Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tanggal 22 November, Max Chandler-Mather menyampaikan pidato yang menggetarkan hati di Parlemen Australia, menyoroti Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang akan datang pada tanggal 29 November. Dalam pidatonya, Chandler-Mather menekankan pentingnya solidaritas internasional dan urgensi mengatasi ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina.
“Pada tanggal 29 November, kita memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina. Momen ini sangat penting bagi kita untuk menegaskan kembali komitmen kita terhadap hak asasi manusia dan keadilan bagi saudara-saudara kita di Palestina,” kata Chandler-Mather membuka pidatonya.
Ia melanjutkan dengan menjelaskan tentang penunjukan pakar hak asasi manusia independen oleh PBB untuk mengawasi isu-isu spesifik di seluruh dunia. “Saat ini terdapat lebih dari 50 pelapor khusus yang bertugas dalam kapasitas ini. Pelapor khusus mengenai situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina adalah pengacara dan akademisi Italia, Francesca Albanese,” lanjutnya. Chandler-Mather mencatat bahwa laporan terbaru Francesca Albanese, yang baru saja disampaikan kepada Majelis Umum PBB, memberikan pandangan yang sangat rinci dan serius mengenai situasi di Palestina.
Dalam laporan setebal 23 halaman tersebut, Francesca Albanese secara sistematis mencatat realitas terkini di wilayah pendudukan Palestina. Chandler-Mather mengutip laporan itu, yang menyimpulkan bahwa negara Israel menjalankan rezim kolonial pemukim, termasuk menerapkan kebijakan apartheid. Menurut hukum internasional, istilah ‘apartheid’ berlaku ketika pelanggaran hak asasi manusia yang serius dilakukan dalam konteks rezim yang terlembaga yang melakukan penindasan dan dominasi sistematis oleh satu kelompok ras terhadap kelompok ras lainnya, dengan tujuan untuk mempertahankan rezim tersebut.
“Pelanggaran-pelanggaran ini termasuk undang-undang dan kebijakan diskriminatif, penolakan terhadap persamaan kewarganegaraan dan status, pembatasan pergerakan yang keras, penyitaan besar-besaran atas tanah dan properti Palestina, dan banyak lagi,” ujar Chandler-Mather, merinci temuan laporan tersebut.
Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyoroti bahwa kebijakan Israel bertujuan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan minoritas atas mayoritas penduduk asli di tanah yang dirampas secara paksa. Chandler-Mather menegaskan kembali bahwa pendekatan komunitas internasional terhadap situasi ini harus diubah secara mendasar, dengan fokus pada penentuan nasib sendiri bagi kelompok terjajah, seperti yang telah dilakukan dalam proses dekolonisasi lainnya di seluruh dunia. Sebaliknya, proses perdamaian yang berdasarkan negosiasi semata telah terbukti tidak efektif karena mengabaikan status subordinat Palestina dan melegitimasi pelanggaran hukum internasional.
“Pelapor khusus ini menyarankan bahwa pelanggaran terhadap hukum internasional tidak boleh dinegosiasikan, karena hal ini akan melegitimasi tindakan ilegal tersebut. Oleh karena itu, penghentian pendudukan Israel tidak dapat dikondisikan dalam negosiasi,” tegas Chandler-Mather. Dia menambahkan bahwa proses perdamaian Timur Tengah dan upaya perdamaian bilateral setelahnya akan terus gagal tanpa penyelesaian status subordinat Palestina.
Chandler-Mather juga memuji langkah-langkah yang direkomendasikan oleh pelapor khusus kepada pemerintah Australia. Ia menyebutkan dua rekomendasi utama: pertama, agar Australia mengutuk semua pelanggaran yang disengaja oleh Israel terhadap hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, termasuk seruan untuk segera mengakhiri pendudukan Israel atas Palestina dan pengembalian sumber daya Palestina yang telah diambil alih oleh Israel; dan kedua, bertindak untuk memastikan Israel memiliki akuntabilitas internasional, termasuk melalui Pengadilan Kriminal Internasional. Selain itu, ia menekankan pentingnya meninjau bisnis apa pun yang beroperasi di Australia untuk memastikan mereka tidak terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di Palestina. Untuk mendukung tujuan ini, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia perlu segera merilis database terkini mengenai perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pemukiman ilegal.
Baca Juga : Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Baca Juga : Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Baca Juga : Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
“Hari ini, kita memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk bersuara demi keadilan dan hak asasi manusia bagi rakyat Palestina. Solidaritas kita bukan hanya tentang kata-kata, tetapi harus tercermin dalam tindakan nyata dan kebijakan yang mendukung perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan,” seru Chandler-Mather, menyerukan tindakan nyata dari pemerintah dan masyarakat internasional.
Pidato Chandler-Mather mendapatkan perhatian luas dan banyak pujian. Aktivis hak asasi manusia, akademisi, dan masyarakat sipil memuji keberaniannya dalam menyuarakan isu yang sering kali diabaikan oleh banyak pihak. Solidaritas internasional memang sangat penting dalam perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai keadilan dan kebebasan.
Salah satu aktivis yang hadir di parlemen, Sarah Ali, menyatakan, “Pidato Max Chandler-Mather adalah panggilan yang sangat dibutuhkan untuk keadilan dan kemanusiaan. Dia tidak hanya mengidentifikasi masalahnya tetapi juga memberikan solusi konkret yang bisa diambil oleh pemerintah Australia dan komunitas internasional.”
Chandler-Mather mengakhiri pidatonya dengan catatan harapan, meskipun situasinya penuh tantangan. “Mari kita berdiri bersama mereka dan memastikan bahwa hak-hak mereka diakui dan dihormati oleh komunitas internasional. Dengan solidaritas yang tulus dan tindakan yang tepat, kita bisa mendukung rakyat Palestina dalam perjuangan mereka untuk penentuan nasib sendiri dan keadilan.”
Pidato ini menegaskan bahwa perjuangan untuk hak asasi manusia di Palestina bukanlah sekadar isu regional, tetapi merupakan bagian dari perjuangan global untuk keadilan dan kemanusiaan. Solidaritas internasional, seperti yang diserukan oleh Max Chandler-Mather, adalah kunci untuk mendorong perubahan dan memastikan bahwa hak-hak rakyat Palestina diakui dan dihormati di seluruh dunia.
Dengan begitu, hari solidaritas ini bukan hanya menjadi peringatan tahunan, tetapi juga menjadi momentum untuk tindakan nyata yang membawa perubahan positif bagi rakyat Palestina dan memperkuat komitmen kita terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan.
Max Chandler-Mather: Profil Seorang Politikus dan Aktivis
Max Chandler-Mather (/ˈmeɪðər/ – MAY-dhər; lahir 15 Februari 1992) adalah seorang politikus dan anggota serikat pekerja asal Australia yang telah menarik perhatian nasional melalui komitmennya terhadap keadilan sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia. Sebagai anggota Partai Hijau Australia, Chandler-Mather berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan federal Australia tahun 2022, mewakili Divisi Griffith. Dalam pemilihan tersebut, ia berhasil mengalahkan anggota Partai Buruh yang sedang menjabat, Terri Butler, yang menunjukkan meningkatnya dukungan publik terhadap agenda progresif yang diusung oleh Partai Hijau.
Latar Belakang dan Pendidikan
Chandler-Mather adalah penduduk Woolloongabba, sebuah suburb di Brisbane, Queensland. Sebelum terjun ke dunia politik, ia aktif dalam gerakan serikat pekerja, yang membentuk pandangannya tentang pentingnya hak-hak buruh dan kondisi kerja yang adil. Pengalamannya sebagai anggota serikat pekerja menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan hak-hak pekerja dan keadilan sosial.
Karier Politik
Sebagai anggota Partai Hijau Queensland, Chandler-Mather bekerja untuk partai tersebut sebelum terpilih menjadi anggota parlemen. Partai Hijau dikenal dengan fokusnya pada isu-isu lingkungan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia. Chandler-Mather, dengan latar belakangnya sebagai aktivis dan anggota serikat pekerja, sangat cocok dengan nilai-nilai yang diusung oleh partai ini.
Dalam pemilihan federal tahun 2022, Chandler-Mather berhasil mendapatkan kursi di Divisi Griffith, mengalahkan petahana dari Partai Buruh, Terri Butler. Kemenangan ini menandai perubahan signifikan dalam preferensi pemilih di daerah tersebut dan menunjukkan meningkatnya dukungan terhadap platform politik yang lebih progresif dan berorientasi pada lingkungan.
Fokus dan Prestasi
Sejak terpilih, Chandler-Mather telah dikenal sebagai advokat vokal untuk berbagai isu penting, termasuk perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak asasi manusia. Dia sering berbicara tentang perlunya tindakan nyata dalam menghadapi krisis iklim dan mendorong kebijakan yang lebih adil dan berkelanjutan. Komitmennya terhadap isu-isu ini mencerminkan keyakinannya bahwa perubahan yang signifikan hanya dapat dicapai melalui kebijakan yang berani dan progresif.
Baca Juga : Terima Kasih, Biden: Ribuan Orang di Yerusalem Berunjuk Rasa Mendukung Tawaran Kesepakatan Sandera yang Baru
Baca Juga : Protes Anti-Islam di London: Pendukung Tommy Robinson Teriakkan Slogan Kebencian, Aktivis Pro-Palestina Ditangkap
Baca Juga : Kehlani Berkolaborasi dengan Kolektif Nöl Palestina dalam Proyek Penggalangan Dana untuk Keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan
Solidaritas untuk Palestina
Salah satu momen penting dalam karier politik Chandler-Mather adalah pidatonya di Parlemen Australia pada tanggal 22 November 2024, di mana ia menyampaikan dukungannya untuk rakyat Palestina menjelang Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina pada tanggal 29 November. Dalam pidatonya, ia menyoroti penunjukan Francesca Albanese sebagai pelapor khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina dan merujuk pada laporan terbaru yang menuduh Israel menjalankan rezim kolonial pemukim dan menerapkan kebijakan apartheid.
Chandler-Mather menegaskan bahwa apartheid, menurut hukum internasional, terjadi ketika pelanggaran hak asasi manusia yang serius dilakukan dalam konteks rezim yang terlembaga yang melakukan penindasan dan dominasi sistematis oleh satu kelompok ras terhadap kelompok ras lainnya. Dia mendesak komunitas internasional untuk mengubah pendekatan mereka terhadap situasi ini dengan fokus pada penentuan nasib sendiri bagi rakyat Palestina.
Pidato ini mendapat banyak pujian dari aktivis hak asasi manusia, akademisi, dan masyarakat sipil yang mengapresiasi keberaniannya dalam menyuarakan isu yang sering diabaikan. Sarah Ali, seorang aktivis yang hadir di parlemen, memuji pidatonya sebagai “panggilan yang sangat dibutuhkan untuk keadilan dan kemanusiaan.”
Max Chandler-Mather adalah seorang politikus yang berkomitmen pada nilai-nilai keadilan sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia. Kariernya sebagai anggota parlemen Partai Hijau untuk Divisi Griffith menyoroti pentingnya suara progresif dalam politik Australia. Dengan latar belakang sebagai aktivis dan anggota serikat pekerja, Chandler-Mather terus memperjuangkan perubahan yang signifikan dan berkelanjutan dalam kebijakan nasional. Pidatonya tentang solidaritas untuk Palestina menunjukkan keberaniannya dalam mengadvokasi hak asasi manusia di panggung internasional, menjadikannya salah satu suara penting dalam perjuangan untuk keadilan global. *Mukroni
Sumber www.maxchandlermather.com
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut