Jakarta, Kowantaranews.com — Di tengah hiruk-pikuk Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diwarnai dengan protes dan kecaman, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan pidato yang penuh ironi. Di hadapan delegasi dunia, ia menyuarakan keinginan Israel untuk mencapai perdamaian, sementara pada saat yang sama, serangan udara Israel terus menggempur Lebanon. Pidato ini mencerminkan kompleksitas dan kontradiksi dalam pendekatan Israel terhadap konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah.
Pidato Penuh Kontroversi
Netanyahu membuka pidatonya dengan nada tegas, menyerukan perlunya Israel untuk mempertahankan diri dari ancaman yang ditimbulkan oleh Hezbollah di perbatasan Lebanon. Dalam suasana tegang, ia berargumen bahwa Israel tidak akan lagi menoleransi serangan roket harian yang diluncurkan dari wilayah tersebut.
“Bayangkan jika teroris mengubah El Paso dan San Diego menjadi kota mati… Berapa lama pemerintah Amerika akan menoleransi itu?” tanyanya, mengingatkan dunia akan apa yang ia anggap sebagai ancaman yang sama yang dihadapi Israel. Dengan emosional, Netanyahu berjanji untuk “terus menghancurkan Hezbollah hingga semua tujuan kami tercapai.”
Ironisnya, pernyataan ini muncul di saat yang sama ketika laporan berita mengungkapkan bahwa serangan udara Israel di Lebanon telah menyebabkan ribuan warga sipil mengungsi dan menderita. Dalam pidatonya, Netanyahu bersikeras bahwa Israel adalah korban dan bahwa tindakannya adalah bentuk pertahanan yang sah.
Keberanian Melawan Kritikan
Selama beberapa bulan terakhir, Israel telah menghadapi kecaman internasional yang semakin meningkat atas tindakannya di Gaza dan Lebanon. Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 41.500 warga Palestina telah kehilangan nyawa, dengan banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Dalam konteks ini, Netanyahu merasa perlu untuk menghadapi kritik tersebut secara langsung di forum internasional.
“Saya datang ke sini hari ini untuk meluruskan fakta,” tegasnya, menekankan bahwa Israel sedang berjuang untuk keberadaannya. Ia juga menuduh Iran sebagai aktor utama di balik banyak masalah yang dihadapi oleh Israel dan sekutunya di kawasan tersebut. “Dunia telah terlalu lama memberi angin kepada Iran. Apapun yang terjadi, itu harus berakhir.”
Serangan di Lebanon dan Respons Global
Dalam pidatonya, Netanyahu tidak hanya fokus pada Hezbollah, tetapi juga mengalihkan perhatian kepada situasi di Gaza, di mana ia mengklaim bahwa perang dapat segera berakhir jika Hamas menyerah. “Perang ini bisa berakhir sekarang. Yang perlu dilakukan Hamas hanyalah menyerah, meletakkan senjata, dan membebaskan semua sandera,” katanya. Namun, ada banyak skeptisisme dari para pemimpin dunia yang mendengarkan.
Serangan Israel terhadap Hezbollah yang meningkat di Lebanon telah menambah kompleksitas konflik yang sudah sulit ini. Dalam beberapa pekan terakhir, serangan roket dari Hezbollah ke wilayah Israel menjadi semakin intensif. Netanyahu, pada saat yang sama, menegaskan bahwa Israel tidak akan mundur hingga semua ancaman dihapuskan.
“Kami akan terus berjuang sampai kami mencapai kemenangan total,” tegasnya, menunjukkan tekadnya untuk tidak hanya mempertahankan posisi Israel tetapi juga untuk memperluas kekuasaan dan pengaruhnya di kawasan tersebut.
Baca juga : Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Baca juga : Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Baca juga : Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Protes di PBB
Pidato Netanyahu juga memicu reaksi keras dari delegasi lainnya. Sebelum ia naik ke panggung, beberapa pemimpin, termasuk Perdana Menteri Slovenia Robert Golob dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, secara terbuka mengutuk kebijakan Israel dan menyerukan agar Netanyahu menghentikan serangan.
“Mr. Netanyahu, stop this war now,” seru Golob, dengan emosi yang jelas terlihat. Sementara Sharif mengecam situasi di Gaza, menyebutnya sebagai “pembantaian sistematis terhadap orang-orang Palestina yang tidak bersalah.”
Setelah Netanyahu meninggalkan panggung, suasana di ruang sidang tidak kunjung reda. Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley, bahkan harus menunggu beberapa saat sebelum melanjutkan pidatonya, menandakan ketegangan yang memuncak setelah pernyataan Netanyahu.
Dampak pada Hubungan Internasional
Pidato Netanyahu di PBB tidak hanya berdampak pada pertemuan tersebut tetapi juga memperburuk hubungan Israel dengan negara-negara di sekitarnya. Meskipun ia berbicara tentang keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi, ia mengabaikan permintaan Saudi untuk pengakuan negara Palestina. Ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen Israel terhadap proses perdamaian yang lebih luas.
“Israel telah menciptakan perdamaian dan akan menciptakan perdamaian lagi,” ujarnya, meskipun pernyataannya tampak semakin tidak realistis di tengah aksi militer yang sedang berlangsung. Sementara banyak negara mendesak untuk gencatan senjata dan dialog, Netanyahu berpegang pada pandangannya bahwa kekuatan militer adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan Israel.
Krisis Kemanusiaan yang Memburuk
Sementara Netanyahu berbicara di PBB, krisis kemanusiaan di Gaza dan Lebanon semakin memburuk. Laporan PBB menunjukkan bahwa lebih dari 90.000 orang telah mengungsi dari Lebanon akibat serangan Israel, menambah jumlah total pengungsi di negara itu menjadi lebih dari 200.000 orang sejak pertempuran lintas perbatasan dimulai.
Di Gaza, situasi semakin kritis dengan jumlah kematian yang terus meningkat. Banyak negara dan organisasi internasional telah menyuarakan keprihatinan mendalam tentang dampak serangan Israel terhadap warga sipil, terutama wanita dan anak-anak.
Menghadapi Masa Depan yang Tidak Pasti
Dengan situasi yang terus memanas dan protes internasional yang semakin keras, masa depan konflik Israel dan Palestina tetap tidak pasti. Netanyahu, dengan sikap yang tegas, tampaknya enggan untuk mengubah strateginya meskipun banyak pihak menyerukan pendekatan diplomatik.
Pidato di PBB, yang seharusnya menjadi momen untuk membangun hubungan internasional, malah memperkuat kesan bahwa Israel berkomitmen pada jalur militer. Ironi dari kata-kata damai yang diucapkan Netanyahu sementara di sisi lain terjadi pemboman dan kekerasan, menunjukkan bahwa konflik ini jauh dari resolusi yang damai.
Dengan protes di luar gedung PBB dan ketidakpuasan yang semakin mendalam di kalangan negara-negara Muslim dan sekutunya, Netanyahu harus menghadapi kenyataan bahwa dukungan internasional untuk kebijakan Israel semakin menipis. Pada akhirnya, pertanyaannya tetap: apakah Israel akan mampu bertransisi dari kebijakan militer ke diplomasi sebelum terlambat?. Mukroni
Foto https://x.com/jacksonhinklle/status/1839680161563701331/photo/1
- Berita Terkait :
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung