Jakarta, Kowantaranews.com — Industri tekstil Indonesia kembali dikejutkan oleh berita pilu. PT Sri Rejeki Isman Tbk, atau yang lebih dikenal sebagai Sritex Group, salah satu raksasa industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Tanah Air, resmi menghentikan operasinya. Keputusan ini diumumkan dalam rapat kreditor yang digelar di Pengadilan Negeri Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (28/2/2025). Akibatnya, sekitar 12.000 karyawan terpaksa menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, menambah deretan panjang krisis yang melanda industri TPT nasional.
Sritex Group, yang selama puluhan tahun menjadi salah satu tulang punggung industri tekstil Indonesia, dinyatakan tidak dapat melanjutkan operasinya berdasarkan asas keberlangsungan usaha atau going concern. Hakim pengawas yang memimpin rapat, Haruno Patriadi, menyatakan bahwa opsi going concern tidak mungkin dilakukan lagi. “Kami, hakim pengawas, setelah menilai hasil yang disampaikan oleh tim kurator maupun debitor, menyatakan bahwa going concern tidak mungkin dijalankan. Kami tidak membuka ruang tanya jawab karena ini sudah kita dengar bersama. Untuk itu, opsi going concern sudah kami nyatakan ditutup,” ujar Haruno dalam rapat tersebut.
Keputusan ini sekaligus menetapkan Sritex Group dalam status insolvensi, artinya perusahaan dianggap tidak mampu lagi membayar utang-utangnya. Pihak-pihak yang memiliki hak terkait utang diminta berkoordinasi dengan kepaniteraan pengadilan niaga di Pengadilan Negeri Semarang. Nurma Candra Yani Sadikin, salah satu anggota tim kurator, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan sejumlah faktor krusial. “Modal kerja yang sudah tidak ada dan pemasukan yang terbatas. Sementara itu, biaya lain seperti tagihan listrik per bulan serta beban karyawan yang terlalu tinggi tidak dapat ditutup dengan jalannya usaha debitor. Hal ini berpotensi merugikan harta pailit jika going concern dilakukan,” tutur Nurma.
Baca juga : Jepang All Out Dukung Prabowo, Makan Bergizi Gratis Siap Guncang Indonesia!
Baca juga : Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!
Baca juga : Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM
Dampak Besar bagi 12.000 Karyawan
Keputusan penutupan operasi Sritex Group ini membawa dampak yang sangat besar, terutama bagi sekitar 12.000 karyawan yang kini terancam kehilangan mata pencaharian. PHK massal ini tidak hanya memengaruhi kehidupan para pekerja, tetapi juga keluarga mereka yang bergantung pada pendapatan dari perusahaan. Bagi banyak karyawan, Sritex bukan sekadar tempat bekerja, tetapi juga sumber penghidupan yang telah menopang kehidupan mereka selama bertahun-tahun.
Seorang karyawan yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan keputusasaannya. “Saya sudah bekerja di Sritex selama 15 tahun. Ini seperti mimpi buruk. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi menghidupi keluarga saya,” ujarnya dengan suara bergetar. Kisah serupa juga dialami oleh ribuan karyawan lainnya yang kini harus berjuang mencari pekerjaan baru di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi Covid-19.
Krisis Industri Tekstil yang Tak Kunjung Usai
PHK massal di Sritex Group menjadi bukti nyata betapa krisis industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia masih jauh dari kata usai. Industri ini, yang selama ini diandalkan karena sifatnya yang padat karya, terus menghadapi tantangan berat baik dari dalam maupun luar negeri. Persaingan global yang semakin ketat, fluktuasi harga bahan baku, dan minimnya dukungan pemerintah menjadi beberapa faktor yang memperparah kondisi industri TPT nasional.
Selain itu, pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak 2020 juga memberikan dampak berkepanjangan. Banyak perusahaan tekstil yang kesulitan memulihkan operasinya akibat menurunnya permintaan pasar global dan terganggunya rantai pasok. Sritex Group, yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu eksportir tekstil terbesar di Indonesia, tidak luput dari dampak ini. Meskipun sempat berusaha bertahan, beban utang dan biaya operasional yang tinggi akhirnya membuat perusahaan ini kolaps.
Upaya Pemerintah dan Tanggapan Serikat Pekerja
Menyikapi situasi ini, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah menyiapkan sejumlah program untuk membantu para pekerja yang terkena PHK. Program-program tersebut antara lain pelatihan keterampilan baru, bantuan pencarian kerja, dan program sosial lainnya. Namun, langkah ini dinilai belum cukup untuk mengatasi dampak besar dari PHK massal ini.
Serikat pekerja dan organisasi buruh pun menuntut agar perusahaan dan pemerintah memberikan kompensasi yang layak kepada para pekerja yang terkena PHK. Mereka juga mendesak agar ada langkah-langkah konkret untuk mencegah terjadinya PHK massal di masa depan, termasuk revisi kebijakan yang lebih berpihak pada industri dalam negeri. “Kami meminta pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata. Jangan sampai ribuan pekerja ini menjadi korban dari kebijakan yang tidak pro-rakyat,” tegas salah satu perwakilan serikat pekerja.
Masa Depan Industri Tekstil Indonesia
Krisis yang dialami Sritex Group menjadi pengingat betapa pentingnya revitalisasi industri TPT di Indonesia. Industri ini merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian nasional, menyumbang devisa dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Tanpa upaya serius dari semua pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan stakeholder lainnya, bukan tidak mungkin industri ini akan semakin terpuruk dan berdampak pada perekonomian nasional secara keseluruhan.
Beberapa analis menyarankan agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis, seperti memberikan insentif fiskal, mempermudah akses pembiayaan, dan meningkatkan proteksi terhadap produk dalam negeri. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan kualitas produk juga dinilai penting untuk meningkatkan daya saing industri TPT Indonesia di kancah global.
Runtuhnya Sritex Group bukan sekadar kisah tentang sebuah perusahaan yang bangkrut, tetapi juga cerita tentang ribuan pekerja yang harus menghadapi ketidakpastian masa depan. Krisis ini mengingatkan kita semua bahwa industri tekstil, yang pernah menjadi kebanggaan nasional, kini berada di ujung tanduk. Tanpa langkah-langkah konkret dan kolaborasi dari semua pihak, mimpi buruk ini mungkin hanya akan menjadi awal dari krisis yang lebih besar.
Bagi 12.000 karyawan Sritex, hari-hari ke depan akan penuh dengan perjuangan. Mereka harus bangkit dari keterpurukan, mencari cara baru untuk menghidupi keluarga, dan berharap bahwa pemerintah serta pihak-pihak terkait tidak akan meninggalkan mereka sendirian dalam menghadapi badai ini. Semoga, dari reruntuhan Sritex Group, lahir semangat baru untuk membangun kembali industri tekstil Indonesia yang lebih tangguh dan berkelanjutan. By Mukroni
Foto Antara
- Berita Terkait
Jepang All Out Dukung Prabowo, Makan Bergizi Gratis Siap Guncang Indonesia!
Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!
Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM
Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan
Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!
PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?
Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?
Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!
Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!
PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!
12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung