Jakarta, Kowantaranews.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan pernyataan tegas yang menegaskan larangan kerja sama dengan organisasi-organisasi yang terafiliasi dengan Israel. Keputusan ini disampaikan dalam surat edaran bernomor 2020/PB.03/A.1.03.08/99/07/2024 yang diterbitkan pada hari Jumat, 19 Juli 2024. Langkah ini merupakan bagian dari upaya PBNU untuk mempertahankan komitmennya terhadap hak-hak Palestina dan menegakkan prinsip-prinsip yang telah lama dipegang oleh organisasi ini.
Larangan tersebut dikeluarkan setelah munculnya kontroversi terkait pertemuan lima tokoh Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Pertemuan tersebut menimbulkan kegaduhan di kalangan masyarakat Indonesia dan memicu reaksi keras dari berbagai elemen Nahdlatul Ulama. Dalam surat edaran yang baru diterbitkan, PBNU menegaskan bahwa instruksi untuk menghentikan semua bentuk kerja sama dengan Institut Leimena, Institute for Global Engagement (IGE), dan American Jewish Committee (AJC) tidak hanya tetap berlaku tetapi juga diperkuat.
Konteks Kontroversi
Kontroversi ini bermula dari pertemuan yang dilakukan oleh lima tokoh Nahdliyin, yang meliputi Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun, dan Izza Annafisah Dania, dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Pertemuan ini terjadi awal bulan Juli 2024 dan langsung menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan umat Islam Indonesia dan pengurus NU. Para tokoh tersebut dikabarkan berangkat ke Israel atas nama pribadi dan difasilitasi oleh lembaga swadaya masyarakat.
Masyarakat Indonesia, yang dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu Palestina, menanggapi pertemuan ini dengan keras. PBNU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dan salah satu penggerak utama solidaritas terhadap Palestina, segera memanggil kelima tokoh tersebut untuk memberikan klarifikasi.
Larangan Kerja Sama dan Penegasan PBNU
Dalam surat edaran yang diterbitkan, PBNU menyatakan bahwa larangan kerja sama dengan lembaga-lembaga seperti Institut Leimena, IGE, dan AJC bukanlah hal baru. Larangan ini sebenarnya telah ada sejak era kepemimpinan Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU sebelum Yahya Cholil Staquf. Surat edaran tersebut menegaskan bahwa instruksi ini tidak pernah dicabut dan masih berlaku hingga saat ini. Hal ini menegaskan komitmen PBNU untuk tidak terlibat dalam kerja sama dengan organisasi-organisasi yang dianggap berafiliasi dengan Israel.
Wakil Ketua Umum PBNU Amin Said Husni menjelaskan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari upaya PBNU untuk menjaga konsistensi sikap dan prinsip yang telah lama dipegang oleh organisasi tersebut. “PBNU sekarang hanya menegaskan kembali, me-remind seluruh jajaran struktural Nahdlatul Ulama, baik itu pengurus wilayah, pengurus cabang, sampai ke tingkat yang paling bawah, termasuk ke Banom dan lembaga-lembaga di lingkungan NU, termasuk perguruan tinggi, pondok-pondok pesantren, atau madrasah lain. Semua masih terikat pada keputusan PBNU ini,” ujar Amin Said Husni.
Klarifikasi dan Tindakan Terhadap Tokoh NU
Setelah pertemuan tersebut terungkap, PBNU segera melakukan langkah-langkah untuk menyikapi situasi ini. Kelima tokoh yang terlibat dalam pertemuan dengan Presiden Israel telah dipanggil untuk memberikan klarifikasi. Hasil dari pemeriksaan menunjukkan bahwa mereka berangkat ke Israel atas nama pribadi dan bukan sebagai perwakilan resmi PBNU.
Sekretaris Jenderal PBNU, Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul, menjelaskan bahwa PBNU telah memberikan dua opsi kepada lima orang tersebut: mundur dari kepengurusan atau diberhentikan. “PBNU meminta kepada lembaga dan banom di mana yang bersangkutan mengabdi untuk mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Mereka diberi dua pilihan, yaitu mengundurkan diri atau diberhentikan dari kepengurusan,” ucap Gus Ipul melalui keterangan tertulis.
Keputusan ini mencerminkan komitmen PBNU untuk menjaga integritas dan prinsip-prinsip yang selama ini dijunjung tinggi. PBNU ingin memastikan bahwa semua anggotanya memahami dan mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan terkait dengan hubungan dengan Israel dan lembaga-lembaga yang dianggap terafiliasi dengan negara tersebut.
Baca juga : PWNU DKI Jakarta Ambil Langkah Tegas: Pecat Kader yang Temui Presiden Israel
Baca juga : ICJ: Kehadiran Israel di Wilayah Palestina Merupakan Bentuk Aneksasi Ilegal
Baca juga : Drone Meledak di Tel Aviv, 1 Tewas dan 3 Terluka, Houthi Klaim Serangan
Komitmen PBNU Terhadap Palestina
Keputusan PBNU untuk melarang kerja sama dengan organisasi yang terafiliasi dengan Israel tidak terlepas dari komitmennya terhadap hak-hak Palestina. Sejak lama, PBNU telah menjadi salah satu suara utama dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina dan menolak berbagai bentuk normalisasi hubungan dengan Israel.
Dalam berbagai forum dan pernyataan resmi, PBNU selalu menegaskan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk penjajahan dan agresi yang dilakukan oleh Israel. Larangan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang terafiliasi dengan Israel merupakan salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut.
Reaksi dan Dampak
Langkah PBNU ini disambut dengan berbagai reaksi dari berbagai pihak. Di kalangan internal NU, keputusan ini dianggap sebagai langkah yang tepat untuk menjaga kehormatan dan prinsip organisasi. Banyak anggota NU yang merasa lega dengan adanya penegasan kembali terhadap larangan kerja sama ini, karena dianggap akan mencegah potensi kerusakan terhadap citra dan komitmen PBNU.
Di sisi lain, keputusan ini juga mendapat perhatian dari masyarakat umum dan media. Banyak pihak yang melihat langkah ini sebagai bentuk tanggung jawab PBNU dalam menjaga konsistensi sikapnya terhadap isu Palestina. Ada juga yang menganggap keputusan ini sebagai upaya untuk meredam kontroversi yang timbul akibat pertemuan dengan Presiden Israel.
Namun, keputusan ini juga bisa berpotensi menimbulkan dampak terhadap hubungan PBNU dengan berbagai lembaga internasional yang mungkin memiliki hubungan atau afiliasi dengan Israel. PBNU harus siap menghadapi tantangan dan memastikan bahwa keputusan ini tidak mengganggu kerja sama yang konstruktif di tingkat internasional, terutama dalam konteks kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Larangan kerja sama dengan organisasi yang terafiliasi dengan Israel yang dikeluarkan oleh PBNU merupakan langkah penting dalam menegaskan komitmen organisasi ini terhadap hak-hak Palestina. Keputusan ini mencerminkan upaya PBNU untuk menjaga integritas dan prinsip-prinsip yang telah lama dipegangnya, serta untuk merespons kontroversi yang muncul akibat pertemuan lima tokoh Nahdliyin dengan Presiden Israel.
Dengan langkah ini, PBNU menunjukkan keseriusannya dalam mempertahankan posisi dan sikapnya terhadap isu Palestina, sambil terus menjalankan tugas-tugas kemanusiaan dan sosial lainnya. Ini juga menggarisbawahi pentingnya bagi organisasi besar seperti PBNU untuk tetap konsisten dalam sikap dan kebijakan yang diambil, terutama dalam isu-isu yang menyangkut hak asasi manusia dan keadilan global. *Mukroni
Foto detiknews
- Berita Terkait :
PWNU DKI Jakarta Ambil Langkah Tegas: Pecat Kader yang Temui Presiden Israel
ICJ: Kehadiran Israel di Wilayah Palestina Merupakan Bentuk Aneksasi Ilegal
Arab Saudi Desak Dewan Keamanan PBB untuk Hentikan Agresi Israel dan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Bella Hadid Luncurkan Kampanye Adidas Originals di New York
Zarah Sultana: Desak Inggris Hentikan Penjualan Senjata ke Israel dan Tegakkan Hukum Internasional
MUI Nonaktifkan Dua Anggota Setelah Dugaan Keterkaitan dengan Organisasi Yahudi
Emergency Workers Uncover Dozens of Bodies in Gaza City District Following Israeli Assault
UK’s New PM Keir Starmer Calls for Urgent Gaza Ceasefire and Two-State Solution
Netanyahu Announces Israeli Delegation to Cairo for Ceasefire Talks Amid Ongoing Gaza Conflict
Hamas Accuses Israel of Stalling in Gaza Ceasefire Talks, Awaits Mediator Updates
Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence
Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention
Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun
Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians
Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats
Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase
Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention
Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity
Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang
Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza
Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott
Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB