• Sab. Mar 22nd, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

ByAdmin

Jun 15, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com   -Di tengah kekacauan dan penderitaan yang diakibatkan oleh konflik berkepanjangan di Jalur Gaza, cerita tentang warga Palestina yang mencoba melarikan diri dari wilayah tersebut mencerminkan salah satu sisi gelap dari krisis kemanusiaan yang berlangsung. Jalur Gaza, dengan sejarah panjang kekerasan dan blokade, telah menjadi tempat di mana harapan untuk masa depan yang lebih baik semakin sulit dicapai. Dalam situasi ini, melarikan diri ke Mesir melalui terminal Rafah, satu-satunya titik keluar dari Gaza, telah menjadi impian bagi banyak orang yang terjebak di sana. Namun, kenyataannya, perjalanan ini jauh dari mudah dan murah. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana proses pelarian ini berubah menjadi bisnis yang menguntungkan bagi beberapa individu dan kelompok, tetapi dengan biaya yang sangat mahal bagi mereka yang mencoba melarikan diri.

Situasi di Jalur Gaza

Sejak dimulainya konflik terbaru antara Israel dan kelompok militan di Gaza, situasi di wilayah tersebut semakin memburuk. Pengeboman yang terus berlanjut oleh militer Israel telah menyebabkan ribuan kematian dan kerusakan infrastruktur yang luas. Blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir telah mengisolasi Gaza dari dunia luar, membuat warga Palestina di sana menghadapi kekurangan pangan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Dalam kondisi seperti ini, melarikan diri menjadi satu-satunya jalan keluar bagi banyak orang.

Bisnis Izin Keluar

Melarikan diri dari Gaza melalui terminal Rafah ke Mesir bukanlah tugas yang mudah. Terminal ini, yang seringkali menjadi satu-satunya titik keluar yang tersedia bagi warga Palestina, telah menjadi sasaran kontrol ketat oleh otoritas Mesir. Dalam situasi seperti ini, muncul peluang bisnis bagi sejumlah broker dan agen perjalanan yang menawarkan izin keluar dengan harga yang sangat tinggi. Penyelidikan oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) dan situs pengecekan fakta independen Mesir, Saheeh Masr, mengungkapkan bahwa izin keluar ini dijual dengan harga antara $4.500 hingga $10.000 untuk warga Palestina, dan antara $650 hingga $1.200 untuk warga Mesir.

Mekanisme Penjualan Izin

Broker dan agen perjalanan yang menawarkan izin keluar ini seringkali beroperasi dengan cara yang tidak transparan dan meragukan. Salah satu agen perjalanan yang sering disebut oleh warga Gaza adalah Hala Consulting and Tourism, yang didirikan oleh Ibrahim El-Argani, seorang pengusaha dari wilayah Sinai yang memiliki hubungan dengan badan intelijen Mesir. Perantara ini menjual izin keluar kepada warga Palestina dengan harga yang sangat tinggi, memanfaatkan keputusasaan mereka untuk melarikan diri dari situasi yang semakin buruk di Gaza.

Baca juga : Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Baca juga : Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Baca juga : Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Kisah Para Pelarian

Penyelidik OCCRP dan Saheeh Masr berbicara dengan 15 warga Palestina dan Mesir yang telah beralih ke perantara untuk mendapatkan izin keluar. Dari mereka, hanya dua yang berhasil meninggalkan Gaza setelah membayar $4.500 masing-masing. Tiga orang lainnya ditipu oleh broker dan kehilangan uang mereka. Sisanya berusaha mengumpulkan dana yang diperlukan dengan menjual emas atau barang-barang pribadi mereka, meminjam dari keluarga dan teman, atau melalui crowdfunding online.

Rasha Ibrahim, salah satu warga Palestina yang mencoba melarikan diri, menjelaskan betapa sulitnya mengumpulkan uang yang diperlukan. “Saya menjual perhiasan saya, meminjam dari saudara-saudara saya, dan bahkan meminta bantuan dari orang-orang yang saya kenal di media sosial. Tapi itu belum cukup. Setiap kali saya hampir mencapai jumlah yang diperlukan, harga izin keluar meningkat lagi,” katanya.

Eksploitasi di Tengah Keputusasaan

Eksploitasi yang dilakukan oleh para broker ini mencerminkan tingkat keputusasaan yang dirasakan oleh warga Palestina di Gaza. Dengan biaya yang sangat tinggi, banyak yang harus mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki hanya untuk memiliki kesempatan meninggalkan wilayah tersebut. Keuntungan besar yang diperoleh oleh para broker ini datang dari penderitaan dan keputusasaan orang-orang yang terjebak dalam situasi konflik.

Respon Internasional

Kondisi ini telah memicu kritik dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan komunitas internasional. Mereka menyerukan agar ada tindakan lebih lanjut untuk melindungi warga sipil di Gaza dan memastikan bahwa mereka yang ingin melarikan diri dari kekerasan dapat melakukannya tanpa harus membayar biaya yang sangat tinggi. Selain itu, ada dorongan untuk menuntut pertanggungjawaban para perantara yang memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi.

Upaya Penanganan

Meski demikian, solusi jangka panjang untuk masalah ini tetap sulit dicapai. Blokade dan kontrol ketat di perbatasan Gaza terus berlanjut, sementara kebutuhan mendesak warga Palestina untuk bantuan kemanusiaan semakin meningkat. Organisasi kemanusiaan terus bekerja untuk memberikan bantuan yang diperlukan, namun tantangan logistik dan keamanan membuat upaya mereka sering kali terhambat.

Kisah Berlanjut

Kisah tentang bagaimana warga Palestina yang mencoba melarikan diri dari Gaza diperas oleh para broker ini hanyalah salah satu dari banyak cerita tentang penderitaan dan ketidakadilan yang terjadi di wilayah tersebut. Konflik berkepanjangan dan blokade yang melumpuhkan telah menciptakan situasi di mana harapan untuk masa depan yang lebih baik terasa semakin jauh. Sementara itu, upaya untuk melarikan diri dari Gaza tetap menjadi jalan berliku yang penuh dengan risiko dan biaya yang sangat mahal.

Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi komunitas internasional untuk terus memberikan perhatian dan dukungan kepada warga Palestina di Gaza. Eksploitasi yang dilakukan oleh para broker yang menjual izin keluar dengan harga yang sangat tinggi harus dihentikan, dan solusi yang lebih manusiawi dan adil harus ditemukan untuk membantu mereka yang terjebak dalam konflik ini. Tanpa upaya bersama untuk mengatasi akar permasalahan dan memberikan bantuan yang diperlukan, penderitaan warga Palestina di Gaza akan terus berlanjut, dan harapan mereka untuk masa depan yang lebih baik akan tetap menjadi mimpi yang sulit terwujud. *Mukroni

Sumber  lemonde.fr

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB

Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ

Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ

Terima Kasih, Biden: Ribuan Orang di Yerusalem Berunjuk Rasa Mendukung Tawaran Kesepakatan Sandera yang Baru

Protes Anti-Islam di London: Pendukung Tommy Robinson Teriakkan Slogan Kebencian, Aktivis Pro-Palestina Ditangkap

Kehlani Berkolaborasi dengan Kolektif Nöl Palestina dalam Proyek Penggalangan Dana untuk Keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan

Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza

Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *