Jakarta, Kowantaranews.com -Pada akhir September 2024, di tengah ketegangan yang terus meningkat di Jalur Gaza, dunia menyaksikan sebuah langkah berani yang diambil oleh negara-negara Eropa, Arab, dan mayoritas Muslim. Sebuah aliansi global baru yang bertujuan untuk memperkuat dukungan terhadap pendirian negara Palestina diluncurkan di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Inisiatif ini dipelopori oleh Norwegia dan Arab Saudi, dengan dukungan luas dari komunitas internasional, termasuk negara-negara dari Global Selatan dan Barat.
Krisis Gaza dan Perang yang Berkembang
Latar belakang pembentukan aliansi ini tidak bisa dipisahkan dari konflik yang terus bergolak antara Israel dan Hamas di Gaza. Gencatan senjata yang diharapkan banyak pihak belum juga terwujud, dan kekhawatiran bahwa perang akan meluas ke kawasan Timur Tengah semakin meningkat. Dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, negara-negara yang terlibat dalam aliansi global melihat krisis ini sebagai sebuah momentum untuk mempercepat upaya pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Peran penting dari aliansi ini adalah untuk mendesak negara-negara di dunia agar memberikan pengakuan terhadap kedaulatan Palestina. Pada pertemuan yang berlangsung Jumat, 27 September 2024, di sela-sela Sidang Umum PBB, Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, menegaskan bahwa dukungan terhadap pendirian negara Palestina semakin menguat di panggung internasional. Dalam sebuah wawancara, Eide menegaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan yang telah berlangsung selama beberapa dekade dalam upaya perdamaian Israel-Palestina.
Pendirian Palestina sebagai Solusi Dua Negara
Solusi dua negara telah lama dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar yang adil dan damai bagi konflik Israel-Palestina. Namun, sejak Kesepakatan Oslo pada tahun 1993, yang dipelopori oleh Norwegia, banyak hambatan yang menghalangi implementasi solusi ini. Kendati sudah lebih dari 30 tahun berlalu, Israel masih melanjutkan pendudukannya di Tepi Barat, dan tidak ada kemajuan signifikan dalam pembicaraan untuk membentuk negara Palestina yang merdeka.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Eide, dengan tegas menyatakan bahwa dunia tidak boleh menyerah pada upaya ini. Dia menyebutkan bahwa solusi dua negara tetap relevan meskipun banyak tantangan yang dihadapi. Menurut Eide, aliansi global ini menawarkan pendekatan baru yang lebih komprehensif untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
“Kami harus melihat bagaimana kita dapat keluar dari kebuntuan ini dan menggunakan krisis yang mendalam ini sebagai kesempatan untuk bergerak maju,” ujar Eide dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan PBB, Jumat malam waktu setempat. Aliansi ini diharapkan akan membuka jalan bagi pembicaraan yang lebih inklusif dan mendorong negara-negara lain untuk mengakui kedaulatan Palestina.
Inisiatif Norwegia dan Arab Saudi
Norwegia dan Arab Saudi berada di garda depan inisiatif ini. Pada 26 September 2024, mereka secara resmi meluncurkan prakarsa aliansi global tersebut di hadapan perwakilan dari 90 negara. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud, menegaskan bahwa negaranya bersama Norwegia, Uni Eropa, dan komite menteri gabungan Islam-Arab merasa bertanggung jawab untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan dan mencapai kesepakatan damai tanpa penundaan.
Saudi, yang selama ini menjadi salah satu negara paling berpengaruh di kawasan Timur Tengah, semakin aktif dalam diplomasi internasional terkait Palestina. Pangeran Faisal menyatakan bahwa aliansi global ini adalah langkah nyata untuk mempromosikan solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan.
Selain itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, juga mendukung penuh upaya ini. Dalam unggahannya di media sosial X, Borrell menantang para penentang solusi dua negara dengan pertanyaan tajam: “Apa solusinya, dan dapatkah itu dilaksanakan?” Pertanyaan ini mencerminkan frustrasi internasional terhadap kurangnya alternatif yang dapat diimplementasikan untuk mengakhiri konflik.
Dukungan Meluas di PBB
Salah satu fokus utama aliansi ini adalah mendorong 44 negara anggota PBB yang belum mengakui Palestina untuk segera melakukannya. Hingga saat ini, 149 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui negara Palestina. Eide menggarisbawahi pentingnya pengakuan tersebut untuk memperkuat lembaga-lembaga Palestina dan memberikan legitimasi internasional bagi perjuangan Palestina di bawah pendudukan Israel. Dalam pandangannya, pengakuan ini adalah langkah penting menuju perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
Selain pengakuan internasional, aliansi global juga akan memberikan dukungan bagi Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB. Hal ini akan memberikan Palestina akses lebih besar ke lembaga-lembaga internasional dan memperkuat posisinya dalam diplomasi global. Eide menegaskan bahwa komunitas internasional tidak boleh berdiam diri lagi dalam menghadapi penderitaan rakyat Palestina yang telah berlangsung terlalu lama.
Inisiatif Damai Arab 2002: Dasar Bagi Aliansi Global
Aliansi global ini tidak dibentuk dari nol, melainkan dibangun di atas landasan yang sudah ada, yaitu Inisiatif Damai Arab tahun 2002. Prakarsa ini pertama kali diperkenalkan oleh Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara. Prakarsa tersebut menawarkan hubungan normal antara Israel dan negara-negara Arab dengan syarat bahwa Israel harus mundur sepenuhnya dari wilayah yang direbut pada tahun 1967, termasuk Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
Aliansi global ini memperbarui Inisiatif Damai Arab sesuai dengan kenyataan geopolitik saat ini. Selain fokus pada pendirian negara Palestina, aliansi ini juga menekankan pentingnya keamanan bagi Israel. Dalam pandangan banyak negara, keamanan Israel dan Palestina saling terkait, dan perdamaian yang berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa pengakuan atas hak-hak kedua belah pihak.
Baca juga : Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Baca juga : Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Baca juga : Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun aliansi ini membawa harapan baru bagi penyelesaian konflik, tantangan besar masih menghadang di depan. Salah satu masalah utama yang harus dihadapi adalah demobilisasi Hamas, yang tetap menjadi kelompok militan utama di Gaza. Hamas menolak pengakuan terhadap Israel dan terus melakukan serangan terhadap wilayah Israel. Untuk mencapai perdamaian yang langgeng, aliansi global ini perlu menemukan cara untuk mengakhiri perlawanan bersenjata dan menggantinya dengan dialog politik yang konstruktif.
Di sisi lain, pendudukan Israel di Tepi Barat dan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah tersebut juga menjadi penghalang utama bagi pembentukan negara Palestina. Israel selama ini menolak mundur dari wilayah yang direbut pada tahun 1967, dan perundingan yang mengarah pada penyelesaian akhir belum juga membuahkan hasil. Aliansi global ini harus mampu menekan Israel agar mematuhi hukum internasional dan memberikan rakyat Palestina hak untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Meski demikian, optimisme tetap tinggi di kalangan negara-negara yang mendukung aliansi ini. Pertemuan pertama aliansi dijadwalkan akan berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, dan Brussels, Belgia, dengan tujuan untuk memperkuat koordinasi internasional dalam mencapai solusi dua negara. Dunia menanti dengan harapan besar bahwa prakarsa ini akan mampu mengatasi kebuntuan yang telah berlangsung selama puluhan tahun dan membawa perdamaian yang abadi di Timur Tengah.
Pembentukan aliansi global yang melibatkan negara-negara Eropa, Arab, dan Muslim untuk mendukung pendirian negara Palestina merupakan sebuah langkah penting dalam diplomasi internasional. Di tengah ketegangan di Gaza dan meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi perang, inisiatif ini membawa harapan baru bagi perdamaian yang telah lama diidamkan oleh rakyat Palestina. Dengan dukungan dari berbagai negara dan lembaga internasional, aliansi ini memiliki potensi untuk membuka jalan bagi solusi dua negara yang adil dan berkelanjutan, serta mengakhiri penderitaan yang telah berlangsung terlalu lama di kawasan tersebut. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi