Jakarta, Kowantaranews.com -Pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen adalah ambisi besar yang pernah dilontarkan oleh presiden terpilih Prabowo Subianto. Pertumbuhan ini dinilai tidak hanya sulit dicapai, tetapi juga membutuhkan strategi ekonomi yang tepat. Para ekonom menyatakan bahwa untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus melakukan berbagai terobosan besar yang melibatkan peningkatan produktivitas tenaga kerja, stimulus ekonomi, dan industrialisasi yang terarah.
Dalam acara studium generale bertajuk “Strategi Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan Indonesia ke Depan” yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila di Jakarta, pada Sabtu (7/9/2024), Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI), Dradjad Wibowo, menyampaikan pandangan kritisnya terkait tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Tantangan yang Dihadapi
Dradjad Wibowo mengungkapkan bahwa, berdasarkan data historis, ekonomi Indonesia hanya lima kali tumbuh sebesar 8 persen atau lebih selama 63 tahun terakhir (1961-2023). Dengan demikian, probabilitas pertumbuhan ekonomi sebesar itu dalam lima tahun ke depan sangat rendah, yaitu sekitar 8 persen. Beberapa tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mencapai target tersebut antara lain tingginya incremental capital to output ratio (ICOR), rendahnya produktivitas tenaga kerja, dan banyaknya kelas menengah yang turun kelas akibat tekanan ekonomi.
Di sisi lain, wacana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga berpotensi menurunkan daya beli masyarakat. Kenaikan PPN akan menambah beban bagi masyarakat kelas menengah dan bawah yang telah terdampak oleh inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, sektor konsumsi yang menjadi pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terdampak negatif apabila daya beli masyarakat melemah.
Salah satu indikator kunci yang menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia adalah ICOR, yang menunjukkan seberapa efisien investasi diubah menjadi output. ICOR Indonesia yang relatif tinggi menunjukkan bahwa setiap tambahan investasi hanya menghasilkan peningkatan kecil dalam output. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk menurunkan ICOR melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor.
Tiga Pilar Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, Dradjad Wibowo meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen tetap dapat dicapai dengan mengoptimalkan tiga pilar utama, yaitu peningkatan produktivitas tenaga kerja, stimulus keynesian, dan industrialisasi.
- Peningkatan Produktivitas Tenaga KerjaProduktivitas tenaga kerja menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui investasi besar-besaran di sektor pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global, sekaligus mendorong inovasi dan efisiensi di sektor-sektor ekonomi utama.Peningkatan produktivitas juga harus didukung oleh peningkatan infrastruktur teknologi dan digitalisasi di berbagai sektor. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mempercepat adopsi teknologi terbaru. Di era digital ini, transformasi digital menjadi salah satu faktor kunci dalam meningkatkan daya saing ekonomi nasional.
- Stimulus KeynesianDradjad juga menyoroti pentingnya stimulus keynesian, yaitu kebijakan stimulus dan belanja pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan menggerakkan permintaan. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, peran pemerintah dalam memberikan stimulus fiskal yang tepat sasaran sangat penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.Stimulus fiskal dapat diarahkan pada sektor-sektor strategis yang memiliki dampak luas terhadap perekonomian, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, belanja pemerintah yang terarah pada proyek-proyek padat karya akan menciptakan lapangan kerja baru, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya beli masyarakat.
- IndustrialisasiIndustrialiasi merupakan kunci dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Indonesia harus terus melanjutkan proses hilirisasi, khususnya di sektor-sektor seperti pertambangan, manufaktur, dan energi. Hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan penerimaan negara dari ekspor produk bernilai tambah tinggi.Salah satu contoh yang diangkat adalah sektor pertambangan dan industri pengolahan nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk jadi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan memperkuat daya saing industri manufaktur. Namun, untuk mencapai hal ini, pemerintah harus memberikan dukungan yang konsisten melalui kebijakan yang pro-dunia usaha, terutama dalam hal akses terhadap modal, insentif fiskal, dan regulasi yang mendukung inovasi.
Meningkatkan Penerimaan Negara melalui Pajak
Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, Dradjad Wibowo menekankan pentingnya meningkatkan rasio pajak (tax ratio) yang selama ini stagnan di sekitar 10 persen. Menurutnya, penerimaan negara dari pajak harus didorong agar mencapai 12,23 persen pada tahun 2025. Peningkatan rasio pajak ini akan memberikan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah untuk mendanai program-program strategis yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dradjad menegaskan bahwa peningkatan rasio pajak ini harus dicapai melalui transformasi kelembagaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi untuk memperbaiki sistem administrasi pajak. Pemerintah juga harus mengejar sumber-sumber penerimaan negara yang bersifat ad hoc, seperti penyelesaian kasus-kasus pajak yang telah inkracht, serta mengoptimalkan penerimaan dari digitalisasi sistem perpajakan.
Namun, peningkatan rasio pajak ini juga harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menekan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, reformasi pajak harus disertai dengan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti insentif bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) serta sektor-sektor yang berpotensi mendorong pertumbuhan.
Baca juga : Tren Deflasi Berkelanjutan: Tanda Melemahnya Daya Beli Masyarakat
Baca juga : Gelombang PHK di Industri Manufaktur: Krisis Ekonomi yang Mengancam Kesejahteraan Pekerja
Baca juga : Ketar-Ketir Nasabah Jiwasraya: Pergolakan Menjelang Likuidasi dan Harapan untuk Solusi
Mengurangi Ketergantungan pada Utang
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintahan mendatang adalah masalah utang. Hingga akhir Juli 2024, total utang pemerintah mencapai Rp 8.502,69 triliun, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai Rp 8.700 triliun pada akhir tahun. Besarnya utang ini memunculkan kekhawatiran bahwa beban bunga utang akan menggerus anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk program-program pembangunan.
Dradjad Wibowo berharap bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran mendatang akan disiplin dalam mengelola utang dan tidak menjadikan utang sebagai sumber utama untuk membiayai pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, uang yang digunakan untuk membayar bunga utang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang lebih berdampak positif bagi masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Pemerintah harus fokus pada peningkatan penerimaan negara dari sektor-sektor yang lebih berkelanjutan, seperti pajak dan penerimaan non-pajak, serta meminimalkan penggunaan utang sebagai solusi jangka pendek. Dengan demikian, pemerintah dapat memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak dibarengi dengan peningkatan beban utang yang berisiko mengancam stabilitas fiskal jangka panjang.
Meningkatkan Kualitas SDM sebagai Fondasi Pembangunan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi fondasi penting dalam strategi pembangunan Indonesia ke depan. Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila, Agustinus Miranda, menekankan pentingnya investasi di sektor pendidikan dan kesehatan. Menurutnya, pembangunan SDM yang berkualitas akan memastikan bahwa Indonesia memiliki tenaga kerja yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.
Selain itu, hilirisasi dan industrialisasi juga perlu didukung oleh kebijakan yang pro-dunia usaha. Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui kemudahan regulasi, akses terhadap modal, serta insentif bagi pelaku usaha yang berinovasi. Dengan dukungan yang tepat, sektor industri dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen bukanlah target yang mudah dicapai, namun dengan strategi yang tepat, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Peningkatan produktivitas tenaga kerja, stimulus fiskal yang tepat, dan industrialisasi yang terarah adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, pemerintah juga harus berhati-hati dalam mengelola utang dan memastikan bahwa reformasi pajak dilakukan dengan cara yang tidak merugikan daya beli masyarakat. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Tren Deflasi Berkelanjutan: Tanda Melemahnya Daya Beli Masyarakat
Gelombang PHK di Industri Manufaktur: Krisis Ekonomi yang Mengancam Kesejahteraan Pekerja
Ketar-Ketir Nasabah Jiwasraya: Pergolakan Menjelang Likuidasi dan Harapan untuk Solusi
Mengapa Angka Kemiskinan Era Jokowi Bisa Menyesatkan? Standar Lama BPS Jadi Sorotan
Menghindari Krisis Ekonomi: Tantangan Awal bagi Pemerintahan Prabowo Subianto
Bayang-Bayang Kegagalan Food Estate Prabowo: Tantangan dan Harapan Menuju Ketahanan Pangan Nasional
Kenaikan Harga Minyakita Dipicu Hambatan Distribusi dan Minimnya Sosialisasi Kebijakan Baru
UU Cipta Kerja: Antara Harapan dan Kenyataan Empat Tahun Kemudian
Gaya Hidup Mewah di Tengah Ketimpangan: Kue Rp 400.000 dan Jet Pribadi di Indonesia
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi