• Sel. Jan 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

ByAdmin

Okt 3, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Operasi rahasia yang dilancarkan oleh Mossad, badan intelijen Israel, kembali menorehkan babak kelam dalam sejarah konflik Timur Tengah. Setelah serangkaian serangan mematikan terhadap para pemimpin utama kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran, seperti Hezbollah dan Hamas, Mossad sekali lagi menunjukkan betapa efektif dan mengerikannya jaringan mata-mata ini. Dalam beberapa bulan terakhir, gelombang serangan terhadap tokoh-tokoh kunci perlawanan telah meluluhlantakkan struktur kepemimpinan kelompok tersebut, serta mengguncang fondasi keamanan Iran.

Kematian Para Pemimpin Perlawanan: Awal dari Kekacauan

Serangan demi serangan yang diduga kuat diorkestrasi oleh Mossad telah menghancurkan struktur kepemimpinan perlawanan anti-Israel di seluruh kawasan. Salah satu yang paling menonjol adalah pembunuhan Hassan Nasrallah, pemimpin tertinggi Hezbollah, dalam serangan udara Israel yang diarahkan ke markasnya di Lebanon pada September 2024. Nasrallah, seorang tokoh sentral yang berperan besar dalam perlawanan terhadap Israel, tewas bersama dengan Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan dari Garda Revolusi Iran (IRGC). Kematian kedua tokoh ini adalah pukulan telak bagi Hezbollah dan Iran, memperlihatkan sejauh mana infiltrasi Mossad.

Sejak pembunuhan Nasrallah, Hezbollah terjebak dalam krisis internal yang mendalam. Dengan tidak adanya figur kepemimpinan yang jelas dan ketidakmampuan untuk segera menunjuk pengganti, Hezbollah menjadi lemah dan rentan. Kekosongan kekuasaan ini menghambat kapasitas kelompok tersebut dalam merespons serangan Israel. Para pejabat Hezbollah khawatir bahwa siapapun yang ditunjuk sebagai penerus Nasrallah akan segera menjadi target Mossad, sehingga keputusan untuk memilih pemimpin baru terhenti.

Tidak hanya Nasrallah yang menjadi korban operasi Mossad. Beberapa pekan sebelumnya, Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, tewas dalam serangan misterius di Teheran. Meskipun Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, banyak yang yakin bahwa Mossad berada di balik kematian pemimpin Hamas itu. Haniyeh, yang dikenal sebagai penggerak perlawanan di Jalur Gaza, merupakan salah satu pemimpin kunci yang menjaga hubungan erat antara Iran dan Hamas. Kehilangannya semakin mengisolasi Iran dan memperlemah jejaring perlawanan anti-Israel di kawasan.

Mossad: Jaringan Mata-Mata yang Menghancurkan dari Dalam

Keberhasilan Mossad dalam menghancurkan Hezbollah dan Hamas tidak terlepas dari kemampuan badan intelijen ini untuk menyusup jauh ke dalam struktur organisasi mereka. Hezbollah, yang dikenal sebagai kelompok bersenjata paling disiplin di kawasan, tidak pernah mengira bahwa jaringan Mossad mampu menembus hingga ke inti kepemimpinannya. Beberapa laporan menunjukkan bahwa penyusupan Mossad dalam tubuh Hezbollah begitu mendalam, hingga agen-agen Israel dapat melacak gerak-gerik para pemimpin mereka dengan presisi yang luar biasa.

Ketika Nasrallah dibunuh, ia berada di dalam sebuah bunker yang seharusnya menjadi tempat perlindungan paling aman. Namun, serangan Israel yang begitu tepat sasaran membuktikan bahwa ada kebocoran informasi dari dalam. Nasrallah telah diingatkan oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk meninggalkan Lebanon dan mengamankan diri di Iran setelah serangkaian laporan intelijen menunjukkan rencana pembunuhan oleh Israel. Sayangnya, Nasrallah menolak peringatan tersebut, meyakini bahwa lingkaran terdekatnya tidak mungkin berkhianat.

Namun, perhitungan Nasrallah salah besar. Agen-agen Mossad ternyata telah menyusup jauh ke dalam struktur kepemimpinan Hezbollah, hingga mampu merancang operasi yang sangat rapi dan mematikan. Infiltrasi ini bukan hanya ancaman bagi Hezbollah, tetapi juga pukulan psikologis bagi Iran, yang selama ini mengandalkan Hezbollah sebagai ujung tombak perlawanan terhadap Israel.

Baca juga : Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Baca juga : Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Baca juga : Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Dampak Terhadap Iran: Krisis Kepercayaan di Teheran

Setelah pembunuhan Nasrallah dan tokoh-tokoh lainnya, Teheran dilanda krisis kepercayaan yang parah. Ayatollah Khamenei, yang selama ini memimpin Iran dengan tangan besi, semakin paranoid terhadap kemungkinan adanya mata-mata Israel di dalam lingkaran terdekatnya. Sejumlah penyelidikan besar-besaran pun dilakukan, terutama terhadap personel Garda Revolusi Iran yang memiliki hubungan dengan Lebanon atau yang sering bepergian ke luar negeri.

Para pejabat Iran, yang biasanya dikenal dengan rasa saling percaya yang kuat, kini mulai mencurigai satu sama lain. Jaringan spionase Mossad yang semakin dalam telah memecah belah kekompakan internal di Iran. Beberapa sumber menyebutkan bahwa bahkan di dalam Garda Revolusi sendiri, mulai timbul rasa tidak percaya terhadap para pejabat tinggi yang memiliki akses ke operasi-operasi sensitif.

Krisis kepercayaan ini memperparah situasi di Iran, terutama karena negara tersebut juga tengah menghadapi tekanan dari luar. Dengan jaringan spionase Mossad yang menyusup hingga ke jantung Hezbollah dan Iran, para pejabat keamanan Iran semakin kesulitan memastikan keamanan pemimpin-pemimpin kunci mereka. Iran, yang selama ini menggunakan Hezbollah sebagai alat untuk menyerang Israel dari perbatasan Lebanon, kini kehilangan salah satu sekutu terkuatnya.

Magnus Ranstorp, seorang pakar Hezbollah dari Universitas Pertahanan Swedia, mengatakan bahwa pembunuhan Nasrallah dan serangkaian serangan lainnya telah mengguncang Iran hingga ke akarnya. “Iran telah kehilangan investasi terbesarnya selama beberapa dekade terakhir, yaitu Hezbollah,” kata Ranstorp. Menurutnya, kehilangan Hezbollah sebagai proksi utama membuat Iran harus mengubah strategi perangnya terhadap Israel.

Masa Depan Konflik: Iran Mengubah Taktik?

Dengan semakin lemahnya Hezbollah dan krisis kepemimpinan yang melanda kelompok tersebut, Iran kemungkinan besar akan mengubah pendekatannya terhadap Israel. Ranstorp memprediksi bahwa Iran mungkin akan beralih dari serangan tidak langsung melalui proksinya, seperti Hezbollah dan Hamas, ke serangan langsung terhadap kepentingan Israel di luar negeri. Ini mengingat bahwa infiltrasi Mossad telah membuat jalur-jalur tradisional perlawanan Iran di kawasan semakin rentan.

Sejarah menunjukkan bahwa Iran tidak segan-segan menggunakan metode asimetris untuk melawan Israel. Pada dekade 1980-an hingga 2000-an, Iran sering melakukan serangan terhadap kedutaan besar Israel dan personel diplomatik di berbagai negara. Dengan kekacauan yang terjadi di Lebanon dan Gaza, kemungkinan besar Iran akan kembali menggunakan taktik serupa, menyerang kepentingan Israel di luar wilayahnya untuk membalas serangan Mossad.

Sementara itu, di Lebanon, Hezbollah tengah berjuang untuk menemukan pemimpin baru yang mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Nasrallah. Salah satu kandidat terkuat adalah Hashiem Safieddine, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Eksekutif Kongres Hezbollah. Namun, penunjukannya sangat berisiko, karena Israel telah menunjukkan bahwa mereka tidak segan-segan untuk membunuh siapa pun yang menggantikan Nasrallah.

Perang Bayangan yang Tak Berkesudahan

Konflik antara Iran, Hezbollah, dan Israel sepertinya tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Mossad telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk menghancurkan musuh-musuhnya dari dalam, dengan serangan yang presisi dan mematikan. Di sisi lain, Iran dan Hezbollah, meskipun terpukul oleh serangan ini, masih memiliki kemampuan untuk bertahan dan melawan, meski dengan taktik yang mungkin berbeda dari sebelumnya.

Kehilangan pemimpin-pemimpin kunci seperti Hassan Nasrallah dan Ismail Haniyeh adalah pukulan besar bagi aliansi perlawanan anti-Israel. Namun, sejarah telah membuktikan bahwa di Timur Tengah, kekuatan-kekuatan ini selalu menemukan cara untuk bangkit kembali, meskipun dengan biaya yang sangat mahal. Pertanyaannya kini adalah, sejauh mana Iran dan Hezbollah mampu bertahan di tengah gempuran Mossad, dan bagaimana Israel akan melanjutkan perang bayangannya yang penuh intrik ini. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *