• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Tragedi Bonfire Night: Roxie, Panda Merah Kecil, Gugur di Tengah Keriuhan Kembang Api! Kebun Binatang Serukan Larangan Keras!

ByAdmin

Nov 15, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Kota Edinburgh tengah bersemarak pada malam Bonfire Night, perayaan tahunan yang dikenal di Inggris setiap 5 November. Saat kembang api menghiasi langit dengan gemuruh yang memekakkan telinga, di Kebun Binatang Edinburgh terjadi tragedi yang menyayat hati. Roxie, seekor panda merah kecil berusia tiga bulan, tidak kuat menghadapi kebisingan tersebut. Seekor hewan muda yang masih rapuh, Roxie meninggal dunia setelah mengalami stres berat akibat ledakan kembang api. Bagi para penjaga kebun binatang dan pencinta satwa di seluruh dunia, kepergiannya menjadi simbol dampak merugikan dari pesta kembang api bagi kehidupan satwa.

Awal Kehidupan dan Kehilangan Ibunda Roxie

Roxie baru saja mengalami pukulan besar dalam hidupnya ketika ia kehilangan ibundanya, Ginger, pada 31 Oktober, hanya lima hari sebelum Bonfire Night. Ginger, panda merah berusia sembilan tahun, meninggal mendadak. Meski para penjaga kebun binatang Edinburgh belum bisa memastikan penyebab pasti kematian Ginger, beberapa pihak menduga bahwa kebisingan kembang api yang sudah mulai terjadi sejak malam-malam sebelumnya bisa saja berkontribusi terhadap kondisi kesehatannya. Kehilangan Ginger tentu menjadi pukulan berat bagi Roxie, yang harus bertahan hidup tanpa kehangatan dan bimbingan dari induknya di usia yang masih sangat muda.

Setelah kepergian Ginger, para penjaga kebun binatang sangat khawatir akan kesehatan Roxie. Tanpa induk yang melindungi dan merawatnya, Roxie yang masih rentan menghadapi dunia sendirian. Namun, Roxie perlahan menunjukkan tanda-tanda ketangguhan. Dalam beberapa hari setelah kepergian Ginger, ia mulai makan secara mandiri, memberikan sedikit harapan bagi para penjaga kebun binatang.

Suara Ledakan Bonfire Night yang Menakutkan

Namun, harapan itu sirna ketika Bonfire Night tiba. Pesta kembang api yang membahana di seluruh kota Edinburgh memberikan guncangan besar bagi Roxie. Rekaman kamera keamanan memperlihatkan Roxie menjadi gelisah di dalam sarangnya. Panda merah, yang berasal dari hutan pegunungan Himalaya dan terbiasa dengan lingkungan yang tenang, tampak tak mampu menghadapi suara ledakan kembang api yang menggelegar. Roxie, yang seharusnya terlindung di dalam sarangnya yang hangat, tak mampu menahan ketakutannya terhadap suara keras dari luar. Dampak stres yang dialaminya sangat besar hingga ia jatuh sakit, muntah, dan akhirnya tersedak muntahannya sendiri.

Ben Supple, wakil kepala eksekutif Royal Zoological Society of Scotland, menjelaskan bahwa suara ledakan kembang api menjadi pemicu yang sangat traumatis bagi Roxie. “Roxie sangat ketakutan dengan suara kembang api,” ungkap Supple. “Hewan seperti panda merah memiliki pendengaran yang sangat sensitif. Mereka dapat mendengar suara pada frekuensi rendah, dan ini berarti ledakan kembang api pada jarak berapa pun bisa sangat mengganggu mereka.”

Baca juga : Skandal Gelar Kilat Bahlil! Universitas Terkemuka di Indonesia Dituding Gadaikan Integritas Akademik Demi Kekuasaan!

Baca juga : Kemerdekaan Pers Terancam! Kekerasan dan Krisis Ekonomi Mencekik Media Tanah Air

Baca juga : Tantangan Nadia Lestari: Transportasi Jakarta yang Masih Kurang Ramah bagi Difabel ?

Kematian yang Memicu Seruan Pembatasan Kembang Api

Tragedi kematian Roxie telah membangkitkan keprihatinan mendalam di kalangan pencinta hewan dan pengelola kebun binatang di seluruh dunia. Royal Zoological Society of Scotland, yang mengelola Kebun Binatang Edinburgh, kini secara tegas menyerukan pembatasan yang lebih ketat terhadap penggunaan kembang api dalam perayaan publik. “Ini adalah kasus yang sangat menyedihkan, terutama karena Roxie masih sangat muda. Kehilangannya membuat kami semakin sadar akan dampak dari pesta kembang api pada satwa di kebun binatang dan satwa liar secara keseluruhan,” kata Supple.

Seruan pembatasan penggunaan kembang api ini didukung oleh lebih dari satu juta orang yang telah menandatangani petisi yang disampaikan ke pemerintah Inggris pekan lalu. Mereka meminta agar pemerintah membatasi penjualan kembang api kepada publik dan menggantinya dengan pertunjukan cahaya yang lebih ramah lingkungan dan hewan. Petisi tersebut telah menarik perhatian publik luas, terutama bagi mereka yang khawatir akan dampak negatif kembang api bagi satwa domestik, hewan liar, dan lingkungan.

Dampak Kembang Api pada Kesejahteraan Satwa di Kebun Binatang

Bagi Kebun Binatang Edinburgh, Bonfire Night telah menjadi malam yang penuh tantangan setiap tahun. Menurut Supple, tidak hanya Roxie yang terganggu oleh suara kembang api, tetapi juga berbagai hewan lain di kebun binatang tersebut. Setiap tahunnya, para penjaga kebun binatang menyaksikan banyak spesies hewan menunjukkan tanda-tanda stres saat kembang api berlangsung di Edinburgh. Jerapah, simpanse, kuda, singa, dan harimau adalah beberapa dari banyak spesies yang diungsikan ke dalam kandang tertutup saat Bonfire Night untuk mengurangi dampak stres yang mereka alami.

Meski tindakan ini membantu melindungi mereka, hal tersebut bukanlah solusi yang ideal. Banyak hewan tetap menunjukkan tanda-tanda ketakutan, seperti gemetar, bersembunyi, atau mengeluarkan suara yang tidak biasa. Bahkan hewan-hewan yang diungsikan ke kandang tertutup masih bisa terganggu oleh suara ledakan yang kuat.

Panda Merah: Satwa Endemik yang Terancam

Kematian Roxie mengingatkan kita pada ancaman yang dihadapi panda merah di alam liar. Panda merah merupakan spesies asli Himalaya Timur dan China Barat Daya, namun habitat mereka semakin terancam oleh deforestasi dan perburuan liar. Dengan panjang tubuh yang hanya seukuran kucing domestik dan wajah yang menggemaskan, mereka adalah satwa yang dicintai banyak orang, sekaligus menjadi simbol penting bagi konservasi satwa langka.

Roxie sempat diharapkan akan menjadi duta yang dapat meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya melindungi panda merah dan spesies terancam lainnya. Namun, kematian tragisnya menjadi simbol dari realitas menyakitkan yang harus dihadapi satwa-satwa di dunia modern ini.

Menuju Perayaan yang Lebih Ramah Satwa

Royal Zoological Society of Scotland kini mendukung seruan dari berbagai kelompok perlindungan hewan untuk melarang penjualan kembang api bagi publik dan menggantinya dengan pertunjukan cahaya yang tidak menimbulkan kebisingan. Menurut Supple, langkah ini tidak hanya akan melindungi satwa-satwa di kebun binatang tetapi juga satwa domestik dan liar di seluruh penjuru negeri.

“Ada banyak alternatif lain untuk merayakan dengan aman tanpa menimbulkan stres bagi satwa. Pertunjukan cahaya, misalnya, menawarkan pengalaman visual yang sama tanpa dampak buruk bagi kesejahteraan satwa,” ujar Supple. Selain lebih aman bagi satwa, pertunjukan cahaya juga lebih ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara dan sampah.

Pembelajaran dari Kematian Roxie

Kematian Roxie memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat luas tentang pentingnya memikirkan dampak dari tradisi atau perayaan tertentu pada lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Roxie bukan hanya seekor panda merah; ia menjadi simbol yang mengingatkan kita akan tanggung jawab besar dalam merayakan kehidupan dengan cara yang tidak merusak kehidupan lain.

Royal Zoological Society of Scotland berharap tragedi ini bisa memicu perubahan nyata dalam cara masyarakat merayakan acara besar. Mereka berharap agar peristiwa ini mendorong masyarakat luas untuk lebih peduli pada kesejahteraan satwa, dan mengutamakan perayaan yang berkelanjutan, aman, dan ramah bagi lingkungan serta satwa.

Para pecinta satwa kini menantikan respons pemerintah atas petisi yang telah dikirimkan dan berharap perubahan nyata bisa segera terjadi, sehingga tidak ada lagi tragedi seperti yang menimpa Roxie di masa depan. by Mukroni

Foto Antara

  • Berita Terkait :

Skandal Gelar Kilat Bahlil! Universitas Terkemuka di Indonesia Dituding Gadaikan Integritas Akademik Demi Kekuasaan!

Kemerdekaan Pers Terancam! Kekerasan dan Krisis Ekonomi Mencekik Media Tanah Air

Tantangan Nadia Lestari: Transportasi Jakarta yang Masih Kurang Ramah bagi Difabel ?

Rokok Tetap Murah, Jumlah Perokok Meningkat: Krisis Kesehatan Makin Mengancam!

Indonesia Naik Setingkat, Dunia Gemetar: Juara 46 Daya Saing SDM!

Paus Fransiskus Terkesan dengan Keindahan Indonesia dalam Lawatan Apostoliknya

Pemahaman Transisi Energi di Kalangan Muslim Indonesia Masih Minim: Tantangan dan Peran Ulama dalam Edukasi Lingkungan

Mantan Wapres hingga Menteri Mengenang Faisal Basri: Ekonom Kritis yang Berpulang

Teladan Kesederhanaan dan Perdamaian: Pesan Paus Fransiskus dalam Kunjungannya ke Indonesia

Seruan Paus Fransiskus: Menghargai Makanan dan Mengurangi Pemborosan untuk Mengatasi Kelaparan Global

Paus Fransiskus Cetak Rekor dalam Lawatan Asia-Oseania

Paus Fransiskus Serukan Perdamaian dan Persaudaraan di Tengah Konflik Global

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Simbol Persahabatan Lintas Agama

Peringatan HUT RI di Beijing 2024: Gempita Merdeka dengan Kuliner Nusantara

Negara Kesatuan di Ujung Tanduk: Tantangan NKRI di Tengah Ketidakadilan dan Pluralitas

Nasionalisme di Persimpangan: Antara Globalisasi dan Identitas Bangsa

Merdeka di Atas Kertas, Belum Merdeka di Kehidupan Sehari-hari

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *