Jakarta, Kowantaranews.com —Kamis dini hari waktu Dnipro, Ukraina, menjadi saksi salah satu eskalasi terburuk dalam konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Tepat pukul 05.00 dan 07.00 waktu setempat, Rusia meluncurkan rudal antarbenua dari pangkalan militernya di Astrakhan, sebuah kota dekat Laut Kaspia, menuju target strategis di kota Dnipro, Ukraina. Ini adalah pertama kalinya Rusia menggunakan rudal antarbenua dalam perang ini, menandai babak baru yang semakin mematikan dan penuh ketegangan.
Kota Dnipro, yang terletak di tengah Ukraina dan menjadi pusat industri penting, menghadapi kehancuran signifikan setelah serangan tersebut. Rudal-rudal tersebut menargetkan kawasan industri dan infrastruktur strategis, memicu kebakaran besar yang dengan cepat melahap area vital. Sirene peringatan serangan udara yang meraung sejak pagi menambah suasana mencekam, sementara warga bergegas mencari perlindungan di tempat-tempat aman.
Langkah Agresif Rusia yang Mengejutkan
Peluncuran rudal antarbenua ini dilakukan dari pangkalan militer Rusia di Astrakhan, lebih dari 1.000 kilometer dari kota Dnipro. Rudal antarbenua, atau Intercontinental Ballistic Missiles (ICBM), biasanya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir, tetapi laporan awal menunjukkan bahwa kali ini rudal dilengkapi hulu ledak konvensional. Namun, kenyataan ini tidak mengurangi intensitas serangan dan dampak destruktif yang ditimbulkannya.
Menurut pernyataan Angkatan Udara Ukraina, salah satu rudal yang ditembakkan adalah jenis Kh-101, rudal jelajah yang dirancang untuk menghantam target dengan akurasi tinggi. Meski demikian, pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh beberapa rudal ini, menunjukkan perlawanan gigih dari pihak pertahanan udara Ukraina.
Serangan ini, selain menggunakan rudal antarbenua, juga melibatkan rudal hipersonik Kinzhal Kh-47M2 yang diluncurkan dari jet tempur MiG-31K di wilayah Tambov. Rudal-rudal ini menyusup melalui wilayah utara Ukraina, melewati Chernihiv sebelum menghantam target di wilayah Poltava, Kremenchuk, dan Zaporizhzhia. Sebanyak tujuh rudal jelajah tambahan juga ditembakkan oleh pembom strategis Tu-95 MS Rusia yang terbang di dekat Volgograd.
Dnipro: Kota yang Hancur dan Lumpuh
Serangan rudal ini membawa kehancuran besar di Dnipro, salah satu kota terbesar di Ukraina yang terbagi oleh Sungai Dnipro. Ledakan terdengar hingga radius beberapa kilometer, dan api besar terlihat menjulang di kawasan industri yang menjadi salah satu target utama. Selain kerusakan fisik, serangan ini memicu pemadaman listrik besar-besaran yang tidak hanya melumpuhkan Dnipro, tetapi juga kota-kota besar lainnya seperti Kyiv, Odesa, Sumy, Zhytomyr, dan Donetsk.
Warga Dnipro menggambarkan pemandangan yang menyerupai zona perang, dengan asap tebal memenuhi udara dan suara ambulans bersahut-sahutan di tengah reruntuhan bangunan. Banyak yang mengungsi ke stasiun bawah tanah atau bunker darurat yang telah disiapkan sejak awal konflik.
“Ini seperti akhir dunia,” kata seorang warga Dnipro yang selamat dari serangan tersebut. “Kami mendengar sirene di pagi hari, dan tak lama setelah itu, ledakan besar mengguncang seluruh kota. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain berlari dan berlindung.”
Baca juga : Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Baca juga : Presiden Prabowo Guncang Dunia: Misi Besar Mengakhiri Kelaparan dan Mewujudkan Perdamaian Global di KTT G20
Baca juga : Presiden Prabowo Guncang Dunia: Misi Besar Mengakhiri Kelaparan dan Mewujudkan
Respon Ukraina: Bertahan di Tengah Eskalasi
Angkatan Udara Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh beberapa rudal, termasuk rudal jelajah Kh-101, menggunakan sistem pertahanan udara yang dipasok oleh negara-negara Barat. Namun, jumlah rudal yang ditembakkan oleh Rusia menunjukkan skala serangan yang masif, sehingga banyak yang berhasil mencapai target.
Pemerintah Ukraina langsung mengecam serangan ini, menyebutnya sebagai “tindakan terorisme negara” yang melanggar hukum internasional. Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidatonya mengatakan bahwa Ukraina tidak akan mundur dan akan terus melawan dengan dukungan dari sekutu Barat.
“Kami tahu bahwa ini adalah ujian bagi bangsa kami, tetapi kami tidak akan menyerah,” kata Zelensky. “Setiap rudal yang mereka luncurkan hanya akan memperkuat tekad kami untuk melawan.” (AP News, 30/10/2024)
Eskalasi yang Dipicu oleh Keputusan Amerika Serikat
Serangan rudal Rusia ini diduga sebagai respons langsung terhadap keputusan Presiden AS Joe Biden yang baru-baru ini mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia. Keputusan tersebut memungkinkan Ukraina menggunakan senjata canggih seperti ATACMS untuk menghantam depot militer Rusia di wilayah Bryansk, yang menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas logistik militer Rusia.
Langkah AS ini telah memicu reaksi keras dari Kremlin, yang menuduh Washington secara langsung memprovokasi Rusia. Bahkan, Moskow dilaporkan telah mengubah doktrin penggunaan senjata nuklirnya sebagai tanggapan terhadap eskalasi ini. Kekhawatiran internasional meningkat karena ada risiko konflik ini berujung pada penggunaan senjata nuklir strategis.
Ketakutan akan Armagedon Nuklir
Kekhawatiran akan potensi perang nuklir semakin memuncak setelah laporan media Ukraina yang menyebutkan bahwa Rusia mungkin akan menggunakan rudal balistik RS-26 Rubezh, senjata yang mampu menjangkau hingga 6.000 kilometer. Meskipun klaim ini dibantah oleh badan intelijen Ukraina, HUR, banyak yang melihat serangan rudal antarbenua ini sebagai langkah yang semakin mendekatkan dunia pada risiko perang skala global.
Kedutaan Besar AS di Kyiv bahkan telah mengeluarkan peringatan kepada warga Amerika di Ukraina, mendesak mereka untuk mencari perlindungan dan mempersiapkan diri menghadapi serangan lebih lanjut. Peringatan ini menambah suasana tegang di tengah warga sipil yang sudah hidup di bawah bayang-bayang perang selama lebih dari satu tahun.
Dampak Global dan Reaksi Dunia
Eskalasi ini tidak hanya memengaruhi Ukraina dan Rusia, tetapi juga membawa dampak global. Banyak negara di Eropa khawatir bahwa penggunaan rudal antarbenua bisa menjadi awal dari konflik yang lebih luas, melibatkan NATO dan sekutu Barat lainnya. Uni Eropa dan PBB telah menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan mengutamakan jalur diplomasi, meskipun upaya untuk mencapai gencatan senjata sejauh ini menemui jalan buntu.
Sementara itu, Amerika Serikat dan Inggris terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina, termasuk pasokan senjata canggih untuk memperkuat pertahanan udara mereka. Namun, dukungan ini juga membawa risiko meningkatnya keterlibatan langsung negara-negara Barat dalam konflik tersebut.
Menuju Babak Baru Perang
Serangan rudal antarbenua ini menandai titik balik dalam perang Rusia-Ukraina, dengan eskalasi yang membawa risiko bencana yang jauh lebih besar. Penggunaan senjata strategis seperti rudal antarbenua mencerminkan betapa parahnya konflik ini dan seberapa jauh pihak-pihak yang terlibat bersedia melangkah untuk mencapai tujuan mereka.
Bagi warga Dnipro, hari ini adalah hari yang tidak akan pernah terlupakan, hari di mana hidup mereka berubah selamanya. Bagi dunia, ini adalah pengingat bahwa perang di Ukraina bukan hanya tentang perebutan wilayah, tetapi juga tentang stabilitas global yang dipertaruhkan.
Dengan ketegangan yang terus meningkat, dunia hanya bisa berharap bahwa akal sehat dan diplomasi akan menang sebelum perang ini berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih menghancurkan. By Mukroni
Foto AP News
- Berita Terkait
Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Mengejutkan! Perampok Beraksi di Kastil Windsor, Keamanan Kerajaan Dipertaruhkan!
Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS
Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung