mendatang.
Baca juga : PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!
Baca juga : 12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil
Baca juga : PPN Naik, Ekonomi Terancam Ambruk: Mimpi Indonesia Maju di Ujung Tanduk ?
Dampak pada Ekonomi Domestik
Pelemahan rupiah hingga mendekati Rp16.000 per dolar AS tidak hanya berdampak pada pasar keuangan, tetapi juga pada sektor riil. Importir, misalnya, akan menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk membeli bahan baku dari luar negeri, yang pada akhirnya dapat mendorong kenaikan harga barang di tingkat konsumen.
Selain itu, tekanan pada nilai tukar juga dapat memengaruhi kemampuan pemerintah dalam membiayai proyek-proyek strategis yang sebagian dananya berasal dari pinjaman luar negeri. Dengan dolar yang semakin mahal, beban pembayaran utang luar negeri juga akan meningkat, sehingga dapat memengaruhi postur anggaran negara.
Namun, di sisi lain, pelemahan rupiah juga memiliki sisi positif, terutama bagi sektor ekspor. Produk-produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena harganya yang relatif lebih murah. Sektor pariwisata juga bisa mendapatkan keuntungan, karena wisatawan asing akan merasa lebih untung menghabiskan uang mereka di Indonesia.
Upaya Bersama Pemerintah dan Bank Sentral
Di tengah tantangan ini, sinergi antara pemerintah dan bank sentral menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan terus berupaya menjaga kepercayaan investor dengan memastikan kebijakan fiskal yang kredibel.
Sementara itu, Bank Indonesia tidak hanya mengandalkan intervensi di pasar valuta asing, tetapi juga menggunakan instrumen lain seperti pengelolaan likuiditas di pasar uang dan pembelian surat berharga negara (SBN) untuk mendukung stabilitas.
Dalam jangka panjang, langkah-langkah struktural untuk memperkuat ekonomi domestik juga sangat penting. Diversifikasi sumber pembiayaan, peningkatan daya saing industri, dan penguatan cadangan devisa merupakan beberapa langkah strategis yang perlu terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada aliran modal asing.
Optimisme di Tengah Ketidakpastian
Meskipun situasi saat ini penuh tantangan, ada beberapa faktor yang dapat memberikan optimisme bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah inflasi domestik yang tetap terkendali dalam kisaran target Bank Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih cukup kuat, sehingga dapat menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia juga menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjaga stabilitas ekonomi. Intervensi di pasar valuta asing, misalnya, tidak hanya bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar, tetapi juga untuk mengirimkan pesan kepada pasar bahwa Indonesia memiliki kemampuan dan kemauan untuk menghadapi tantangan global.
Di tengah tekanan global yang semakin meningkat, langkah-langkah strategis yang diambil oleh Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah patut diapresiasi. Namun, tantangan yang ada juga menunjukkan perlunya upaya bersama dari seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.
Dengan strategi yang tepat dan sinergi yang kuat antara pemerintah, bank sentral, dan pelaku usaha, Indonesia diharapkan mampu melewati masa sulit ini dan kembali menempatkan perekonomiannya pada jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. Rupiah mungkin saat ini berada di ujung tanduk, tetapi dengan “senjata pamungkas” yang disiapkan oleh Bank Indonesia, optimisme untuk menghadapi masa depan tetap terjaga. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait
PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!
12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung