Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam langkah yang mengejutkan, Spanyol telah mengumumkan akan ikut campur dalam kasus genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ). Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menyampaikan keputusan ini pada konferensi pers hari Kamis. Keputusan ini diambil di tengah eskalasi operasi militer Israel di Gaza yang telah menimbulkan banyak korban jiwa dan penderitaan. Albares menekankan bahwa tujuan utama Spanyol adalah untuk mengakhiri perang dan mendorong solusi dua negara yang telah lama diusulkan sebagai solusi damai untuk konflik Israel-Palestina.
Langkah Berani di Tengah Ketegangan Diplomatik
Langkah Spanyol untuk ikut campur dalam kasus ini terjadi dua minggu setelah mereka, bersama dengan Irlandia dan Norwegia, mengakui Palestina sebagai negara. Pengakuan ini memicu reaksi keras dari Israel, yang melihat langkah tersebut sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan kepentingan nasional mereka. Spanyol menjadi negara Eropa kedua setelah Irlandia yang menyatakan niatnya untuk campur tangan dalam kasus tuduhan Israel melanggar Konvensi Genosida 1948.
Keputusan ini juga menunjukkan solidaritas yang kuat terhadap Palestina dan keprihatinan yang mendalam terhadap situasi kemanusiaan di Gaza. Dalam beberapa tahun terakhir, situasi di Gaza telah memburuk dengan cepat, dengan blokade yang diberlakukan oleh Israel dan seringnya serangan militer yang menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur dan korban sipil.
Dukungan Internasional yang Meningkat
Langkah Spanyol untuk ikut campur dalam kasus ini bukanlah langkah yang berdiri sendiri. Meksiko, pekan lalu, juga mengajukan deklarasi intervensi dalam kasus yang sama. Beberapa negara lain telah mengajukan atau mengumumkan niat mereka untuk ikut campur, menunjukkan bahwa ada peningkatan dukungan internasional terhadap langkah Afrika Selatan di ICJ. Ini mencerminkan kekhawatiran global yang semakin besar terhadap tindakan Israel di Gaza dan dorongan untuk mencari keadilan bagi rakyat Palestina.
Albares menyatakan bahwa Spanyol bermaksud untuk mendukung pekerjaan pengadilan, khususnya dalam menerapkan tindakan sementara yang harus diambil oleh Israel untuk melindungi warga Palestina di Gaza. Pada 26 Januari, beberapa minggu setelah Afrika Selatan menuntut Israel ke pengadilan atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, ICJ mengeluarkan keputusan sementara yang menyerukan Israel untuk mengambil langkah-langkah mendesak untuk mencegah tindakan yang termasuk dalam Pasal II Konvensi Genosida.
Baca juga : Opini Roy tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi
Baca Juga : Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Baca Juga : Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Keputusan ICJ dan Reaksi Israel
Keputusan ICJ memerintahkan Israel untuk mencegah tindakan-tindakan yang dapat dikategorikan sebagai genosida, seperti membunuh anggota kelompok tertentu, menyebabkan kerugian fisik atau mental yang serius, dengan sengaja menyebabkan kehancuran fisik kelompok tersebut, dan menerapkan tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut. Selain itu, pengadilan juga memerintahkan Israel untuk memungkinkan penyediaan bantuan kemanusiaan yang mendesak dan mencegah penghancuran bukti kejahatan.
Meskipun begitu, pengadilan tidak memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Gaza, yang merupakan salah satu tuntutan utama Afrika Selatan. Keputusan ini juga tidak menentukan apakah Israel melakukan genosida, sebuah penilaian yang kemungkinan besar akan memakan waktu lebih lama untuk dicapai.
Sejak keputusan tersebut diumumkan, Israel secara konsisten menentang tindakan sementara tersebut, dengan alasan bahwa bantuan kemanusiaan masih belum bisa menjangkau penduduk di Gaza. Albares menyatakan bahwa situasi di Gaza sangat memprihatinkan, dengan bantuan kemanusiaan yang terhambat mencapai warga sipil yang membutuhkan.
Intervensi dalam Prosedur Hukum Internasional
Albares menekankan bahwa Spanyol tidak memiliki standar ganda dalam kasus ini, dengan menyatakan bahwa Madrid juga berpartisipasi dalam prosedur hukum terkait perang Rusia terhadap Ukraina. Ini menunjukkan bahwa Spanyol berkomitmen terhadap penegakan hukum internasional dan perlindungan hak asasi manusia tanpa memandang kepentingan politik.
Pertengkaran Diplomatik dengan Israel
Keputusan Spanyol untuk mengakui Palestina sebagai negara juga memicu ketegangan diplomatik dengan Israel. Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa konsulat Spanyol di Yerusalem tidak lagi dapat memberikan layanan kepada warga Palestina dan meminta pemerintahnya untuk “mempelajari 700 tahun pemerintahan Islam di Andalusia.”
Komentar Katz ini mencerminkan reaksi keras Israel terhadap langkah-langkah diplomatik yang diambil oleh Spanyol. Katz juga menyoroti pernyataan Wakil Perdana Menteri Spanyol, Yolanda Diaz, yang menyatakan “Dari sungai hingga laut, Palestina akan bebas.” Pernyataan ini dianggap oleh beberapa pihak pro-Israel sebagai seruan untuk kehancuran Israel, meskipun para aktivis pro-Palestina menegaskan bahwa slogan tersebut merujuk pada diakhirinya pelanggaran hak asasi manusia dan pendudukan Israel di seluruh wilayah bersejarah Palestina.
Komentar Katz tentang sejarah Al-Andalus memicu kritik dan ejekan di media sosial, dengan banyak orang menunjukkan ketidakakuratan sejarah dari pernyataannya. Sejarah Al-Andalus sendiri adalah periode ketika semenanjung Iberia berada di bawah kekuasaan Islam, yang sering kali dianggap sebagai masa toleransi dan kemajuan budaya oleh banyak sejarawan.
Konflik Israel-Palestina: Latar Belakang dan Dampaknya
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade, dengan akar permasalahan yang sangat kompleks dan mendalam. Ketegangan antara kedua belah pihak telah menyebabkan berbagai perang, pemberontakan, dan tindakan kekerasan yang berulang. Salah satu aspek paling tragis dari konflik ini adalah penderitaan rakyat sipil, terutama di Gaza, yang sering kali menjadi target serangan militer dan blokade yang ketat.
Gaza, dengan populasi sekitar dua juta orang, mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir sejak tahun 2007 telah membuat situasi di Gaza semakin buruk, dengan akses terbatas terhadap makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Serangan militer yang berulang dari Israel telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah, dan fasilitas penting lainnya.
Solusi Dua Negara: Harapan dan Tantangan
Solusi dua negara telah lama diusulkan sebagai jalan keluar damai untuk konflik Israel-Palestina. Solusi ini mengusulkan pembentukan negara Palestina yang merdeka di samping negara Israel, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Namun, upaya untuk mencapai solusi ini terus-menerus terhambat oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan politik internal di kedua belah pihak, permukiman Israel di Tepi Barat, dan kebijakan keamanan yang ketat dari Israel.
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, banyak pihak internasional, termasuk Spanyol, tetap mendukung solusi dua negara sebagai cara terbaik untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi di kawasan tersebut. Keputusan Spanyol untuk mengakui Palestina sebagai negara dan ikut campur dalam kasus genosida di ICJ adalah bagian dari upaya mereka untuk mendukung solusi ini dan menekan Israel untuk menghentikan tindakan yang dianggap melanggar hukum internasional.
Keputusan Spanyol untuk ikut campur dalam kasus genosida terhadap Israel di ICJ menunjukkan komitmen negara tersebut terhadap penegakan hukum internasional dan perlindungan hak asasi manusia. Langkah ini juga mencerminkan dukungan kuat terhadap Palestina di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik dengan Israel.
Meskipun langkah ini menambah tekanan internasional terhadap Israel, masih harus dilihat bagaimana keputusan ICJ dan intervensi dari negara-negara seperti Spanyol akan mempengaruhi situasi di Gaza dan prospek perdamaian di Timur Tengah. Yang jelas adalah bahwa komunitas internasional semakin tidak sabar melihat berlanjutnya penderitaan warga sipil di Gaza dan mendesak solusi yang adil dan berkelanjutan untuk konflik yang sudah berlangsung lama ini.
Dengan demikian, tindakan Spanyol ini bisa menjadi dorongan signifikan bagi upaya internasional untuk mencari keadilan bagi rakyat Palestina dan mengakhiri siklus kekerasan yang telah berlangsung terlalu lama. Masyarakat global kini menunggu langkah berikutnya dari ICJ dan bagaimana Israel akan menanggapi tekanan internasional ini. *Mukroni
Sumber middleeasteye.net
Foto Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut