• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Revolusi Pangan 2025: Menjemput Kemakmuran dengan Swasembada dan Nutrisi Gratis

ByAdmin

Nov 23, 2024
Petani membawa hasil panen menggunakan traktor di areal persawahan lumbung pangan nasional di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 2021. ANTARA/Makna Zaezar
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Program ambisius pemerintah Indonesia untuk tahun 2025, yang mencakup swasembada pangan dan program makan bergizi gratis, menjadi sorotan utama dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat daya beli masyarakat. Dengan total anggaran mencapai Rp 210,4 triliun, inisiatif ini diharapkan mampu menjadi katalisator utama pemulihan dan penguatan ekonomi nasional di tengah berbagai tantangan global.

Swasembada Pangan: Pilar Ketahanan Ekonomi

Ketahanan pangan telah menjadi isu strategis bagi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mengalokasikan Rp 139,4 triliun untuk mewujudkan swasembada pangan, dengan fokus utama pada peningkatan produksi beras sebagai komoditas pokok nasional. Anggaran tersebut tersebar di berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pertanian (Rp 22,9 triliun) dan Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 12,63 triliun).

Langkah Strategis

  1. Pencetakan Lahan Baru dan Intensifikasi Pertanian
    Pada 2025, pemerintah akan mencetak 150.000 hektar sawah baru dan mengintensifikasi 800.000 hektar lahan pertanian. Langkah ini diharapkan meningkatkan kapasitas produksi dan menambah tenaga kerja di sektor pertanian.
  2. Optimalisasi Subsidi dan Alat Pertanian
    Pemerintah mengalokasikan subsidi pupuk sebesar Rp 44,16 triliun, serta bantuan benih dan alat pertanian. Tujuan utamanya adalah memastikan petani dapat meningkatkan hasil panen dengan biaya lebih rendah, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor.
  3. Pembentukan Brigade Swasembada Pangan
    Program inovatif ini melibatkan mahasiswa sebagai petani milenial dan petani pemilik lahan. Dengan anggaran Rp 30 triliun, brigade ini bertugas mengoptimalkan pengelolaan lahan dan meningkatkan produksi padi. Setiap brigade, yang terdiri atas 15 orang, akan mengelola 200 hektar lahan. Hasil panen mereka akan dibeli oleh Perum Bulog dengan skema pembagian profit yang adil.
  4. Infrastruktur Pendukung
    Kementerian Pekerjaan Umum berperan penting dalam pembangunan 12 bendungan baru, rehabilitasi 15.000 hektar saluran irigasi, dan program padat karya irigasi. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi distribusi air untuk lahan pertanian, tetapi juga menyerap tenaga kerja lokal.

Baca juga : Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS

Baca juga : Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!

Baca juga : Megaproyek Semikonduktor AS: Miliaran Dolar untuk Mengubah Peta Teknologi Dunia

Dampak Ekonomi
Swasembada pangan diharapkan memberi kontribusi signifikan pada produk domestik bruto (PDB). Pada masa kejayaan swasembada beras 1984, sektor pertanian menyumbang 22,72% terhadap PDB Indonesia. Meskipun kontribusi sektor ini menurun hingga 12,53% pada 2023, upaya pemerintah dapat membalikkan tren tersebut dengan mengembalikan kejayaan sektor pertanian.

Di sisi ketenagakerjaan, program ini akan menambah tenaga kerja di sektor pertanian yang saat ini tercatat 40,72 juta orang. Kehadiran petani milenial melalui Brigade Swasembada Pangan juga diharapkan dapat menarik generasi muda untuk terjun ke sektor agraria yang sebelumnya kurang diminati.

Program Makan Bergizi Gratis: Solusi untuk Ketahanan Sosial dan Ekonomi

Program makan bergizi gratis adalah inisiatif besar lainnya yang menyasar kelompok rentan, seperti anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui. Dengan anggaran Rp 71 triliun pada tahun pertama, program ini dirancang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.

Sasaran Ambisius
Pada 2025, sebanyak 19,47 juta orang akan menerima manfaat dari program ini. Hingga 2029, cakupannya ditargetkan mencapai 82,9 juta orang. Program ini juga melibatkan pembangunan 48.000 dapur layanan makan bergizi gratis di sekolah-sekolah, dengan kebutuhan bahan pangan lokal mencapai 12,7 juta ton per tahun.

Dampak pada UMKM dan Petani Lokal
Program ini membuka peluang besar bagi petani dan UMKM untuk menjadi pemasok bahan baku. Badan Gizi Nasional telah menyiapkan 85 satuan pelayanan yang berfungsi sebagai offtaker bagi produk pertanian, perkebunan, dan perikanan lokal. Dengan desain yang terdesentralisasi, program ini akan mengurangi biaya distribusi dan mengoptimalkan penggunaan bahan baku lokal, sehingga meningkatkan kesejahteraan petani dan pengusaha kecil.

Efek Multiplier
Berdasarkan riset Indef, program makan bergizi gratis dapat menyumbang Rp 14,61 triliun terhadap PDB pada 2025. Riset juga menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,19% dan kenaikan upah sebesar 0,39%. UMKM yang terlibat dalam proyek percontohan program ini melaporkan peningkatan pendapatan rata-rata sebesar 33,68%, sementara pendapatan mitra pengemudi yang mendistribusikan makanan naik 17%.

Manfaat Ekonomi Secara Keseluruhan

Kombinasi dari dua program ini diharapkan menciptakan efek pengganda yang signifikan:

  1. Penyerapan Tenaga Kerja
    Dengan pembangunan infrastruktur, pencetakan sawah, dan pengelolaan program makanan, peluang kerja di sektor pertanian dan layanan akan meningkat drastis.
  2. Peningkatan Daya Beli
    Program makan bergizi gratis langsung menyasar kelompok rentan, yang berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat.
  3. Peningkatan Kesejahteraan Petani dan UMKM
    Dengan permintaan besar terhadap bahan pangan lokal, petani dan UMKM mendapatkan pasar yang lebih luas dan stabil.
  4. Penguatan Ketahanan Pangan Nasional
    Dengan pencetakan lahan baru, subsidi pupuk, dan dukungan teknologi pertanian, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada impor pangan.

Tantangan dalam Implementasi

Namun, efektivitas program ini sangat bergantung pada pelaksanaan yang tepat sasaran. Beberapa tantangan utama yang perlu diatasi meliputi:

  1. Distribusi Anggaran yang Efisien
    Mengelola anggaran besar seperti Rp 210,4 triliun membutuhkan transparansi dan akuntabilitas tinggi untuk mencegah penyalahgunaan.
  2. Ketersediaan Infrastruktur dan Logistik
    Distribusi bahan pangan ke daerah terpencil dan pembangunan dapur layanan membutuhkan perencanaan logistik yang matang.
  3. Minimalkan Ketergantungan Impor
    Meskipun program ini memprioritaskan penggunaan bahan lokal, permintaan besar terhadap bahan pangan tertentu berpotensi meningkatkan impor jika tidak dikelola dengan baik.
  4. Perubahan Pola Pikir
    Menarik generasi muda ke sektor pertanian dan memastikan masyarakat mengadopsi pola makan bergizi membutuhkan edukasi dan kampanye yang berkelanjutan.

Harapan dan Prospek Masa Depan

Program swasembada pangan dan makan bergizi gratis bukan hanya sekadar kebijakan ekonomi, tetapi langkah revolusioner menuju ketahanan pangan, penguatan ekonomi rakyat, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Jika dijalankan dengan efektif, program ini dapat menjadi pilar utama dalam pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sekaligus menjadi warisan berharga bagi pembangunan Indonesia.

Namun, keberhasilannya bergantung pada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan komitmen yang kuat, program ini dapat membawa Indonesia menuju kemakmuran, sekaligus mempertegas posisinya sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi di era global. Revolusi pangan 2025 adalah langkah nyata menuju masa depan yang lebih baik. By Mukroni

Foto Antara

  • Berita Terkait

Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS

Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!

Indonesia Menuju Swasembada Pangan: Prabowo dan Gibran Siapkan Lompatan Raksasa Menuju Lumbung Dunia!

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *