Jakarta, Kowantaranews.com -Di tengah meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Gaza, jurnalis terkemuka Israel, Gideon Levy, menyampaikan kritik tajam terhadap media Israel yang dianggapnya gagal melaporkan realitas sebenarnya di wilayah tersebut. Levy, seorang kolumnis untuk surat kabar Haaretz dan anggota dewan editorialnya, mengungkapkan kekhawatirannya tentang bagaimana media Israel mengabaikan pembunuhan warga Palestina dan lebih fokus pada tentara Israel dan keluarga sandera. Dalam wawancara dengan Amy Goodman dari Democracy Now!, Levy mengecam media domestik Israel yang dianggapnya sebagai bagian dari mesin propaganda yang tidak menunjukkan penderitaan di Gaza.
Media Israel: Fokus pada Sisi Israel
Levy menyoroti bahwa media Israel, meskipun bebas dan dimiliki secara komersial, secara sukarela memilih untuk tidak menunjukkan gambaran lengkap dari konflik di Gaza. Dia menjelaskan bahwa rata-rata penonton Israel tidak melihat penderitaan di Gaza sama sekali. Sebaliknya, mereka melihat kisah para tentara Israel dan keluarga sandera, yang disampaikan melalui berbagai liputan yang terus-menerus memuji keberanian dan pengorbanan mereka. Levy menyatakan bahwa media Israel mengkhianati misi utama mereka sebagai jurnalis, yaitu menceritakan kisah selengkapnya dan memberikan gambaran yang seimbang.
Dalam wawancara tersebut, Levy menggambarkan bagaimana media Israel menampilkan visual yang hanya mendukung narasi pemerintah dan militer. Salah satu contohnya adalah tayangan dari i24NEWS yang menampilkan komandan militer Israel Letnan Kolonel Dotan yang menunjukkan terowongan Hamas di bawah kamar anak-anak di Jalur Gaza. Tayangan seperti ini, menurut Levy, hanya memperkuat pandangan satu sisi dan tidak memperlihatkan penderitaan warga sipil Palestina yang menjadi korban konflik tersebut.
Dehumanisasi dan Pengkhianatan Misi Jurnalistik
Levy menegaskan bahwa media Israel telah memilih untuk dehumanisasi terhadap warga Palestina dengan tidak menampilkan penderitaan mereka. Dia menyatakan bahwa penderitaan di Gaza hampir tidak pernah ditampilkan di media Israel, dan jika pun ada, hanya dalam bentuk angka statistik yang tidak memberikan gambaran nyata tentang skala tragedi yang terjadi. Levy mengkritik media yang lebih memilih untuk menyenangkan penonton dengan menampilkan kisah-kisah heroik tentara Israel dan mengabaikan penderitaan warga sipil Palestina.
Menurut Levy, keputusan media Israel untuk tidak menampilkan penderitaan di Gaza bukanlah karena tekanan dari pemerintah atau militer, tetapi karena media tersebut tahu bahwa inilah yang diinginkan oleh penonton mereka. Dia menegaskan bahwa media Israel secara sukarela menjadi bagian dari mesin propaganda yang hanya menampilkan narasi yang menguntungkan Israel. Levy merasa bahwa tindakan ini adalah pengkhianatan terhadap misi jurnalisme yang seharusnya mengungkapkan kebenaran dan memberikan gambaran yang seimbang tentang situasi yang terjadi.
Pembunuhan Jurnalis Palestina
Levy juga menyoroti pembunuhan jurnalis Palestina sebagai bagian dari konflik yang tidak dilaporkan secara memadai oleh media Israel. Dia menyebutkan bahwa lebih dari seratus jurnalis Palestina telah terbunuh dalam beberapa minggu terakhir, sebuah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah modern. Namun, hal ini hampir tidak mendapat perhatian di media Israel. Levy menekankan bahwa dengan mengabaikan pembunuhan jurnalis ini, media Israel sekali lagi mengkhianati misi mereka sebagai jurnalis yang seharusnya melaporkan kebenaran dan mengungkapkan ketidakadilan.
Reaksi Internasional dan Pengaruh Haaretz
Dalam wawancara tersebut, Levy juga membahas reaksi internasional terhadap konflik di Gaza dan peran surat kabar Haaretz. Meskipun Haaretz adalah surat kabar yang relatif kecil dari segi kuantitas pembaca, pengaruhnya cukup signifikan baik di dalam maupun di luar negeri. Levy menjelaskan bahwa Haaretz berusaha memberikan liputan yang lebih seimbang dan kritis tentang konflik tersebut, berbeda dengan media Israel lainnya yang cenderung mengikuti narasi pemerintah.
Namun, Levy juga mengakui bahwa meskipun Haaretz berusaha menampilkan gambaran yang lebih seimbang, pengaruhnya tetap terbatas. Sebagian besar orang Israel masih mengandalkan media utama yang hanya menampilkan satu sisi dari konflik. Levy menegaskan bahwa ini adalah masalah serius karena tanpa informasi yang seimbang, opini publik Israel tidak dapat terbentuk secara objektif.
Baca Juga : Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada
Baca Juga : Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Baca Juga : Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Kelaparan dan Penderitaan di Gaza
Levy juga menyoroti situasi kelaparan yang semakin parah di Gaza. Dia menggambarkan kondisi di mana warga Palestina, termasuk anak-anak, menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Meskipun situasi ini sangat mengerikan, Levy mengungkapkan bahwa hampir tidak ada liputan tentang hal ini di media Israel. Dia menjelaskan bahwa penderitaan warga Gaza tidak diperlihatkan kepada penonton Israel, yang lebih fokus pada cerita tentang tentara Israel dan keluarga sandera.
Levy menganggap bahwa mengabaikan penderitaan di Gaza adalah salah satu bentuk dehumanisasi yang paling ekstrem. Dia menegaskan bahwa penting bagi media untuk menunjukkan gambaran lengkap tentang apa yang terjadi di Gaza, termasuk penderitaan warga sipil, agar masyarakat Israel dapat memahami dampak penuh dari konflik tersebut.
Pesan Terakhir Levy
Dalam wawancara tersebut, Levy menyampaikan pesan terakhir yang kuat tentang pentingnya jurnalisme yang adil dan seimbang. Dia mengingatkan bahwa jurnalis memiliki tanggung jawab untuk mengungkapkan kebenaran dan memberikan gambaran yang lengkap tentang situasi yang terjadi. Levy berharap bahwa media Israel akan mulai mengambil peran ini dengan lebih serius dan memberikan liputan yang lebih seimbang tentang konflik di Gaza.
Levy juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk terus memberikan tekanan kepada Israel agar menghentikan kekerasan dan mencari solusi damai. Dia menekankan bahwa hanya dengan memahami penderitaan kedua belah pihak, masyarakat internasional dapat mendorong proses perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Kritik tajam Gideon Levy terhadap media Israel mengungkapkan masalah serius dalam peliputan konflik di Gaza. Dengan fokus yang lebih pada narasi pemerintah dan militer, media Israel telah mengabaikan penderitaan warga Palestina dan gagal memberikan gambaran yang seimbang tentang situasi yang terjadi. Levy menegaskan pentingnya jurnalisme yang adil dan seimbang untuk mengungkapkan kebenaran dan mendorong proses perdamaian yang berkelanjutan. *Mukroni
Gideon Levy: Jurnalis yang Berani Mengungkap Realitas Pendudukan Israel
Gideon Levy (Ibrani: גדעון לוי; lahir 2 Juni 1953) adalah seorang jurnalis dan penulis terkemuka asal Israel yang dikenal karena karyanya yang mengkritik pendudukan Israel di wilayah Palestina. Levy menulis karya-karya opini dan kolom mingguan untuk surat kabar Haaretz, di mana ia sering kali menyoroti pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di wilayah pendudukan. Berkat artikel-artikelnya yang menggugah, Levy telah memenangkan berbagai penghargaan, termasuk yang terkait dengan hak asasi manusia di wilayah tersebut.
Levy memulai karier jurnalistiknya di Haaretz pada tahun 1982. Sejak itu, ia telah menjadi salah satu suara paling vokal dalam menyuarakan penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel. Dalam tulisan-tulisannya, Levy sering kali menggambarkan kehidupan sehari-hari warga Palestina yang hidup di bawah tekanan militer, pembatasan gerak, dan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Melalui kolom-kolomnya, Levy berusaha memberikan suara kepada mereka yang kerap kali diabaikan oleh media arus utama.
Penghargaan dan Pengakuan
Karya-karya Levy tidak hanya mendapatkan pengakuan di Israel tetapi juga di kancah internasional. Ia telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam jurnalisme dan advokasi hak asasi manusia. Penghargaan ini termasuk Emil Grunzweig Human Rights Award dari Association for Civil Rights in Israel (ACRI) pada tahun 1996 dan Olof Palme Prize pada tahun 2016. Penghargaan-penghargaan ini menegaskan komitmennya untuk mengungkap kebenaran dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas.
Kontroversi dan Kritik
Meskipun menerima banyak pujian, Levy juga menghadapi kritik yang tajam, terutama dari kelompok-kelompok sayap kanan di Israel. Para kritikusnya sering kali menuduhnya sebagai seorang ekstremis sayap kiri dan bahkan sebagai propagandis untuk Hamas. Tuduhan ini muncul karena pandangan dan tulisan-tulisannya yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Israel dan dukungannya untuk hak-hak rakyat Palestina. Namun, Levy selalu menegaskan bahwa ia hanya berusaha untuk mengungkapkan kebenaran dan memberikan gambaran yang seimbang tentang situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Dalam wawancaranya dengan berbagai media, Levy sering kali menyatakan bahwa tugas seorang jurnalis adalah untuk memberikan suara kepada mereka yang tidak bersuara dan untuk melaporkan kebenaran, betapapun tidak populernya kebenaran itu. Ia percaya bahwa media memiliki tanggung jawab moral untuk melaporkan pelanggaran hak asasi manusia dan ketidakadilan, bahkan jika hal itu berarti harus melawan arus dan menghadapi kritik.
Dedikasi terhadap Keadilan
Salah satu contoh paling mencolok dari dedikasi Levy terhadap keadilan adalah liputannya tentang kehidupan di Jalur Gaza. Dalam banyak artikel dan laporan, Levy telah menggambarkan kondisi hidup yang sulit dan penuh tekanan yang dialami oleh warga Gaza akibat blokade dan serangan militer Israel. Ia juga telah mengkritik keras operasi militer Israel yang sering kali menyebabkan banyak korban sipil di Gaza.
Dalam satu artikelnya yang terkenal, Levy menulis tentang sebuah keluarga Palestina yang kehilangan hampir seluruh anggotanya dalam serangan udara Israel. Artikel tersebut menggambarkan dengan sangat jelas penderitaan dan kesedihan yang dialami oleh keluarga tersebut, serta mengecam kebijakan militer yang menyebabkan tragedi tersebut. Melalui tulisan-tulisannya, Levy berusaha untuk membuka mata dunia terhadap realitas yang sering kali tersembunyi di balik narasi resmi.
Baca Juga : Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Baca Juga : Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional
Baca Juga : Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri
Pengaruh dan Warisan
Pengaruh Gideon Levy dalam jurnalisme tidak bisa diremehkan. Karya-karyanya telah menginspirasi banyak jurnalis dan aktivis di seluruh dunia untuk berani mengungkap kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Meskipun menghadapi banyak tantangan dan kritik, Levy tetap teguh pada prinsip-prinsipnya dan terus melaporkan situasi di lapangan dengan integritas dan keberanian.
Levy percaya bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan lengkap tentang apa yang terjadi di sekitar mereka. Ia berharap bahwa melalui tulisan-tulisannya, ia dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi untuk mengakhiri ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Gideon Levy adalah contoh luar biasa dari seorang jurnalis yang berdedikasi untuk mengungkap kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Melalui karyanya di Haaretz, ia telah memberikan suara kepada mereka yang sering kali diabaikan dan membantu membuka mata dunia terhadap realitas penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina di bawah pendudukan. Meskipun menghadapi banyak kritik dan tantangan, Levy tetap teguh pada prinsip-prinsipnya dan terus berjuang untuk mengungkap kebenaran, menjadikannya salah satu jurnalis paling berpengaruh di Israel dan di seluruh dunia.
Sumber democracynow.org
Foto cjpme.org
- Berita Terkait :
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut