Jakarta, Kowantaranews.com -Steven Seagal, aktor film aksi terkenal asal Amerika Serikat, kembali menjadi pusat perhatian internasional setelah menerima penghargaan bergengsi dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam sebuah upacara di Kremlin, Moskow, pada 30 Mei 2024, Seagal dianugerahi Order of Friendship Rusia sebagai pengakuan atas kontribusinya yang besar terhadap pengembangan kerja sama budaya dan kemanusiaan internasional. Namun, bukan hanya penghargaan itu sendiri yang menarik perhatian, tetapi juga pidato kontroversial Seagal yang mengiringinya.
Dalam video yang beredar luas di platform media sosial X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Seagal tampak dengan penuh semangat menyampaikan pidatonya. Membaca langsung dari teleponnya, bintang “Under Siege” itu melontarkan serangkaian klaim yang memicu perdebatan sengit tentang Ukraina, negara yang selama bertahun-tahun menjadi pusat konflik dengan Rusia. Seagal menyebut Ukraina sebagai sarang berbagai aktivitas kriminal dan ideologi berbahaya sebelum invasi Rusia pada awal tahun 2022.
“Ukraina terkenal dengan perdagangan manusia, perdagangan organ, perdagangan narkotika, perdagangan seks anak, laboratorium perang biokimia, fasisme, dan nazisme,” ujar Seagal dalam pidatonya. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa semua hal tersebut masih menjadi masalah yang perlu diatasi untuk mengubah Ukraina menjadi “saudara” bagi Rusia. “Ini semua adalah racun yang dapat berdampak pada seluruh dunia dan bukan hanya kita,” tambahnya.
Seagal tidak berhenti di situ. Dia memperingatkan bahwa ketegangan internasional yang berlarut-larut dapat memicu “Perang Dunia 3”, dan mengecam Amerika Serikat serta negara-negara Barat lainnya atas dukungan mereka terhadap Ukraina. “Perang yang kita ikuti saat ini dimulai dan dibiayai oleh Barat, dan telah melibatkan seluruh dunia dalam perjuangan melawan kebaikan dan kejahatan,” kata aktor tersebut. Dia juga menyerukan agar seluruh agama, bangsa, dan umat manusia bersatu untuk melawan apa yang dia sebut sebagai “monster pers palsu”.
Pidato Seagal ini mengundang reaksi beragam dari berbagai kalangan. Di satu sisi, pendukung Rusia memuji keberanian Seagal untuk berbicara lantang dan mendukung narasi Kremlin. Di sisi lain, banyak pihak mengecamnya karena menyebarkan informasi yang tidak berdasar dan memperkeruh situasi yang sudah tegang. Beberapa kritikus menyoroti bagaimana Seagal, sebagai seorang selebriti, dapat memiliki pengaruh yang besar dan berbahaya dengan menyebarkan pandangan yang ekstrem dan kontroversial.
Seagal bukanlah wajah baru dalam lingkaran politik Rusia. Hubungannya dengan Putin telah berlangsung cukup lama dan sering kali menjadi sorotan media. Pada tahun 2016, Putin secara pribadi memberikan paspor Rusia kepada Seagal, sebuah tindakan yang membuat aktor tersebut dilarang memasuki Ukraina selama lima tahun. Pada tahun 2018, Seagal diangkat sebagai perwakilan khusus Kementerian Luar Negeri Rusia yang bertanggung jawab atas hubungan kemanusiaan antara Rusia dan Amerika Serikat. Jabatan ini menunjukkan seberapa dalam hubungan Seagal dengan pemerintah Rusia.
Baca juga : Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Baca juga : Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Sejak mendapatkan kewarganegaraan Rusia, Seagal telah aktif mendukung kebijakan dan tindakan Putin. Awal bulan ini, dia bahkan menghadiri upacara pelantikan masa jabatan kelima berturut-turut Putin di Moskow, menunjukkan dukungannya yang tak tergoyahkan. Kehadiran Seagal di acara-acara resmi Kremlin dan perannya sebagai juru bicara informal Putin di mata dunia Barat menunjukkan bagaimana seorang selebriti Hollywood dapat terlibat dalam diplomasi internasional.
Namun, dukungan Seagal terhadap Rusia bukan tanpa kontroversi. Pada tahun-tahun sebelumnya, dia telah beberapa kali membuat pernyataan yang memicu debat dan kemarahan. Dia pernah mengkritik kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan memuji tindakan militer Rusia di Suriah, yang menurutnya bertujuan untuk memerangi terorisme. Seagal juga pernah mengatakan bahwa Putin adalah “salah satu pemimpin dunia terbesar jika bukan yang terbesar saat ini.”
Kritik terhadap Seagal sering kali berpusat pada pandangan bahwa dia menggunakan ketenarannya untuk mendukung narasi yang pro-Rusia, yang sering kali bertentangan dengan pandangan umum di Barat. Pandangannya tentang Ukraina, khususnya, telah memicu kemarahan karena banyak yang menganggap bahwa dia mengabaikan penderitaan rakyat Ukraina dan dampak dari invasi Rusia. Sejak invasi pada tahun 2022, ribuan nyawa telah hilang, jutaan orang terpaksa mengungsi, dan kehancuran terjadi di banyak wilayah Ukraina.
Selain itu, tuduhan Seagal tentang perdagangan manusia, organ, dan narkotika di Ukraina tanpa bukti yang kuat dianggap berbahaya dan menyesatkan. Klaim-klaim seperti ini dapat mempengaruhi persepsi publik dan menambah keruh situasi politik internasional yang sudah kompleks. Pengamat politik juga mengkhawatirkan dampak dari pidato seperti ini terhadap upaya diplomatik dan kemanusiaan yang sedang berjalan.
Di sisi lain, ada pula yang melihat Seagal sebagai sosok yang berani berbicara tentang apa yang dia percayai, meskipun pandangannya kontroversial. Beberapa orang menganggap bahwa kritiknya terhadap media Barat mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap cara media mainstream meliput konflik internasional. Mereka berpendapat bahwa Seagal memberikan perspektif alternatif yang jarang disorot oleh media besar.
Apa pun pandangannya, tidak dapat disangkal bahwa Steven Seagal telah menjadi tokoh yang kontroversial dalam konteks politik internasional. Dari seorang aktor film aksi hingga menjadi juru bicara informal untuk Presiden Rusia, peran Seagal telah berkembang jauh melampaui dunia hiburan. Tindakannya menerima penghargaan dari Putin dan pidatonya yang penuh klaim kontroversial tentang Ukraina menegaskan posisinya sebagai salah satu pendukung kuat Rusia di panggung global.
Di tengah semua kontroversi ini, yang jelas adalah bahwa konflik di Ukraina tetap menjadi isu sentral dalam politik internasional. Dukungan dan kritik dari tokoh-tokoh terkenal seperti Seagal menunjukkan betapa kompleks dan terpecahnya pandangan dunia tentang konflik ini. Sementara beberapa orang mungkin melihat Seagal sebagai pahlawan yang berani mengungkap “kebenaran tersembunyi”, banyak yang lainnya melihatnya sebagai agen propaganda yang memperparah ketegangan internasional.
Dengan situasi yang terus berkembang dan konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, peran dan pengaruh tokoh-tokoh seperti Steven Seagal dalam politik global akan terus menjadi bahan perdebatan. Terlepas dari pandangan pribadi tentang tindakannya, satu hal yang pasti: Seagal telah berhasil mempertahankan relevansi dan pengaruhnya di panggung internasional, meskipun dengan cara yang sangat kontroversial. *Mukroni
Sumber au.news.yahoo.com
Foto internasional.kompas.com
- Berita Terkait :
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut