• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

ByAdmin

Sep 28, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Sabtu, 28 September 2024, waktu setempat, kelompok Hezbollah secara resmi mengonfirmasi kematian pemimpin mereka yang paling karismatik, Hassan Nasrallah. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui jaringan TV mereka, Al-Manar, Hezbollah menyatakan bahwa Nasrallah telah “bergabung dengan para martir,” dan kelompok itu berjanji untuk melanjutkan pertempuran melawan Israel demi mendukung rakyat Palestina dan mempertahankan Lebanon dari agresi. Pengumuman ini mengguncang dunia, terutama Timur Tengah, karena kematian Nasrallah membawa implikasi besar bagi stabilitas kawasan dan menambah ketegangan yang sudah memanas antara Israel dan Lebanon.

Kematian Nasrallah terjadi setelah serangkaian serangan udara Israel di kawasan Dahiyeh, Beirut Selatan, yang merupakan markas besar Hezbollah. Menurut laporan dari militer Israel, mereka melakukan operasi presisi pada Jumat, 27 September 2024, yang menargetkan sejumlah pemimpin senior Hezbollah. Nasrallah, yang telah menjadi target utama Israel selama lebih dari tiga dekade, diyakini tewas dalam serangan tersebut. Selain Nasrallah, beberapa komandan penting Hezbollah juga dilaporkan tewas, termasuk Ali Karki, Komandan Front Selatan Hezbollah.

Baca juga : Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Baca juga : Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Baca juga : Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Israel Mengklaim Kemenangan, Dunia Bergetar

Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan bahwa operasi ini merupakan hasil dari intelijen yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun. Shoshani menambahkan bahwa informasi tersebut kemudian dikombinasikan dengan data real-time yang membuat serangan ini layak dilakukan. Namun, Shoshani menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai jenis amunisi yang digunakan atau metode pelacakan Nasrallah.

Panglima Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, memuji keberhasilan operasi ini dan menyatakan bahwa kematian Nasrallah adalah awal dari serangkaian serangan lebih lanjut terhadap Hezbollah. “Kami telah merencanakan ini sejak lama. Hezbollah telah menjadi ancaman konstan, dan tewasnya Nasrallah tidak akan menghentikan kami. Ini hanyalah langkah pertama dalam upaya kami untuk melenyapkan ancaman ini dari perbatasan Israel,” ujar Halevi dalam sebuah pernyataan.

Namun, kemenangan Israel ini tidak diterima begitu saja oleh semua pihak. Dunia internasional, terutama negara-negara Timur Tengah dan para pendukung Hezbollah, mengutuk serangan ini. Banyak yang melihat tindakan Israel sebagai upaya untuk memicu eskalasi yang lebih besar, bukan hanya di Lebanon tetapi di seluruh kawasan. Hezbollah, dalam pernyataannya, menyebut kematian Nasrallah sebagai “kejahatan besar” dan berjanji akan membalas dendam dengan keras. Seruan untuk jihad segera muncul di berbagai wilayah Lebanon dan Palestina, dengan ribuan pendukung Hezbollah turun ke jalan menuntut pembalasan.

Nasrallah: Simbol Perlawanan yang Kini Gugur

Hassan Nasrallah bukan sekadar pemimpin Hezbollah; ia adalah simbol perlawanan terhadap dominasi Israel di kawasan Timur Tengah. Selama lebih dari tiga dekade, Nasrallah berhasil membawa Hezbollah dari kelompok kecil pejuang milisi menjadi kekuatan politik dan militer utama di Lebanon. Di bawah kepemimpinannya, Hezbollah berhasil mengusir pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000, sebuah kemenangan yang masih diperingati oleh rakyat Lebanon hingga saat ini.

Nasrallah, lahir pada tahun 1960 di Beqaa Valley, Lebanon, bergabung dengan milisi Amal selama Perang Saudara Lebanon pada tahun 1975-1990. Dia kemudian menjadi salah satu pendiri Hezbollah pada tahun 1985, yang awalnya dibentuk untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan. Ketika Abbas al-Musawi, pemimpin pertama Hezbollah, terbunuh dalam serangan helikopter Israel pada tahun 1992, Nasrallah yang saat itu baru berusia 32 tahun, diangkat menjadi pemimpin Hezbollah. Sejak itu, dia menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia Arab.

Nasrallah dikenal dengan pidatonya yang berapi-api dan retorika yang kuat melawan Israel. Pada tahun 2006, di bawah kepemimpinannya, Hezbollah terlibat dalam perang besar melawan Israel yang berlangsung selama sebulan. Meskipun perang tersebut merenggut nyawa lebih dari seribu warga Lebanon dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur negara, Nasrallah dianggap sebagai pemenang moral, karena pasukan Israel gagal menghancurkan Hezbollah.

Di mata para pendukungnya, Nasrallah adalah pahlawan yang berani, simbol perlawanan, dan tokoh yang membawa harapan bagi bangsa Arab dalam menghadapi dominasi Israel. Kematian Nasrallah menciptakan kekosongan besar dalam kepemimpinan Hezbollah, dan dunia kini menanti bagaimana kelompok ini akan melanjutkan perjuangan tanpa tokoh karismatik mereka.

Eskalasi dan Dampak Regional

Serangan Israel ini diprediksi akan memicu eskalasi besar di seluruh kawasan. Kematian Nasrallah bukan hanya mempengaruhi Hezbollah dan Lebanon, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap Iran, Suriah, dan Palestina. Iran, sebagai sekutu terdekat Hezbollah, kemungkinan besar akan meningkatkan dukungannya terhadap kelompok ini, baik secara militer maupun finansial. Para analis memperingatkan bahwa Iran mungkin akan menggunakan kematian Nasrallah sebagai alasan untuk memperkuat pengaruhnya di Lebanon dan meningkatkan tekanan terhadap Israel.

Di Palestina, kelompok-kelompok militan seperti Hamas dan Jihad Islam juga kemungkinan besar akan bereaksi dengan keras. Kematian Nasrallah memberikan legitimasi bagi kelompok-kelompok ini untuk meningkatkan serangan terhadap Israel. Banyak pihak di kawasan ini yang melihat serangan Israel sebagai upaya untuk memprovokasi Hezbollah dan memicu perang yang lebih besar.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan Israel pada Jumat tersebut tidak hanya menargetkan pemimpin Hezbollah, tetapi juga menyebabkan korban jiwa di kalangan sipil. Enam warga sipil tewas, dan lebih dari 90 orang terluka akibat serangan yang menghancurkan sejumlah gedung apartemen di wilayah selatan Beirut.

PBB dan beberapa negara di Eropa telah menyerukan agar semua pihak menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Namun, peringatan ini tampaknya diabaikan. Hezbollah secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka akan membalas kematian Nasrallah dengan serangan besar-besaran terhadap Israel.

Menuju Perang yang Lebih Besar?

Dengan tewasnya Nasrallah, banyak pihak yang khawatir bahwa kawasan Timur Tengah sedang menuju ke arah konflik yang lebih besar. Hezbollah telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, dan laporan terbaru menunjukkan bahwa Israel telah mengaktifkan tiga batalyon tentara cadangan untuk berjaga-jaga jika terjadi serangan balasan.

Analis keamanan internasional memperingatkan bahwa kematian Nasrallah bisa menjadi pemicu bagi perang besar yang melibatkan bukan hanya Lebanon dan Israel, tetapi juga Iran, Suriah, dan Palestina. “Kematian Nasrallah bukan akhir dari perjuangan Hezbollah, melainkan awal dari babak baru dalam konflik yang tak kunjung selesai antara Israel dan kelompok-kelompok perlawanan di Timur Tengah,” ujar seorang analis politik di Beirut.

Hezbollah, yang selama ini berhasil bertahan dari berbagai serangan Israel, kini harus menghadapi tantangan terbesar mereka: melanjutkan perlawanan tanpa pemimpin utama mereka. Sementara itu, Israel bersiap menghadapi kemungkinan perang yang lebih luas. Di balik semua ini, rakyat Lebanon sekali lagi harus menanggung beban dari konflik yang seolah tak pernah berakhir.

Israel mungkin berhasil menewaskan Hassan Nasrallah, tetapi serangan ini telah menabur benih konflik baru yang berpotensi menimbulkan badai besar di seluruh Timur Tengah. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *