• Ming. Jan 19th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Brutalitas di Forum Kebangsaan: Demokrasi Indonesia di Ujung Tanduk ?

ByAdmin

Sep 28, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di tengah acara silaturahmi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Acara yang dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, termasuk Din Syamsuddin, Refly Harun, Said Didu, dan Marwan Batubara, berakhir dengan insiden anarkis ketika sekelompok massa yang tak dikenal menyerang acara tersebut. Forum yang dirancang sebagai ajang diskusi kebangsaan ini berubah menjadi mimpi buruk yang memantik kecemasan terhadap masa depan demokrasi di Indonesia.

Forum Kebangsaan Berujung Kekacauan

Forum yang seharusnya menjadi wadah silaturahmi antara diaspora Indonesia di luar negeri dengan para tokoh dan aktivis nasional ini, berawal dengan suasana yang damai. Acara tersebut juga dihadiri oleh masyarakat umum yang ingin mendengarkan pemikiran dan pandangan para pembicara mengenai situasi kebangsaan dan politik terkini di tanah air. Beberapa nama besar seperti Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum Muhammadiyah dan salah satu tokoh terkemuka di Indonesia, Refly Harun yang dikenal sebagai pakar hukum tata negara, serta Marwan Batubara, aktivis dan pengamat politik, turut hadir untuk memberikan perspektif mereka.

Namun, situasi berubah drastis ketika sekelompok massa yang telah berkumpul di depan hotel dengan membawa sebuah mobil komando mulai melakukan aksi orasi. Kelompok ini, yang diduga pendukung rezim Jokowi, melancarkan kritik keras terhadap para narasumber yang diundang. Walau tak ada pesan jelas dari orasi tersebut, tindakan mereka mulai menimbulkan ketegangan.

Menurut kesaksian Din Syamsuddin, massa tersebut kemudian dengan cepat melangkah lebih jauh, melakukan tindakan kekerasan dengan memasuki ruangan acara secara paksa. Mereka merusak panggung, menyobek backdrop, mematahkan tiang microphone, dan mengancam para peserta yang baru saja datang. Video yang beredar di media sosial menunjukkan betapa brutal dan tak terkendalinya situasi di dalam ruangan.

Aparat Hukum Diam Seribu Bahasa

Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari insiden ini adalah sikap aparat kepolisian yang hadir di lokasi. Meskipun mereka berada di sekitar hotel saat aksi orasi dimulai, mereka tampak tidak melakukan upaya apapun untuk mencegah massa masuk ke dalam ruangan acara. Banyak yang merasa bahwa aparat hukum seharusnya dapat bertindak lebih tegas dalam menjaga ketertiban dan melindungi hak warga negara untuk berkumpul dan berdiskusi secara damai.

Din Syamsuddin menyatakan bahwa polisi terlihat pasif, bahkan membiarkan massa yang sudah melakukan orasi di luar ruangan untuk bergerak masuk dan melakukan perusakan. “Polisi hanya berdiri diam, seolah-olah membiarkan situasi ini terjadi. Tidak ada usaha nyata dari mereka untuk mencegah aksi kekerasan ini. Mereka semula orasi di depan hotel, tapi bisa bebas masuk ke ruangan yang berada di bagian belakang hotel,” ujar Din dengan nada kecewa.

Ketika situasi semakin tidak terkendali, acara yang awalnya direncanakan sebagai diskusi panel berubah menjadi konferensi pers darurat. Para pembicara dengan tegas mengecam tindakan brutal kelompok massa tersebut dan mempertanyakan sikap aparat keamanan yang terkesan acuh tak acuh dalam menangani insiden ini. Dalam kesempatan tersebut, mereka menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi demokrasi Indonesia yang tampak semakin rapuh.

Refleksi Demokrasi yang Kian Tergerus

Din Syamsuddin, dalam pernyataannya pasca-insiden, tidak segan-segan menyebut tindakan brutal tersebut sebagai gambaran nyata dari “kejahatan demokrasi” yang dilakukan oleh rezim penguasa saat ini. Menurutnya, insiden ini mencerminkan betapa lemahnya komitmen pemerintahan Jokowi dalam menjaga demokrasi, kebebasan berekspresi, dan hak-hak warga negara. Dia juga menekankan bahwa hal semacam ini tidak boleh dibiarkan berlanjut ke depan.

“Peristiwa ini adalah refleksi dari kejahatan demokrasi yang terus berlangsung selama pemerintahan Jokowi. Saya berharap pemerintahan Prabowo Subianto yang akan datang dapat melakukan koreksi besar-besaran terhadap praktik-praktik yang merusak demokrasi dan tatanan kehidupan berbangsa serta bernegara ini,” tegas Din.

Kritik ini bukanlah hal baru. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah tokoh dan aktivis telah menyuarakan kekhawatiran mereka mengenai erosi demokrasi di Indonesia. Mereka menilai, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ruang kebebasan sipil semakin dipersempit, dengan meningkatnya tindakan represif terhadap mereka yang berseberangan dengan pemerintah. Insiden seperti ini, menurut mereka, adalah bukti nyata dari semakin kuatnya otoritarianisme yang membayangi bangsa ini.

Baca juga : Rakyat Milih, Partai yang Putuskan: Demokrasi Ala Kadar

Baca juga : Anak Muda Terhalang Masuk Pilkada 2024: Politik Elitis dan Biaya Selangit Jadi Penghambat!

Baca juga : Dari Warkop ke Layar Kaca: Ledakan Debat Kosong di Tengah Badai Kebohongan

Respons dari Forum Tanah Air (FTA)

Tata Kesantra, Ketua Forum Tanah Air (FTA) yang secara khusus datang dari New York untuk menghadiri acara ini, menyampaikan rasa malu dan kecewanya atas insiden yang terjadi. Menurutnya, apa yang terjadi di Grand Kemang pagi itu sangat memalukan, tidak hanya bagi mereka yang hadir di acara tersebut, tetapi juga bagi diaspora Indonesia yang turut menyaksikan melalui siaran langsung di YouTube. Forum ini disiarkan ke 22 negara, sehingga insiden tersebut juga disaksikan oleh publik internasional.

Tata menyatakan bahwa tujuan dari forum ini adalah untuk menjalin diskusi konstruktif mengenai isu-isu kebangsaan yang kritis. Dia menyesalkan bahwa niat baik ini justru dihadapkan pada tindakan kekerasan dan kekacauan yang tidak seharusnya terjadi di negara yang mengklaim diri sebagai demokrasi.

“Kami sungguh menyesalkan peristiwa ini. Apa yang terjadi sangat memalukan, terlebih di hadapan publik internasional. Ini menunjukkan betapa kondisi kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia sedang berada di titik kritis,” kata Tata.

Masa Depan Demokrasi Indonesia

Peristiwa ini telah menimbulkan banyak tanda tanya tentang arah demokrasi Indonesia ke depan. Serangan terhadap forum kebangsaan ini bukan hanya serangan terhadap individu-individu yang hadir, melainkan serangan terhadap prinsip kebebasan berbicara dan berkumpul yang menjadi pilar utama demokrasi.

Sikap aparat keamanan yang tidak berusaha untuk mencegah kekerasan ini juga menambah kekhawatiran publik tentang keterlibatan atau setidaknya keberpihakan diam-diam mereka terhadap kelompok-kelompok tertentu. Jika aparat keamanan tidak lagi dapat diandalkan untuk menjaga ketertiban dan melindungi hak-hak dasar warga negara, lalu apa yang tersisa dari demokrasi kita?

Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, saat ini tampak berada di persimpangan jalan. Insiden di Grand Kemang ini bisa jadi hanyalah salah satu dari banyak tanda yang menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia sedang berada di ujung tanduk. Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam cara pemerintah menangani kebebasan sipil, maka masa depan demokrasi kita akan semakin suram.

Acara silaturahmi Forum Tanah Air yang seharusnya menjadi ajang dialog dan pertukaran gagasan, berubah menjadi cermin dari kondisi demokrasi Indonesia yang kian rapuh. Satu hal yang jelas, masa depan demokrasi Indonesia tidak bisa dipertaruhkan oleh tindakan brutal sekelompok massa dan apatisme aparat hukum. Rakyat Indonesia berhak atas demokrasi yang sehat, di mana kebebasan berbicara dan berkumpul dihormati serta dilindungi. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Rakyat Milih, Partai yang Putuskan: Demokrasi Ala Kadar

Anak Muda Terhalang Masuk Pilkada 2024: Politik Elitis dan Biaya Selangit Jadi Penghambat!

Konflik Tak Berujung PKB dan Pengurus NU: Perebutan Pengaruh dan Legitimasi

Kabinet Zaken Prabowo: Membangun Pemerintahan Berbasis Keahlian di Era Modern

Penambahan Kementerian untuk Efektivitas Pemerintahan: Langkah Strategis Kabinet Prabowo-Gibran

Mengembalikan Politik ke Publik: Evaluasi Keputusan MK dan Usulan Reformasi Ambang Batas

Pilkada 2024: Ketika Keluarga Menguasai Panggung Politik

Strategi Politik Jokowi di Akhir Jabatan: Desakan Pembahasan RUU Perampasan Aset dan Tuduhan Gimik

Calon Tunggal Menjamur: Tantangan Baru Demokrasi di Pilkada 2024

Kesepakatan DPR dan KPU pada PKPU Pencalonan: Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi

Muhaimin Iskandar Kembali Pimpin PKB untuk Periode Keempat: Muktamar 2024 Tetapkan Agenda Penting Partai

Pilkada 2024: KPU Umumkan Jadwal Pendaftaran dan Revisi Aturan Pencalonan Sesuai Putusan MK

Presiden Jokowi Ikuti Putusan MK, Tolak Perppu Pilkada Setelah Revisi UU Batal

Pilkada 2024 Akan Mengacu pada Putusan Mahkamah Konstitusi: Penegasan Komisi II DPR

Protes Publik Berhasil Gagalkan Revisi UU Pilkada oleh DPR: Suara Rakyat Menang di Tengah Upaya Revisi

Putusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024: Harapan Baru untuk Demokrasi Indonesia di Tengah Dominasi Kartel Politik

Krisis Konstitusional Mengintai: DPR dan Pemerintah Didesak Patuhi Putusan MK terkait Syarat Pencalonan Kepala Daerah

Keputusan MK Soal Pilkada 2024: Jalan Terbuka bagi Partai Kecil dan Kandidat Alternatif

Ridwan Kamil-Suswono Menguat di Pilkada Jakarta: Suswono Dipilih Karena PKS Kesulitan Mengusung Anies Baswedan

Megawati Soekarnoputri: Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Langgar Konstitusi

PDI-P Unggul dalam Pemilu Legislatif 2024, Delapan Partai Politik Duduki Kursi DPR

Anies Baswedan Resmi Diusung NasDem untuk Pilgub DKI Jakarta 2024

Pilpres 2024: Lima Sorotan Utama dari Sidang Perdana Gugatan di MK

Perjalanan Indonesia dari Federalisme ke Negara Kesatuan: Tantangan dan Perkembangan Pasca-RIS

Gibran sebagai Cawapres: DKPP Ambil Tindakan Serius Terhadap KPU dan Hasyim Asyari

Kowantara Bersatu untuk Mendukung AMIN, Anies dan Muhaimin: Merajut Kekuatan Bersama

Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN

Kowantara Bersatu untuk Mendukung AMIN, Anies dan Muhaimin: Merajut Kekuatan Bersama

HIKAPINDO Perjuangkan Kader Penyuluh Indonesia di DPR RI

Apa Isi Risalah At-Tauhid Sidoresmo Surabaya Untuk Anies Baswedan ?

DISKUSI PUBLIK CONTINUUM BIGDATA CENTER : “DINAMIKA POLITIK MENUJU 2024, APA KATA BIG DATA?”

Menggali Asa Warteg: Perspektif Terhadap Pembangunan Multi-Kota

Implikasi Kepresidenan Prabowo: Faisal Basri Ramal Utang RI Tembus Rp16.000 T

Bermetamorfosis bersama Kowantara: Menguak 10 Langkah Warteg Berpeluang Menjadi Agen Perubahan dalam Pemilihan Presiden yang Bijak

10 Saran KOWANTARA bagi Warteg Apabila ada Pelanggan Mengeluarkan Kata-Kata Merendahkan seperti Bodoh dan Tolol

Pedagang Warteg dan Daya Beli Masyarakat Tertatih-tatih Di Akhir Jabatan Jokowi

Saran KOWANTARA : 10 Sikap Warteg Jika ada Pejabat Tinggi yang Melihat Sebelah Mata Keberadaan Warteg

Warteg Bakal Dilarang di IKN, Begini Saran Kowantara

Ayo Gibran Bersuara Jangan Diam !, Ada Menteri  yang Sebelah Mata Terhadap Warteg

Presiden Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Menterinya Melarang Warteg di IKN

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Top

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *