Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam upaya terbaru untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di berbagai belahan dunia, penyanyi-penulis lagu Amerika Kehlani telah bergabung dengan merek fesyen Palestina Nöl Collective. Mereka meluncurkan sebuah proyek penggalangan dana yang ambisius dengan merilis kaus oblong edisi terbatas. Proyek ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi keluarga yang terdampak konflik di Palestina, Kongo, dan Sudan. Semua hasil penjualan dari proyek ini, yang diluncurkan pada 31 Mei 2024, akan disumbangkan melalui Operation Olive Branch, sebuah organisasi akar rumput yang berfokus pada bantuan kemanusiaan dan pemberdayaan komunitas yang terkena dampak kekerasan di Afrika dan Timur Tengah.
Latar Belakang Kolaborasi
Kehlani, yang dikenal tidak hanya sebagai musisi berbakat tetapi juga sebagai advokat vokal untuk berbagai isu sosial dan politik, telah lama menunjukkan kepedulian mendalam terhadap penderitaan manusia akibat konflik global. Selama bertahun-tahun, ia menggunakan platformnya untuk menyuarakan keprihatinannya tentang genosida yang sedang berlangsung di Gaza, kekerasan apartheid di wilayah Palestina lainnya, serta krisis kemanusiaan yang menghantam Kongo, Sudan, Haiti, dan Yaman. Inisiatif kolaboratif dengan Nöl Collective ini adalah kelanjutan dari komitmennya untuk tidak hanya berbicara tentang isu-isu ini tetapi juga mengambil tindakan nyata untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Nöl Collective, didirikan oleh Yasmeen Mjalli, adalah sebuah merek fesyen Palestina yang dikenal dengan dedikasinya terhadap keadilan sosial dan pemberdayaan komunitas lokal. Mjalli dan timnya di Nöl tidak hanya fokus pada menciptakan pakaian berkualitas tinggi, tetapi juga menggunakan produk mereka sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang hak asasi manusia dan solidaritas global. Kolaborasi ini, yang menggabungkan kekuatan kreatif Kehlani dan Nöl, bertujuan untuk menciptakan dampak yang lebih besar dan lebih luas.
Proses Kreatif dan Produksi
Kaus oblong edisi terbatas ini dirancang oleh Yasmeen Mjalli sendiri. Dengan gaya yang sederhana namun penuh makna, kaus tersebut diproduksi di Palestina, memberikan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi para pekerja lokal di tengah situasi yang sulit. Desainnya mencerminkan semangat solidaritas dan harapan, dengan elemen-elemen visual yang menggambarkan perjuangan dan kekuatan komunitas yang didukung oleh proyek ini.
Kehlani sangat terlibat dalam setiap tahap proses kreatif, memastikan bahwa setiap detail mencerminkan komitmen mereka terhadap tujuan kemanusiaan. “Kami ingin menciptakan sesuatu yang tidak hanya menarik secara estetika tetapi juga membawa pesan kuat tentang solidaritas dan kepedulian,” kata Kehlani. “Setiap kaus adalah simbol dari dukungan kami untuk mereka yang menderita, dan kami berharap ini bisa menginspirasi orang lain untuk turut berkontribusi.”
Peluncuran Proyek dan Tujuan Penggalangan Dana
Peluncuran proyek ini bertepatan dengan rilis single terbaru Kehlani yang berjudul “next 2 u”. Kehlani berharap momentum dari peluncuran single ini dapat menarik perhatian lebih banyak orang terhadap proyek penggalangan dana ini. “Kami ingin menggunakan setiap kesempatan untuk mengangkat isu-isu kemanusiaan ini,” tambah Kehlani. “Dengan menghubungkan peluncuran musik baru saya dengan proyek ini, kami berharap dapat menjangkau lebih banyak pendengar dan menginspirasi mereka untuk ikut serta dalam membantu.”
Dana yang terkumpul dari penjualan kaus akan disalurkan melalui Operation Olive Branch. Organisasi ini berdedikasi untuk memperkuat suara Palestina dan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi mereka yang terkena dampak kekerasan di berbagai wilayah konflik. Dana tersebut akan digunakan untuk memberikan bantuan langsung kepada keluarga-keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan, termasuk kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perawatan medis.
Baca juga : Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Baca juga : Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Respons dan Dukungan Publik
Proyek ini telah menerima respons positif dari para penggemar Kehlani dan pendukung hak-hak kemanusiaan dari seluruh dunia. Di media sosial, dukungan mengalir deras dengan banyak orang yang memuji inisiatif ini sebagai langkah konkret dalam upaya membantu mereka yang sedang menderita. Hashtag #KehlaniForHumanity dan #NolCollectiveForPeace menjadi tren, menunjukkan betapa luasnya dukungan dan apresiasi publik terhadap proyek ini.
Banyak organisasi kemanusiaan dan aktivis sosial juga memberikan dukungan mereka. Mereka mengapresiasi langkah Kehlani yang tidak hanya menggunakan suaranya untuk menyuarakan keprihatinan tetapi juga mengambil tindakan nyata yang dapat memberikan dampak positif. “Ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana selebriti dapat menggunakan platform mereka untuk kebaikan,” kata seorang juru bicara dari sebuah organisasi kemanusiaan internasional. “Kami berharap lebih banyak figur publik akan terinspirasi untuk melakukan hal serupa.”
Masa Depan Proyek dan Kolaborasi Lanjutan
Baik Kehlani maupun Nöl Collective berharap bahwa proyek ini hanyalah awal dari banyak inisiatif kolaboratif yang akan datang. Mereka berencana untuk terus bekerja sama dalam proyek-proyek serupa yang dapat membantu komunitas-komunitas yang terpinggirkan dan terdampak konflik. “Kami melihat ini sebagai langkah pertama dalam perjalanan panjang untuk mendukung dan memberdayakan mereka yang membutuhkan,” kata Yasmeen Mjalli. “Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan mencari cara baru untuk membuat perbedaan.”
Selain itu, mereka juga berharap proyek ini dapat menginspirasi kolaborasi serupa antara seniman, aktivis, dan organisasi kemanusiaan di masa depan. Dengan menggabungkan seni, mode, dan aktivisme, mereka telah menunjukkan bahwa dampak positif dapat dicapai melalui kerja sama lintas disiplin. “Kami berharap dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi kolaborasi kreatif lainnya yang berfokus pada kebaikan sosial,” tambah Kehlani.
Kolaborasi antara Kehlani dan Nöl Collective dalam proyek penggalangan dana ini adalah contoh nyata bagaimana seni dan aktivisme dapat bersatu untuk menciptakan perubahan positif. Dengan meluncurkan kaus oblong edisi terbatas dan mendonasikan 100% hasil penjualannya untuk tujuan kemanusiaan, mereka tidak hanya memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan tetapi juga menginspirasi orang lain untuk ikut berkontribusi dalam upaya kemanusiaan.
Proyek ini menekankan pentingnya solidaritas dan aksi nyata dalam menghadapi krisis kemanusiaan global. Kehlani dan Nöl Collective menunjukkan bahwa dengan kreativitas, kemauan, dan kolaborasi, kita semua dapat memainkan peran dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan lebih manusiawi. Melalui inisiatif ini, mereka tidak hanya membantu keluarga-keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan, tetapi juga mengingatkan kita semua akan kekuatan dari sebuah tindakan yang didasarkan pada empati dan kebaikan.
Dalam menghadapi tantangan global, langkah-langkah seperti yang diambil oleh Kehlani dan Nöl Collective sangatlah penting. Mereka tidak hanya menawarkan bantuan finansial dan dukungan material, tetapi juga memberikan harapan dan inspirasi. Dengan proyek ini, Kehlani dan Nöl Collective telah menunjukkan bahwa perubahan positif dapat dimulai dari satu tindakan kecil dan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan. *Mukroni
Sumber scenenow.com
- Berita Terkait :
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut