Jakarta, Kowantaranews.com — Mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Stacy Gilbert, mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah langkah yang mengejutkan banyak pihak, hal dimuat dalam laman twitter Al Jazeera 18 Juni 2004, . Keputusan ini diambil sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah AS yang membantah klaim pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel ke Gaza. Pengunduran diri ini menyoroti kontroversi yang semakin memanas terkait situasi kemanusiaan di Gaza dan peran AS dalam konflik tersebut.
Latar Belakang Pengunduran Diri
Stacy Gilbert, yang telah lama berkarir di Departemen Luar Negeri AS, merasa bahwa integritas dan tanggung jawab kemanusiaannya dilanggar oleh laporan yang dipublikasikan pada awal Mei. Laporan tersebut secara tegas menyatakan bahwa Israel tidak memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun terdapat bukti dan kesaksian dari berbagai sumber yang menunjukkan sebaliknya.
“Sebagai seorang profesional yang telah bekerja di bidang kemanusiaan selama bertahun-tahun, saya tidak bisa tinggal diam ketika melihat fakta-fakta yang bertentangan dengan pernyataan resmi pemerintah,” ujar Gilbert dalam surat pengunduran dirinya. “Laporan yang dipublikasikan tidak hanya menyesatkan, tetapi juga meremehkan penderitaan yang dialami oleh warga Gaza.”
Pengumuman Gedung Putih
Kontroversi ini berawal dari pengumuman Gedung Putih pada awal Mei yang menyatakan penghentian penggunaan bom seberat 2.000 pon. Keputusan ini dianggap mengejutkan banyak pihak karena senjata tersebut dikenal sangat destruktif, khususnya di daerah padat penduduk seperti Gaza. Senjata dengan radius ledakan yang luas ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana bisa digunakan tanpa menimbulkan korban jiwa di kalangan sipil.
Namun, yang lebih menjadi sorotan adalah klaim dalam laporan yang dirilis pada 10 Mei yang menegaskan bahwa Israel tidak memblokir bantuan kemanusiaan. Gilbert, yang saat itu memeriksa laporan tersebut, merasa bahwa pernyataan ini tidak mencerminkan realitas di lapangan. Berdasarkan penilaiannya dan masukan dari komunitas intelijen, ia yakin bahwa ada upaya pemblokiran yang signifikan terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Kontroversi Pemblokiran Bantuan
Dalam wawancara eksklusif dengan beberapa media, Gilbert menjelaskan lebih lanjut mengenai keputusannya untuk mengundurkan diri. Menurutnya, laporan tersebut mengabaikan bukti-bukti yang menunjukkan adanya pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel. “Pemblokiran ini bukan hanya sekadar masalah teknis atau logistik,” kata Gilbert. “Ini adalah tindakan yang berdampak langsung pada kehidupan ribuan orang. Kelaparan di Gaza adalah kenyataan yang tidak bisa kita abaikan.”
Gilbert juga mengkritik cara pemerintah menangani isu ini, menyatakan bahwa klaim resmi yang dibuat oleh pemerintah AS tidak hanya menyesatkan, tetapi juga menghalangi upaya bantuan yang sangat dibutuhkan. “Kelaparan adalah masalah serius yang tidak boleh diremehkan. Ini bukan hanya tentang kekurangan makanan, tetapi juga tentang akses terhadap layanan kesehatan, air bersih, dan kebutuhan dasar lainnya,” tegasnya.
Baca juga : Perusahaan Senjata Israel Elbit Terpaksa Menjual Pabrik di Tamworth akibat Tekanan Aksi Pro-Palestina
Baca juga : Pandangan Perdana Menteri Albania Rama tentang Konflik Palestina-Israel: Sejarah, Tantangan, dan Solusi
Baca juga : Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
Reaksi Internasional
Pengunduran diri Gilbert menarik perhatian internasional, memicu reaksi dari berbagai organisasi kemanusiaan dan negara-negara mitra. Banyak yang memuji keberanian Gilbert dalam menyuarakan kebenaran, sementara yang lain menyerukan penyelidikan lebih lanjut terhadap klaim pemblokiran bantuan kemanusiaan di Gaza.
“Stacy Gilbert telah menunjukkan integritas yang luar biasa dengan mengundurkan diri sebagai bentuk protes,” kata Sarah Robinson, Direktur Human Rights Watch. “Pengakuannya menggarisbawahi pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam menangani isu-isu kemanusiaan.”
Di sisi lain, pemerintah Israel dan pendukungnya tetap berpegang pada klaim bahwa tidak ada pemblokiran bantuan kemanusiaan yang terjadi. Mereka menegaskan bahwa semua bantuan yang dikirim ke Gaza telah melalui prosedur yang tepat dan sesuai dengan hukum internasional.
Dampak pada Kebijakan AS
Pengunduran diri Gilbert juga memicu perdebatan di dalam negeri mengenai kebijakan AS terhadap Israel dan Palestina. Beberapa anggota Kongres menyuarakan keprihatinan mereka dan menyerukan perubahan dalam pendekatan pemerintah terhadap konflik di Gaza.
“Ini adalah momen untuk introspeksi,” kata Senator James Thompson. “Kita harus memastikan bahwa kebijakan kita tidak hanya mendukung sekutu kita, tetapi juga memperhatikan hak asasi manusia dan kebutuhan kemanusiaan.”
Di pihak lain, beberapa anggota parlemen menekankan pentingnya menjaga hubungan kuat dengan Israel dan mendukung haknya untuk membela diri. Mereka menganggap laporan Gilbert sebagai pandangan pribadi yang tidak mewakili keseluruhan situasi.
Pengunduran diri Stacy Gilbert telah membuka kembali perdebatan mengenai peran AS dalam konflik Israel-Palestina dan bagaimana kebijakan luar negeri harus dijalankan. Langkahnya yang berani menggarisbawahi pentingnya integritas dan tanggung jawab dalam menangani isu-isu kemanusiaan, dan memicu pertanyaan tentang transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam membuat pernyataan resmi.
Di tengah ketegangan yang terus meningkat di Gaza, penting bagi semua pihak untuk bekerja sama mencari solusi yang dapat mengurangi penderitaan warga sipil dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat mencapai mereka yang membutuhkan. Pengunduran diri Gilbert menjadi pengingat bahwa dalam setiap konflik, kemanusiaan harus selalu menjadi prioritas utama. *Mukroni
Sumber Al Jazeera
Foto english.almayadeen.net
- Berita Terkait :
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza