Jakarta, Kowantaranews.com -Human Rights Watch (HRW) telah mengeluarkan laporan terbaru yang menyoroti kondisi kritis di Gaza. Laporan tersebut menuduh bahwa pemerintah Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, tindakan yang dikategorikan sebagai “kejahatan perang” oleh organisasi tersebut. Situasi di Gaza telah mencapai titik krisis, dengan anak-anak, ibu hamil, dan menyusui mengalami kekurangan gizi parah dan dehidrasi, sementara fasilitas medis tidak mampu menangani lonjakan kebutuhan yang semakin meningkat.
Omar Shakir, direktur Israel dan Palestina di HRW, menyatakan bahwa penggunaan kelaparan sebagai senjata telah terbukti mematikan bagi anak-anak di Gaza. “Penggunaan kelaparan sebagai senjata perang oleh pemerintah Israel telah terbukti mematikan bagi anak-anak di Gaza. Israel perlu mengakhiri kejahatan perang ini, menghentikan penderitaan ini, dan mengizinkan bantuan kemanusiaan menjangkau seluruh Gaza tanpa hambatan,” tegas Shakir.
Kondisi Kesehatan dan Gizi yang Memburuk
Laporan HRW ini mengungkapkan realitas suram yang dihadapi oleh penduduk Gaza. Anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan, sangat terpengaruh oleh situasi ini. Banyak dari mereka yang meninggal akibat komplikasi yang berhubungan dengan kekurangan gizi dan dehidrasi. Para dokter dan keluarga di Gaza menggambarkan penderitaan yang dialami oleh anak-anak mereka. Anak-anak yang dulunya sehat sekarang terlihat kurus dan lemah, dengan banyak dari mereka mengalami pertumbuhan yang terhambat dan penyakit akibat kekurangan gizi.
Ibu hamil dan menyusui juga tidak luput dari dampak krisis ini. Kekurangan makanan dan air bersih membuat mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi dasar mereka sendiri dan bayi mereka. Kondisi ini mengakibatkan komplikasi serius selama kehamilan dan persalinan, serta mengancam kelangsungan hidup bayi yang baru lahir. Rumah sakit dan fasilitas medis di Gaza kekurangan sumber daya dan alat medis yang diperlukan untuk merawat pasien yang mengalami kekurangan gizi parah. Banyak rumah sakit yang melaporkan kekurangan pasokan makanan medis khusus dan suplemen gizi yang sangat dibutuhkan oleh pasien.
Tanggapan Internasional dan Upaya Bantuan
Sebuah kemitraan yang dikoordinasikan oleh PBB, terdiri dari 15 organisasi internasional dan badan-badan PBB, telah melakukan penyelidikan mendalam mengenai krisis kelaparan di Gaza. Pada tanggal 18 Maret 2024, kemitraan ini melaporkan adanya percepatan besar dalam angka kematian dan kekurangan gizi. Laporan ini menunjukkan bahwa di Gaza utara, di mana sekitar 70 persen penduduknya diperkirakan menghadapi bencana kelaparan, situasi bisa semakin memburuk kapan saja antara pertengahan Maret dan Mei.
Laporan dari kemitraan PBB ini menegaskan urgensi untuk segera mengatasi krisis ini. Mereka menyerukan tindakan cepat dari komunitas internasional untuk menyediakan bantuan kemanusiaan yang mendesak kepada penduduk Gaza. “Semua bukti menunjukkan adanya percepatan besar dalam angka kematian dan kekurangan gizi di Gaza. Situasi ini membutuhkan perhatian segera dari komunitas internasional untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar,” ujar juru bicara kemitraan tersebut.
Meskipun seruan untuk bantuan kemanusiaan telah disampaikan, tantangan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza tetap besar. Blokade yang diberlakukan oleh Israel telah membatasi aliran barang dan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Hal ini membuat sulit bagi organisasi internasional untuk mengirimkan pasokan makanan, obat-obatan, dan alat medis yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Gaza. Banyak konvoi bantuan yang tertahan di perbatasan, menunggu izin untuk masuk ke Gaza.
Konteks Politik dan Konflik Berkepanjangan
Krisis kelaparan di Gaza tidak dapat dilepaskan dari konteks politik dan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Blokade yang diberlakukan oleh Israel sejak tahun 2007 telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan di wilayah tersebut. Pembatasan akses terhadap barang-barang dasar seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk Gaza.
Selain itu, konflik bersenjata yang sering terjadi antara Israel dan kelompok bersenjata di Gaza telah menyebabkan kehancuran infrastruktur yang parah. Serangan udara dan bentrokan militer telah merusak rumah, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya. Ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, yang sudah rentan akibat blokade.
Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk mencapai perdamaian dan solusi dua negara antara Israel dan Palestina menemui banyak hambatan. Negosiasi yang sering terhenti dan ketegangan politik yang tinggi membuat sulit untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Sementara itu, penduduk Gaza terus menderita akibat konflik yang berkepanjangan dan kebijakan-kebijakan yang membatasi akses mereka terhadap kebutuhan dasar.
Reaksi dan Tuntutan dari Berbagai Pihak
Laporan HRW dan kemitraan PBB telah memicu berbagai reaksi dari komunitas internasional, organisasi hak asasi manusia, dan pemerintah berbagai negara. Banyak yang mengecam tindakan Israel yang menggunakan kelaparan sebagai senjata perang dan menyerukan untuk segera dihentikannya blokade terhadap Gaza.
“Penggunaan kelaparan sebagai senjata perang adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan,” ujar seorang juru bicara Amnesty International. “Israel harus bertanggung jawab atas tindakan ini dan segera membuka akses bagi bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza.”
Pemerintah beberapa negara juga telah menyampaikan keprihatinan mereka atas situasi di Gaza. Mereka mendesak Israel untuk menghentikan blokade dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk tanpa hambatan. Beberapa negara telah mengirimkan bantuan darurat dalam bentuk makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya, meskipun menghadapi tantangan logistik untuk mengirimkan bantuan tersebut ke Gaza.
Di sisi lain, pemerintah Israel membantah tuduhan bahwa mereka menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Mereka menyatakan bahwa tindakan mereka adalah bagian dari upaya untuk menjaga keamanan nasional dan mencegah serangan dari kelompok bersenjata di Gaza. Israel menekankan bahwa mereka telah mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah tertentu, meskipun dengan
Baca juga : PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Baca juga : Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza
Baca juga : Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
pengawasan ketat.
Harapan dan Langkah Selanjutnya
Di tengah situasi yang sangat sulit ini, harapan tetap ada bahwa solusi yang adil dan manusiawi dapat dicapai. Banyak yang percaya bahwa dialog dan negosiasi adalah jalan terbaik untuk mencapai perdamaian dan mengakhiri penderitaan di Gaza. Komunitas internasional, termasuk negara-negara berpengaruh dan organisasi internasional, diharapkan dapat memainkan peran penting dalam memediasi konflik dan mendorong terciptanya kondisi yang lebih baik bagi penduduk Gaza.
Untuk jangka pendek, langkah yang mendesak adalah memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat menjangkau seluruh Gaza tanpa hambatan. Organisasi internasional dan badan-badan PBB harus terus bekerja sama untuk menyediakan pasokan makanan, obat-obatan, dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan. Selain itu, upaya untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat konflik juga harus diprioritaskan.
Dalam jangka panjang, penyelesaian konflik Israel-Palestina yang adil dan berkelanjutan adalah kunci untuk mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza. Solusi dua negara yang menjamin hak-hak dasar dan keamanan bagi kedua belah pihak harus terus diperjuangkan. Hanya dengan demikian, penduduk Gaza dapat berharap untuk hidup dalam kondisi yang lebih baik, tanpa ancaman kelaparan dan kekurangan gizi yang mengancam kehidupan mereka.
Kesimpulannya, laporan HRW yang mengungkap penggunaan kelaparan sebagai senjata perang oleh Israel di Gaza telah menyoroti krisis kemanusiaan yang mendalam di wilayah tersebut. Dengan meningkatnya angka kematian dan kekurangan gizi, diperlukan tindakan segera dari komunitas internasional untuk menghentikan penderitaan ini dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Sementara itu, upaya untuk mencapai solusi jangka panjang bagi konflik Israel-Palestina harus terus dilakukan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat. *Mukroni
Sumber english.aawsat.com
- Berita Terkait :
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza