Jakarta, Kowantaranews.com – Kabar mengejutkan datang dari dunia internasional. Indonesia, negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, berhasil menaikkan peringkat daya saing sumber daya manusianya dari posisi 47 menjadi 46 dari 67 negara dalam IMD World Talent Ranking 2024. Lonjakan satu peringkat ini sontak menggemparkan dunia. Meski terdengar biasa saja bagi sebagian orang, pencapaian ini tampaknya cukup untuk memicu decak kagum sekaligus kecemasan di panggung global.
Dengan pencapaian ini, Indonesia resmi menjadi juara ke-46 dalam daya saing SDM, satu tingkat lebih baik dari tahun lalu. Namun, meskipun peringkat tersebut masih jauh dari posisi puncak yang ditempati oleh Singapura, pencapaian ini patut dirayakan, tentu dengan sedikit ironi dan sentuhan satir. Pasalnya, alih-alih menjadi indikator perkembangan signifikan, lonjakan satu peringkat ini justru mengungkap realitas menyakitkan dari stagnasi kualitas SDM Indonesia yang belum mampu mengejar ketertinggalannya dibanding negara-negara lain.
Sebuah Lonjakan ‘Menakjubkan’
IMD World Talent Ranking adalah laporan tahunan yang dirilis oleh International Institute for Management Development (IMD), sebuah sekolah bisnis asal Swiss, yang menilai daya saing keahlian SDM berdasarkan tiga indikator utama: investasi dan pengembangan SDM, daya tarik SDM, serta keterampilan dan kompetensi tenaga kerja. Tahun 2024 ini, Indonesia dengan gagah menduduki peringkat ke-46, naik satu peringkat dari posisi ke-47 tahun 2023.
Sebelumnya, pada tahun 2020, Indonesia berada di peringkat ke-45, yang kemudian anjlok ke posisi 50 pada 2021 dan 51 pada 2022. Namun, tampaknya tren penurunan tersebut berhasil dihentikan dalam dua tahun terakhir, dengan kenaikan bertahap yang membawa Indonesia kembali ke posisi 46 pada 2024.
Kenaikan ini tentu patut diapresiasi. Namun, tidak dapat disangkal bahwa peringkat tersebut masih jauh dari memuaskan. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muda yang besar dan potensi ekonomi yang besar pula, berada di posisi ke-46 tentu memunculkan banyak pertanyaan terkait efektivitas kebijakan pendidikan dan pelatihan SDM di Indonesia.
Baca juga : Paus Fransiskus Terkesan dengan Keindahan Indonesia dalam Lawatan Apostoliknya
Baca juga : Mantan Wapres hingga Menteri Mengenang Faisal Basri: Ekonom Kritis yang Berpulang
Investasi Pendidikan yang Minim
Salah satu indikator penting dalam penilaian IMD adalah realisasi investasi dan pengembangan SDM. Dalam indikator ini, Indonesia menempati peringkat ke-54 dari 67 negara. Artinya, meskipun telah ada berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan di Indonesia, negara ini masih tergolong tertinggal dalam hal pengalokasian anggaran pendidikan dan pengembangan kompetensi SDM.
Menurut Direktur IMD World Competitiveness Center, Arturo Bris, stagnasi dalam investasi pendidikan adalah salah satu penyebab utama Indonesia sulit naik peringkat secara signifikan. Meskipun pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan yang besar, efektivitas penggunaannya dipertanyakan. Beberapa masalah yang mencuat, seperti kurangnya distribusi anggaran yang tepat sasaran, rasio murid-guru yang tidak seimbang, serta gaji guru yang masih rendah, berkontribusi pada lambatnya peningkatan kualitas SDM di Indonesia.
Lebih lanjut, hasil dari Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) yang terus menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam kemampuan literasi, sains, dan matematika menunjukkan bahwa sistem pendidikan formal belum mampu memberikan fondasi kuat bagi para pelajar. Ditambah lagi, rendahnya investasi dalam pendidikan vokasional dan keterampilan teknis turut membatasi kemampuan tenaga kerja Indonesia dalam bersaing di pasar global.
Daya Tarik SDM Asing: Cahaya di Tengah Kelam
Namun, di tengah banyaknya tantangan dalam pengembangan SDM domestik, Indonesia ternyata memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi tenaga kerja asing. Dalam indikator daya tarik SDM, Indonesia menduduki peringkat ke-17 di dunia, sebuah lompatan besar dari posisi ke-31 pada tahun sebelumnya.
Bris menyebutkan bahwa ketertarikan tenaga ahli asing terhadap Indonesia sebagian besar disebabkan oleh iklim bisnis yang kian membaik, meskipun masih ada beberapa hambatan yang harus diperbaiki. Stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat, serta peluang di berbagai sektor industri menjadi faktor pendorong bagi talenta global untuk datang dan bekerja di Indonesia.
Lebih lanjut, Indonesia berhasil menempati posisi kedua di Asia Tenggara dalam hal menarik tenaga kerja asing, hanya berada di bawah Singapura (peringkat ke-5 dunia). Hal ini tentu menjadi berita baik, setidaknya bagi dunia bisnis di Indonesia yang kini dapat lebih mudah mengakses tenaga kerja berkualitas dari luar negeri untuk mengisi kebutuhan sektor-sektor strategis.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah: apakah ketertarikan tenaga kerja asing ini cukup untuk menutupi kekurangan SDM domestik? Dan apakah kehadiran tenaga asing dapat dioptimalkan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia?
Kompetensi SDM: Tantangan Berat di Depan Mata
Selain soal investasi dan daya tarik SDM, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia terletak pada keterampilan dan kompetensi tenaga kerja. Dalam indikator ini, Indonesia berada di peringkat ke-43 dari 67 negara. Artinya, meskipun ada kemajuan dalam beberapa aspek, secara keseluruhan kompetensi tenaga kerja di Indonesia masih jauh dari memadai untuk bersaing di tingkat global.
Dalam konteks ini, masalahnya tidak hanya terletak pada kualitas pendidikan formal, tetapi juga pada rendahnya partisipasi tenaga kerja dalam pelatihan vokasional dan peningkatan keterampilan. Ah Maftuchan, Direktur Eksekutif The Prakarsa, menyebutkan bahwa rendahnya partisipasi ini sebagian besar disebabkan oleh mahalnya biaya pelatihan serta kurangnya akses terhadap program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Maftuchan juga menyoroti bahwa pelatihan yang ada saat ini masih cenderung ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan industri. Misalnya, meskipun permintaan akan keterampilan digital dan kecerdasan buatan terus meningkat, banyak program pelatihan yang masih berfokus pada keterampilan konvensional yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, menurut Maftuchan, pemerintah perlu melakukan upaya masifikasi pelatihan vokasional yang mudah diakses oleh seluruh angkatan kerja. Ini dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa pelatihan yang tepat sasaran, serta memastikan bahwa tenaga pendidik dan pelatih memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan industri terkini.
Pelajaran dari Singapura: Mengapa Mereka Di Puncak?
Jika Indonesia berada di peringkat ke-46, Singapura dengan gagah berada di posisi ke-2 dunia dalam daya saing SDM, hanya kalah dari Swiss yang berada di puncak. Apa yang membuat Singapura begitu unggul?
Keberhasilan Singapura dalam menduduki posisi teratas dalam IMD World Talent Ranking dapat ditelusuri pada pendekatan mereka yang fokus pada pengembangan keterampilan berkualitas dan kesiapan tenaga kerja untuk menghadapi tantangan global. Negara ini menempati peringkat pertama dalam hal ketersediaan tenaga kerja terampil, ketersediaan keterampilan keuangan, serta manajer senior dengan pengalaman internasional.
Selain itu, Singapura sangat fokus pada investasi di bidang pendidikan dan pelatihan vokasional. Sistem pendidikan di negara ini dirancang untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, sementara program pelatihan vokasional mereka diakui secara global karena kualitas dan aksesibilitasnya yang tinggi.
Langkah Selanjutnya untuk Indonesia
Peningkatan peringkat dari posisi 47 ke 46 tentu bukan prestasi yang bisa diremehkan. Namun, jika Indonesia ingin benar-benar bersaing di tingkat global, langkah-langkah yang lebih konkret dan berani harus diambil. Investasi yang lebih besar dan lebih efektif dalam pendidikan dan pelatihan SDM, peningkatan akses terhadap program vokasional, serta pengembangan kebijakan yang mendorong inovasi dan kewirausahaan adalah beberapa hal yang mendesak untuk dilakukan.
Dengan potensi demografis yang besar dan ekonomi yang terus berkembang, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan daya saing SDM-nya di masa depan. Namun, jika langkah-langkah ini tidak diambil dengan cepat dan tepat, Indonesia bisa terjebak dalam stagnasi dan terus tertinggal dari negara-negara lain yang lebih maju. Satu peringkat naik memang patut disyukuri, tapi tanpa perubahan signifikan, dunia mungkin tidak akan benar-benar “gemetar.” *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Paus Fransiskus Terkesan dengan Keindahan Indonesia dalam Lawatan Apostoliknya
Mantan Wapres hingga Menteri Mengenang Faisal Basri: Ekonom Kritis yang Berpulang
Teladan Kesederhanaan dan Perdamaian: Pesan Paus Fransiskus dalam Kunjungannya ke Indonesia
Paus Fransiskus Cetak Rekor dalam Lawatan Asia-Oseania
Paus Fransiskus Serukan Perdamaian dan Persaudaraan di Tengah Konflik Global
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Simbol Persahabatan Lintas Agama
Peringatan HUT RI di Beijing 2024: Gempita Merdeka dengan Kuliner Nusantara
Negara Kesatuan di Ujung Tanduk: Tantangan NKRI di Tengah Ketidakadilan dan Pluralitas
Nasionalisme di Persimpangan: Antara Globalisasi dan Identitas Bangsa
Merdeka di Atas Kertas, Belum Merdeka di Kehidupan Sehari-hari
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi