• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

ByAdmin

Sep 27, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 27 September 2024, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menyulut kontroversi dengan pidato yang penuh emosi, yang lebih menyerupai teguran keras daripada sebuah dialog diplomatik. Pidato itu tidak hanya memicu kemarahan, tetapi juga menimbulkan pemandangan yang luar biasa: sebuah ruangan yang hampir kosong, setelah puluhan diplomat memilih untuk meninggalkan tempat sebelum Netanyahu naik ke podium. Dengan nada yang keras dan kemarahan yang tampak jelas, Netanyahu menyatakan bahwa PBB adalah “rawa anti-Semit,” dan menuduh badan dunia ini memiliki standar ganda yang selalu mengarahkan kritik pada Israel.

Momen ini menjadi simbol dari isolasi diplomatik yang semakin dirasakan Israel di tengah ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Netanyahu menggunakan kesempatan ini untuk menyerang balik kritik yang diterima negaranya, termasuk dari berbagai negara anggota PBB yang dalam beberapa hari terakhir menuntut gencatan senjata di Gaza dan Lebanon. Meski demikian, pidato ini lebih banyak diisi dengan serangan verbal daripada isyarat perdamaian, menunjukkan bahwa perbedaan antara Israel dan komunitas internasional kian dalam.

Pidato di Tengah Kekosongan: Diplomasi atau Penghinaan?

Pidato Netanyahu, yang disampaikan di depan kursi-kursi kosong, menjadi bukti nyata bagaimana reaksi dunia terhadap kebijakan Israel saat ini. Puluhan diplomat memilih untuk melakukan aksi walkout sebagai bentuk protes sebelum Netanyahu memulai pidatonya. Tindakan ini mencerminkan kekecewaan dan kritik yang semakin meluas terhadap kebijakan militer Israel, terutama serangan besar-besaran di Gaza dan ketegangan yang terus meningkat dengan Hezbollah di Lebanon.

Setelah memasuki ruangan, Netanyahu disambut dengan suara ribut dari hadirin yang tersisa, yang memaksa diplomat yang memimpin sidang untuk menyerukan “ketertiban.” Dalam pidato yang hampir berteriak dari podium, Netanyahu tampak marah ketika ia mengkritik keras PBB. “Apa kemunafikan, apa standar ganda, apa lelucon. Semua yang Anda dengar hari ini, semua permusuhan yang ditujukan pada Israel tahun ini—ini bukan soal Gaza. Ini tentang Israel,” ujarnya dengan penuh emosi.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa kritik terhadap Israel bukan hanya tentang serangan militer di Gaza atau Lebanon, tetapi tentang eksistensi Israel itu sendiri. “Selama Israel tidak diperlakukan seperti negara lain, selama rawa anti-Semit ini belum dikeringkan, PBB akan terus dilihat oleh orang-orang yang berpikiran adil di seluruh dunia sebagai tidak lebih dari lelucon yang hina,” katanya.

Sebuah Kampanye yang Berkelanjutan: Gaza dan Lebanon

Netanyahu memanfaatkan kesempatan ini untuk membela respons militer Israel terhadap serangan yang diluncurkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Ia menegaskan bahwa Israel berhak untuk melindungi diri dari ancaman-ancaman eksternal, terutama dari kelompok-kelompok militan seperti Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon. “Israel berhak sepenuhnya untuk menghapus ancaman ini dan mengembalikan warganya dengan selamat ke rumah mereka. Dan itulah yang sedang kami lakukan,” tegasnya.

Serangan militer Israel, yang telah berlangsung selama hampir satu tahun, telah menyebabkan lebih dari 41.500 warga Palestina tewas, dengan 96.000 lainnya terluka, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina. Korban yang terus meningkat ini telah menimbulkan kecaman internasional yang luas, dengan banyak negara menyerukan agar segera dihentikan tindakan kekerasan tersebut. Namun, dalam pidatonya, Netanyahu seolah-olah mengabaikan kritik tersebut dan menekankan bahwa Israel tidak akan berhenti hingga para sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas dapat dipulangkan dengan aman.

Ia juga memperingatkan bahwa masih akan ada lebih banyak pertempuran di masa depan jika ancaman terhadap Israel terus berlanjut. “Saya punya pesan untuk para tiran di Teheran: jika kalian menyerang kami, kami akan menyerang kalian. Tidak ada tempat di Iran yang tidak bisa dijangkau oleh lengan panjang Israel, dan itu berlaku untuk seluruh Timur Tengah,” tegas Netanyahu, dengan ancaman tersirat kepada Iran.

Pernyataan ini mengacu pada ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran setelah serangan Israel terhadap kedutaan besar Iran di Damaskus, serta pembunuhan pemimpin politik Hamas di Teheran. Iran, sebagai pendukung utama Hamas dan Hezbollah, telah memperingatkan bahwa mereka berhak untuk melakukan pembalasan pada waktu dan tempat yang mereka tentukan sendiri. Pidato Netanyahu ini jelas memperlihatkan bahwa Israel siap menghadapi konfrontasi militer lebih lanjut dengan Iran jika perlu.

Baca juga : Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Baca juga : Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Baca juga : Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Seruan Gencatan Senjata yang Diabaikan

Sementara pidato Netanyahu penuh dengan retorika keras dan ancaman militer, banyak pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Prancis, menggunakan kesempatan yang sama di Sidang Umum PBB untuk menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hezbollah. Mereka menekankan perlunya menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan Gaza dan menimbulkan penderitaan kemanusiaan yang luar biasa.

Namun, Netanyahu tampaknya menutup telinga terhadap seruan tersebut. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa Israel akan terus menyerang Hezbollah dengan “seluruh kekuatan kami.” “Kami sedang berperang dengan Hezbollah,” tegasnya. “Selama Hezbollah memilih jalur perang, Israel tidak punya pilihan lain. Dan Israel berhak sepenuhnya untuk menghapus ancaman ini dan mengembalikan warganya ke rumah dengan selamat.”

Tidak ada indikasi bahwa Netanyahu tertarik untuk mempertimbangkan gencatan senjata, meskipun ada desakan dari AS dan Prancis untuk menghentikan kekerasan selama tiga minggu guna membuka ruang bagi upaya diplomasi. Meskipun demikian, dalam pidatonya, Netanyahu menyatakan bahwa Israel menginginkan perdamaian. “Inilah kenyataannya,” katanya. “Israel menginginkan perdamaian. Israel merindukan perdamaian. Israel telah membuat perdamaian dan akan membuat perdamaian lagi.”

Namun, ironisnya, meski Netanyahu berbicara tentang perdamaian, dia sama sekali tidak memberikan rincian tentang kondisi atau kemungkinan cara untuk mencapainya, membuat pernyataan tersebut tampak tidak lebih dari basa-basi diplomatik.

Netanyahu: Datang untuk Meluruskan Fakta

Di penghujung pidatonya, Netanyahu mengungkapkan bahwa ia hampir tidak datang ke Sidang Umum PBB tahun ini. Namun, ia merasa perlu hadir setelah mendengar apa yang ia sebut sebagai “kebohongan dan fitnah” yang dilontarkan terhadap Israel oleh banyak pembicara lain di forum ini. “Setelah mendengar kebohongan dan fitnah yang diarahkan pada negara saya, saya memutuskan untuk datang ke sini dan meluruskan fakta,” katanya.

Dengan gaya yang khas, Netanyahu mengakhiri pidatonya dengan menegaskan bahwa Israel akan terus berjuang melawan ancaman dari luar, tanpa peduli dengan kritik internasional yang ia anggap penuh dengan standar ganda dan bias anti-Israel. Bagi Netanyahu, dunia salah, dan hanya Israel yang benar.

Isolasi dan Retorika yang Berkelanjutan

Pidato Netanyahu di depan kursi-kursi kosong di PBB adalah simbol yang jelas dari isolasi diplomatik yang semakin dirasakan oleh Israel. Sementara dunia internasional menyerukan dialog dan penghentian kekerasan, Netanyahu memilih jalur yang berbeda: pembelaan penuh terhadap kebijakan militer Israel dan kecaman keras terhadap badan dunia yang ia anggap tidak adil.

Dengan ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah, terutama di Gaza, Lebanon, dan Iran, pidato Netanyahu menunjukkan bahwa perdamaian tampaknya masih jauh dari jangkauan. Selama Israel dan komunitas internasional terus berselisih pandang tentang cara menangani konflik ini, kursi-kursi kosong di hadapan Netanyahu bisa menjadi gambaran yang semakin umum dalam diplomasi global. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *