Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tanggal 21 Juni 2024, Armenia secara resmi mengumumkan pengakuannya terhadap Negara Palestina. Langkah ini diambil di tengah eskalasi konflik antara Israel dan Hamas yang terus berkecamuk di Gaza. Pengakuan ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Armenia dan menambah daftar negara yang telah mengakui Palestina dalam beberapa bulan terakhir. Pengumuman tersebut menandai Armenia sebagai negara terbaru yang mendukung hak-hak Palestina, mengingat konteks geopolitik yang lebih luas dan hubungan Armenia dengan negara-negara tetangganya.
Konteks Pengakuan Palestina oleh Armenia
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan berbagai upaya internasional untuk mencapai solusi damai sering kali gagal. Eskalasi terbaru dimulai pada 7 Oktober 2024, ketika Hamas melancarkan serangan di Israel selatan, mengakibatkan kematian 1.194 orang, sebagian besar warga sipil. Militan Hamas juga menyandera 251 orang, dengan 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 41 orang yang menurut tentara Israel telah tewas. Serangan balasan Israel yang intensif menyebabkan kematian sedikitnya 37.431 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas.
Dalam konteks ini, beberapa negara telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka, sebagai bentuk dukungan terhadap hak-hak Palestina dan sebagai protes terhadap tindakan militer Israel di Gaza. Armenia, yang terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan tetangganya, Azerbaijan, turut serta dalam gelombang pengakuan ini, menegaskan sikapnya terhadap kekerasan terhadap penduduk sipil dan komitmen terhadap hukum internasional.
Pernyataan Resmi Armenia
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Armenia menyatakan: “Menegaskan komitmennya terhadap hukum internasional, kesetaraan bangsa, kedaulatan, dan hidup berdampingan secara damai, Republik Armenia mengakui Negara Palestina.” Pernyataan ini mencerminkan sikap Armenia yang mendukung prinsip-prinsip dasar hukum internasional dan hak asasi manusia.
Armenia juga menambahkan bahwa mereka “benar-benar tertarik untuk membangun perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Timur Tengah.” Sikap ini menunjukkan kepedulian Armenia terhadap stabilitas regional dan keinginan untuk melihat solusi damai untuk konflik yang telah berlangsung lama ini.
Baca juga : Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Baca juga : Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Baca juga : Laporan PBB: Israel dan Kelompok Bersenjata Palestina Terlibat dalam Pelanggaran Berat Hukum Internasional
Kecaman terhadap Tindakan Militer
Selain pengakuan resmi, Armenia juga mengecam tindakan militer Israel di Gaza. Dalam pernyataan tersebut, Armenia menyatakan penyesalan atas penggunaan infrastruktur sipil sebagai tameng selama konflik bersenjata dan kekerasan terhadap penduduk sipil. Kementerian Luar Negeri Armenia juga menyesalkan tindakan Hamas yang menahan warga sipil dan menyerukan pembebasan mereka sesuai dengan tuntutan komunitas internasional.
Kecaman ini mencerminkan sikap Armenia yang menentang segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil, baik yang dilakukan oleh Israel maupun oleh Hamas. Armenia menekankan pentingnya perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata dan menghormati hukum humaniter internasional.
Respon dari Palestina
Pengakuan Armenia terhadap Palestina disambut dengan baik oleh pejabat senior Otoritas Palestina, Hussein Al-Sheikh. Melalui media sosial, Al-Sheikh menyatakan bahwa pengakuan ini merupakan kemenangan atas hak, keadilan, legitimasi, dan perjuangan rakyat Palestina untuk pembebasan dan kemerdekaan. “Terima kasih, teman kami, Armenia,” tulis Al-Sheikh, mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Yerevan.
Sambutan hangat dari Palestina menunjukkan pentingnya pengakuan internasional dalam perjuangan mereka untuk kedaulatan dan hak asasi. Dukungan dari negara-negara seperti Armenia memberikan dorongan moral dan diplomatik bagi Palestina dalam upaya mereka untuk mendapatkan pengakuan penuh di arena internasional.
Implikasi Geopolitik
Pengakuan Armenia terhadap Palestina tidak dapat dipisahkan dari dinamika geopolitik yang lebih luas di kawasan. Armenia telah lama terlibat dalam konflik dengan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh, yang baru-baru ini direbut kembali oleh Baku dari kelompok separatis Armenia. Israel, di sisi lain, merupakan pemasok senjata utama ke Azerbaijan, yang menambah kompleksitas hubungan antara Armenia dan Israel.
Langkah Armenia untuk mengakui Palestina dapat dilihat sebagai respons terhadap dukungan militer Israel kepada Azerbaijan. Dengan mengakui Palestina, Armenia mungkin berusaha untuk menegaskan posisinya dalam politik internasional dan menunjukkan solidaritas dengan perjuangan rakyat Palestina, yang juga menghadapi ketidakadilan dan kekerasan.
Tantangan dan Harapan
Meskipun pengakuan ini merupakan langkah penting, tantangan besar masih ada di depan. Konflik Israel-Palestina terus berlanjut dengan intensitas yang tinggi, dan solusi damai tampak jauh dari jangkauan. Upaya mediasi internasional sering kali terhambat oleh ketidakpercayaan mendalam antara kedua belah pihak dan perbedaan pendapat mengenai syarat-syarat gencatan senjata dan solusi jangka panjang.
Namun, langkah Armenia dan negara-negara lain yang mengakui Palestina memberikan harapan bahwa komunitas internasional tetap berkomitmen untuk mencari solusi yang adil dan damai. Dukungan internasional yang terus mengalir kepada Palestina dapat memberikan tekanan kepada Israel untuk mempertimbangkan kembali kebijakan dan tindakan militernya, serta mendorong Hamas untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian yang konstruktif.
Pengakuan Armenia terhadap Negara Palestina di tengah konflik Gaza-Israel merupakan langkah berani yang menunjukkan komitmen terhadap hukum internasional, hak asasi manusia, dan prinsip-prinsip dasar hidup berdampingan secara damai. Meskipun langkah ini tidak serta merta menyelesaikan konflik yang kompleks dan berkepanjangan, ini merupakan simbol penting dari solidaritas internasional dan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Dengan meningkatnya pengakuan internasional terhadap Palestina, harapan untuk perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah mungkin perlahan-lahan mulai terwujud. Langkah-langkah seperti yang diambil oleh Armenia menegaskan kembali pentingnya upaya diplomatik dan dialog dalam mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik. *Mukroni
Sumber arabnews.com
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza