Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Sabtu, 28 September 2024, waktu setempat, kelompok Hezbollah secara resmi mengonfirmasi kematian pemimpin mereka yang paling karismatik, Hassan Nasrallah. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui jaringan TV mereka, Al-Manar, Hezbollah menyatakan bahwa Nasrallah telah “bergabung dengan para martir,” dan kelompok itu berjanji untuk melanjutkan pertempuran melawan Israel demi mendukung rakyat Palestina dan mempertahankan Lebanon dari agresi. Pengumuman ini mengguncang dunia, terutama Timur Tengah, karena kematian Nasrallah membawa implikasi besar bagi stabilitas kawasan dan menambah ketegangan yang sudah memanas antara Israel dan Lebanon.
Kematian Nasrallah terjadi setelah serangkaian serangan udara Israel di kawasan Dahiyeh, Beirut Selatan, yang merupakan markas besar Hezbollah. Menurut laporan dari militer Israel, mereka melakukan operasi presisi pada Jumat, 27 September 2024, yang menargetkan sejumlah pemimpin senior Hezbollah. Nasrallah, yang telah menjadi target utama Israel selama lebih dari tiga dekade, diyakini tewas dalam serangan tersebut. Selain Nasrallah, beberapa komandan penting Hezbollah juga dilaporkan tewas, termasuk Ali Karki, Komandan Front Selatan Hezbollah.
Baca juga : Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Baca juga : Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Baca juga : Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Israel Mengklaim Kemenangan, Dunia Bergetar
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan bahwa operasi ini merupakan hasil dari intelijen yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Shoshani menambahkan bahwa informasi tersebut kemudian dikombinasikan dengan data real-time yang membuat serangan ini layak dilakukan. Namun, Shoshani menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jenis amunisi yang digunakan atau metode pelacakan Nasrallah.
Panglima Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, memuji keberhasilan operasi ini dan menyatakan bahwa kematian Nasrallah adalah awal dari serangkaian serangan lebih lanjut terhadap Hezbollah. “Kami telah merencanakan ini sejak lama. Hezbollah telah menjadi ancaman konstan, dan tewasnya Nasrallah tidak akan menghentikan kami. Ini hanyalah langkah pertama dalam upaya kami untuk melenyapkan ancaman ini dari perbatasan Israel,” ujar Halevi dalam sebuah pernyataan.
Namun, kemenangan Israel ini tidak diterima begitu saja oleh semua pihak. Dunia internasional, terutama negara-negara Timur Tengah dan para pendukung Hezbollah, mengutuk serangan ini. Banyak yang melihat tindakan Israel sebagai upaya untuk memicu eskalasi yang lebih besar, bukan hanya di Lebanon tetapi di seluruh kawasan. Hezbollah, dalam pernyataannya, menyebut kematian Nasrallah sebagai “kejahatan besar” dan berjanji akan membalas dendam dengan keras. Seruan untuk jihad segera muncul di berbagai wilayah Lebanon dan Palestina, dengan ribuan pendukung Hezbollah turun ke jalan menuntut pembalasan.
Nasrallah: Simbol Perlawanan yang Kini Gugur
Hassan Nasrallah bukan sekadar pemimpin Hezbollah; ia adalah simbol perlawanan terhadap dominasi Israel di kawasan Timur Tengah. Selama lebih dari tiga dekade, Nasrallah berhasil membawa Hezbollah dari kelompok kecil pejuang milisi menjadi kekuatan politik dan militer utama di Lebanon. Di bawah kepemimpinannya, Hezbollah berhasil mengusir pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000, sebuah kemenangan yang masih diperingati oleh rakyat Lebanon hingga saat ini.
Nasrallah, lahir pada tahun 1960 di Beqaa Valley, Lebanon, bergabung dengan milisi Amal selama Perang Saudara Lebanon pada tahun 1975-1990. Dia kemudian menjadi salah satu pendiri Hezbollah pada tahun 1985, yang awalnya dibentuk untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan. Ketika Abbas al-Musawi, pemimpin pertama Hezbollah, terbunuh dalam serangan helikopter Israel pada tahun 1992, Nasrallah yang saat itu baru berusia 32 tahun, diangkat menjadi pemimpin Hezbollah. Sejak itu, dia menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia Arab.
Nasrallah dikenal dengan pidatonya yang berapi-api dan retorika yang kuat melawan Israel. Pada tahun 2006, di bawah kepemimpinannya, Hezbollah terlibat dalam perang besar melawan Israel yang berlangsung selama sebulan. Meskipun perang tersebut merenggut nyawa lebih dari seribu warga Lebanon dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur negara, Nasrallah dianggap sebagai pemenang moral, karena pasukan Israel gagal menghancurkan Hezbollah.
Di mata para pendukungnya, Nasrallah adalah pahlawan yang berani, simbol perlawanan, dan tokoh yang membawa harapan bagi bangsa Arab dalam menghadapi dominasi Israel. Kematian Nasrallah menciptakan kekosongan besar dalam kepemimpinan Hezbollah, dan dunia kini menanti bagaimana kelompok ini akan melanjutkan perjuangan tanpa tokoh karismatik mereka.
Eskalasi dan Dampak Regional
Serangan Israel ini diprediksi akan memicu eskalasi besar di seluruh kawasan. Kematian Nasrallah bukan hanya mempengaruhi Hezbollah dan Lebanon, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap Iran, Suriah, dan Palestina. Iran, sebagai sekutu terdekat Hezbollah, kemungkinan besar akan meningkatkan dukungannya terhadap kelompok ini, baik secara militer maupun finansial. Para analis memperingatkan bahwa Iran mungkin akan menggunakan kematian Nasrallah sebagai alasan untuk memperkuat pengaruhnya di Lebanon dan meningkatkan tekanan terhadap Israel.
Di Palestina, kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Jihad Islam juga kemungkinan besar akan bereaksi dengan keras. Kematian Nasrallah memberikan legitimasi bagi kelompok-kelompok ini untuk meningkatkan serangan terhadap Israel. Banyak pihak di kawasan ini yang melihat serangan Israel sebagai upaya untuk memprovokasi Hezbollah dan memicu perang yang lebih besar.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan Israel pada Jumat tersebut tidak hanya menargetkan pemimpin Hezbollah, tetapi juga menyebabkan korban jiwa di kalangan sipil. Enam warga sipil tewas, dan lebih dari 90 orang terluka akibat serangan yang menghancurkan sejumlah gedung apartemen di wilayah selatan Beirut.
PBB dan beberapa negara di Eropa telah menyerukan agar semua pihak menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Namun, peringatan ini tampaknya diabaikan. Hezbollah secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka akan membalas kematian Nasrallah dengan serangan besar-besaran terhadap Israel.
Menuju Perang yang Lebih Besar?
Dengan tewasnya Nasrallah, banyak pihak yang khawatir bahwa kawasan Timur Tengah sedang menuju ke arah konflik yang lebih besar. Hezbollah telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, dan laporan terbaru menunjukkan bahwa Israel telah mengaktifkan tiga batalyon tentara cadangan untuk berjaga-jaga jika terjadi serangan balasan.
Analis keamanan internasional memperingatkan bahwa kematian Nasrallah bisa menjadi pemicu bagi perang besar yang melibatkan bukan hanya Lebanon dan Israel, tetapi juga Iran, Suriah, dan Palestina. “Kematian Nasrallah bukan akhir dari perjuangan Hezbollah, melainkan awal dari babak baru dalam konflik yang tak kunjung selesai antara Israel dan kelompok-kelompok perlawanan di Timur Tengah,” ujar seorang analis politik di Beirut.
Hezbollah, yang selama ini berhasil bertahan dari berbagai serangan Israel, kini harus menghadapi tantangan terbesar mereka: melanjutkan perlawanan tanpa pemimpin utama mereka. Sementara itu, Israel bersiap menghadapi kemungkinan perang yang lebih luas. Di balik semua ini, rakyat Lebanon sekali lagi harus menanggung beban dari konflik yang seolah tak pernah berakhir.
Israel mungkin berhasil menewaskan Hassan Nasrallah, tetapi serangan ini telah menabur benih konflik baru yang berpotensi menimbulkan badai besar di seluruh Timur Tengah. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung